Berikut ini manakah yang tidak termasuk syarat terbentuknya integrasi sosial di masyarakat

Jakarta -

Syarat terbentuknya integrasi nasional harus dipahami oleh seluruh warga negara Indonesia. Terlebih Indonesia merupakan negara dengan banyak aneka ragam budaya, suku dan agama yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Namun, sebelum kita mengetahui syarat terbentuknya integrasi nasional, ada baiknya kita mengetahui pengertian dari integrasi terlebih dahulu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti integrasi mengacu kepada pembauran sampai menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh.

Jika digabungkan dengan kata nasional, berarti memiliki makna persatuan wilayah yang memiliki perbedaan di dalamnya. Perbedaan tersebut maksudnya seperti bahasa, budaya, suku, ras dan beragam faktor lainnya.

Dikutip dari buku Serba-Serbi Wawasan Kebangsaan dalam Konteks: Demokrasi, Kewarganegaraan, hingga Integrasi Sosial yang disusun oleh Yuniar Mujiwati, integrasi nasional memiliki arti tersendiri dalam lingkup politis dan antropologis. Secara politis, berarti integrasi nasional adalah penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial pada wilayah nasional hingga membentuk suatu identitas nasional.

Sedangkan dalam lingkup antropologis, integrasi nasional menyangkut proses penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda hingga mencapai suatu keserasian fungsi pada kehidupan masyarakat. Selain itu, terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan integrasi nasional, diantaranya yaitu:

1. Howard Wriggins

Integrasi nasional berarti penyatuan bagian yang berbeda-beda dari suatu masyarakat menjadi keseluruhan yang utuh.

2. Dr. Nazaruddin Sjamsuddin

Integrasi nasional merupakan proses penyatuan suatu bangsa yang mencakup semua aspek kehidupannya. Aspek tersebut diantaranya sosial, politik, ekonomi dan budaya.

3. Myron Weiner

Integrasi nasional berarti proses penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya ke dalam satu kesatuan wilayah, dalam rangka pembentukan suatu identitas nasional.

Setelah memahami dengan jelas terkait pengertian integrasi nasional, selanjutnya akan dibahas terkait syarat terbentuknya integrasi nasional. Mengutip dari buku Pendidikan Kewarganegaraan karya Deli Bunga Saravistha dkk, berikut adalah syarat terbentuknya integrasi nasional.

1. Persamaan hak

2. Saling ketergantungan.

3. Jaminan keadilan.

4. Partisipasi masyarakat.

5. Keterbukaan.

Selain 4 syarat tersebut, ada juga pendapat lain dari William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff terkait syarat integrasi nasional, yaitu:

1. Anggota-anggota masyarakat harus merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan antara satu sama lain.

2. Terciptanya kesepakatan atau konsensus bersama terkait norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dilestarikan serta menjadi pedoman.

3. Norma-norma dan nilai-nilai sosial jadi aturan baku dalam melangsungkan proses integrasi nasional.

Simak Video "Duh, Anggaran Pemilu 2024 Belum Sepenuhnya Disetujui Kemenkeu"



(lus/lus)

Jakarta -

Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur yang saling berbeda menjadi satu kesatuan dalam kehidupan masyarakat. Proses ini dapat terwujud dengan adanya kesepakatan bersama terhadap nilai yang bersifat mendasar.

Kata integrasi berasal dari bahasa Latin integrate yang artinya memberi tempat dalam suatu keseluruhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integrasi diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Dalam konteks kelompok masyarakat, integrasi dilakukan untuk menyesuaikan perbedaan tingkah laku dalam kelompok tersebut.

Terdapat berbagai unsur yang terlibat dalam proses integrasi sosial. Dikutip dari buku Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XI oleh Kun Maryati dan Juju Suryawati, unsur-unsur yang berbeda di antaranya adalah perbedaan kedudukan sosial atau strata, ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma.

Baca juga: 29 Perubahan Sosial Budaya Akibat Pengaruh Modernisasi, Sudah Tahu?

Proses Integrasi Sosial

Antropolog Indonesia, Koentjaraningrat, mengatakan bahwa ada dua tahapan dalam proses terjadinya integrasi sosial, sebagai berikut:

1. Asimilasi

Asimilasi adalah perpaduan dua kebudayaan atau lebih dimana keduanya saling mempengaruhi sehingga memunculkan kebudayaan baru dengan meninggalkan sifat asli budayanya.

2. Akulturasi

Akulturasi menurut Koentjaraningrat adalah proses sosial yang terjadi apabila kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur kebudayaan asing, dimana lambat laun unsur tersebut akan diterima dan diserap dalam kebudayaannya sendiri tanpa mengubah sifat aslinya.

Faktor Pendorong Integrasi Sosial

Integrasi sosial dalam kehidupan dapat didorong dengan adanya toleransi hingga sikap saling terbuka dari golongan yang berkuasa. Berikut 7 faktor pendorong integrasi sosial seperti dilansir dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek):

1. Adanya toleransi terhadap kebudayaan yang berbeda.
2. Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi.
3. Adanya sikap positif terhadap kebudayaan lain.
4. Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa.
5. Adanya kesamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
6. Adanya perkawinan campuran atau amalgamasi.
7. Adanya musuh bersama dari luar.

Baca juga: 7 Faktor Pendorong Integrasi Sosial dan Bentuk-bentuknya

Syarat Terwujudnya Integrasi Sosial

Dalam buku Sosiologi yang disusun oleh Puline Pudjiastiti disebutkan bahwa ada tiga hal mendasar yang menjadi penyebab terjadinya integrasi sosial. Antara lain sebagai berikut:

1. Adanya konsensus atau kesepakatan bersama dari anggota masyarakat terhadap nilai kemasyarakatan yang bersifat mendasar.

2. Adanya keanggotaan ganda dimana anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota berbagai kesatuan sosial lain atau sering disebut cross cutting affiliations.

3. Adanya loyalitas ganda atau cross cutting loyalities. Kondisi ini dapat menetralkan konflik yang terjadi di tengah masyarakat.

Sementara itu, Menurut William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkoff, integrasi sosial dapat terwujud dengan adanya keberhasilan anggota masyarakat dalam mengisi kebutuhan mereka, kesepakatan bersama tentang norma dan nilai, serta pelaksanaan nilai dan norma secara konsisten.

Integrasi sosial dalam kehidupan juga dapat terwujud dengan adanya keteraturan sosial seperti pengendalian sosial dan wewenang, adat istiadat, norma hukum, prestise, dan kepemimpinan. Demikian pendapat Baso Madiong dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Hukum.



Simak Video "Warga Berbondong Saksikan Babi yang Diklaim Ngepet, Sosiolog: Gejala Perilaku Kolektif"

Berikut ini manakah yang tidak termasuk syarat terbentuknya integrasi sosial di masyarakat


(kri/lus)

Integrasi Sosial – Di dalam masyarakat terdapat berbagai perbedaan yang dapat mengarah kepada konflik sosial. Untuk menyelaraskan perbedaan tesebut, diperlukan upaya konsensus menuju ke arah integrasi sosial. Hal ini bertujuan agar setiap perbedaan dapat hidup secara berdampingan. Konflik adalah fenomena sosial yang hadir di setiap aspek kehidupan masyarakat. Kehadirannya dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Demikian pula integrasi sosial akan hadir di masyarakat, kapan saja dan di mana saja. Oleh karena itu, antara konflik sosial dan integrasi sosial bagaikan dua belah mata uang yang selalu berdampingan. Hal ini berarti di mana ada konflik, di situ akan terjadi yang disebut reintegrasi. Konflik sebagai potensi yang dapat saja muncul dalam masyarakat yang memiliki tingkat diferensiasi dan stratifikasi yang Pada bagian ini, kita akan membahas potensi integrasi dalam masyarakat dengan tipologi yang telah disebutkan di atas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa integrasi adalah pembauran sesuatu hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tetsebut mengandung arti masuk ke dalam, menyesuaikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi seperti satu. Dengan demikian, integrasi merujuk pada masuk, menyesuaikan, atau meleburnya dua atau lebih hal yang berbeda sehingga menjadi seperti satu. Dari uraian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan sosial, ras etnik, agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma. Dalam integrasi masyarakat terdapat kerja sama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari tingkat individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat sehingga menghasilkan konsensus (kesepakatan) nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. Namun, integrasi sosial tidak cukup diukur dari kriteria berkumpul atau bersatunya anggota masyarakat dalam arti fisik. Konsensus juga merupakan pengembangan sikap solidaritas dan perasaan manusiawi. Pengembangan sikap dan perasaan manusia tersebut merupakan dasar dari keselarasan suatu kelompok atau masyarakat. Michael Banton mendefinisikan integrasi sebagai suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan fungsi penting pada perbedaan ras tersebut. Hak dan kewajiban yang terkait serta ras seseorang hanya terbatas pada bidang tertentu saja dan tidak ada sangkut pautnya dengan bidang pekerjaan atau status. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar anggota masyarakat tersebut sepakat mengenai struktur kemasyarakatan yang dibangun termasuk nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial. Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat terwujudnya integrasi sosial adalah sebagai berikut. 1. Anggota-anggota masyarakat merasa berhasil saling mengisi kebutuhankebutuhan di antara mereka. Hal itu berarti kebutuhan fisik dan sosial mereka dapat terpenuhi oleh sistem sosial. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut menyebabkan setiap anggota masyarakat saling menjaga keterikatan antara satu dengan yang lainnya. 2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma dan nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman dalam hal-hal yang dilarang menurut kebudayaan. 3. Norma-norma dan nilai sosial itü berlaku cukup lama, tidak mudah berubah, dan dijalankan secara konsisten deh seluruh anggota masyarakat. Suatu integrasi sosial dapat berlangsung cepat atau lambat, tergantung pada faktor-faktor berikut.

1. Homogenitas kelompok

Dalam kelompok atau masyarakat yang tingkat kemajemukannya rendah, integrasi sosial akan mudah dicapai. Sebaliknya, dalam kelompok atau masyarakat majemuk, integrasi sosial akan sulit dicapai dan memakan waktu yang sangat lama. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa semakin homogen suatu kelompok atau masyarakat, semakin mudah pula proses integrasi antara anggota di dalam kelompok atau masyarakat tersebut. Contoh kelompok atau masyarakat yang homogen adalah kelompok atau masyarakat dengan satu suku bangsa.

2. Beşar kecilnya kelompok

Umumnya, dalam kelompok yang kedi, tingkat kemajemukan anggotanya relatif rendah sehingga integrasi sosialnya lebih mudah tercapai. Hal itü dapat disebabkan, dalam kelompok kecil, hubungan sosial antaranggotanya terjadi secara intensif, sehingga komunikasi dan tukar-menukar budaya akan semakin cepat. Dengan demikian, penyesuaian atas perbedaan-perbedaan dapat lebih cepat dilakukan. Sebaliknya, dalam kelompok beşar tingkat kemajemukannya relatif tinggi, sehingga integrasi sosial akan lebih sulit dicapai.

3. Mobilitas geografis

Anggota kelompok yang baru datang tentu harus menyesuaikan diri dengan identitas masyarakat yang ditujunya (masyarakat asal/penduduk asli). Namun, semakin sering anggota masyarakat datang dan pergi, semakin sulit pula terjadi proses integrasi sosial. Sementara ituı dalam masyarakat yang mobilitasnya rendah, seperti daerah atau suku terisolasi, integrasi sosial dapat cepat terjadi dengan cepat.


Efektivitas komunikasi yang baik dalam masyarakat juga akan mempercepat integrasi sosial. Semakin efektif komunikasi berlangsung, semakin cepat pula integrasi anggota-anggota masyarakat tercapai. Sebaliknya, semakin tidak efektif komunikasi yang berlangsung antaranggota masyarakatı semakin lambat dan sulit pula integrasi sosialnya terwujud. Integrasi sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk berikut.

1. Integrasi Normatif

Integrasi normatif dapat diartikan sebagai bentuk integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam hal ini, norma merupakan hal yang mampu mempersatukan masyarakat. Misalnya, bangsa Indonesia dipersatukan deh prinsip Bhinneka Tunggal İka. Bhinneka Tunggal İka menjadi sebuah norma yang berfungsi mengintegrasikan perbedaan yang ada dalam masyarakat.

2. Integrasi Fungsional

Integrasi fungsional terbentuk karena ada fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat. Sebuah integrasi dapat terbentuk dengan mengedepankan fungsi dari masing-masing pihak yang ada dalam sebuah masyarakat. Misalnya, Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku mengintegrasikan dirinya dengan melihat fungsi dari masing-masing suku yang ada, seperti suku Bugis yang suka melaut difungsikan sebagai penyedia hasil-hasil laut, suku Minang yang pandai berdagang difungsikan sebagai penjual hasil-hasil laut tersebut. Dengan demikian, akan tercipta sebuah integrasi dalam masyarakat.


Integrasi terakhir ini terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa. Dalam hal ini penguasa menerapkan cara-cara koersif (kekerasan). Contoh integrasi koersif adalah perusuh yang berhenti mengacau karena polisi menembakkan gas air mata. Integrasi sosial adalah proses yang terjadi secara bertahap. Proses itu dapat bermula dari akomodasi keinginan berbagai pihak untuk bekerja sama. Hal itu dapat timbul karena kesadaran mereka atas kepentingan yang sama. Pada saat yang sama, mereka memiliki cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Kemudian, proses itu dilanjutkan dengan berbagai bentuk kerja sama. Dalam proses kerja sama itu, masing-masing pihak berusaha mengatasi perbedaan dan mengakomodasi keinginan, harapan, atau kebutuhan satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, masing-masing pihak berusaha mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Masing-masing pihak tidak lagi membedakan dirinya dengan anggota lainnya pada saat itu. Batas-batas di antara mereka akan hilang dan melebur menjadi satu. Hal itu menunjukkan bahwa integrasi sosial telah tercapai. Proses integrasi dapat dilihat melalui proses-proses berikut.


Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yañg berbeda. Proses sosial itu akan berlangsung hingga unsur kebudayaan asing itu diterima masyarakat dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri. Namun, umumnya akulturasi berlangsung tanpa menghilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa akulturasi merupakan proses perubahan yang ditandai dengan terjadinya penyatuan dua kebudayaan yang berbeda. Penyatuan tersebut menyebabkan kebudayaan yang satu hampir menyerupai kebudayaan yang lain. Namun, masing-masing kebudayaan masih mempertahankan ciri khasnya. Proses akulturasi sudah ada sejak dahulu dalam sejarah kebudayaan manusia. Hal itu disebabkan oleh manusia selalu melakukan migrasi atau gerak perpindahan di muka bumi. Migrasi itu menyebabkan pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Akibatnya, setiap individu dalam kelompok-kelompok itu akan dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan yang asing baginya. Pertama kali, unsur-unsur baru yang datang tidak langsung diterima atau diadaptasi begitu saja, tetapi melalui proses pembelajaran terlebih dahulu. Jika mendatangkan manfaat lebih besar, kebudayaan asing tersebut akan diterimanya. Sebaliknya, jika tidak, akan ditolak. Penerimaan tersebut mungkin saja terjadi setelah melalui perubahan-perubahan tertentu (modifikasi) yang sesuai dengan struktur masyarakat yang ada. Asimilasi merupakan suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada di antara individu atau kelompok dalam masyarakat. Dalam proses ini, setiap individu dalam masyarakat berusaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Saat itu, setiap anggota kelompok dan masyarakat tidak lagi membedakan dirinya dengan anggota yang lainnya. Batas-batas di antara mereka akan hilang dan lebur menjadi satu kesatuan. Asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama, walau terkadang bersifat emosional, dengan tujuan mencapai kesatuan (integrasi). Kebudayaan asing akan relatif mudah diterima apabila memenuhi syarat-syarat berikut ini. (a) Tidak ada hambatan geografis, seperti daerah yang sulit dijangkau. (b) Kebudayaan yang datang memberikan manfaat yang lebih beşar bila dibandingkan dengan kebudayaan yang lama. (c) Adanya persamaan dengan unsur-unsur kebudayaan lama. (d) Adanya kesiapan pengetahuan dan keterampilan tertentu. (e) Kebudayaan itü bersifat kebendaan. Akomodasi merupakan suatu proses usaha manusia untuk meredakan pertentangan dan mencapai kestabilan. Akomodasi di dalam masyarakat diharapkan dapat menyelesaikan pertentangan atau konflik tanpa menghancurkan pihak lawan. Akomodasi akan meredakan konflik dan menjadikan interaksi yang bersifat lebih damai.  Akomodasi dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia diharapkan dapat membentuk sebuah masyarakat yang damai tanpa hadirnya perpecahan. Adanya akomodasi membuat berbagai kelompok sosial dapat menyesuaikan diri dengan kelompok sosial lain sehingga diharapkan terbentuk integrasi sosial. Integrasi sosial sebagai sebuah proses sosial dapat dicapai karena adanya berbagai faktor internal dan eksternal yang mendorong proses tersebut. Dalam proses asimilasi, integrasi sosial dapat dicapai karena adanya faktor-faktor berikut. 1. Toleransi terhadap kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda. Toleransi yang mendorong terjadinya komunikasi yang efektif antara kebudayaan yang berbeda tersebut akan mendorong terciptanya integrasi di arıtara mereka. 2. Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi bagi berbagai golongan masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda. Hal itü dapat mempercepat proses integrasi sosial. Dalam sistem ekonomi yang demikian, setiap individü mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai kedudukan tertentu atas dasar kemampuan dan jasa-jasanya. 3. Sikap saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya. Jika tiap pihak mengakui kelemahan dan kelebihan kebudayaan masing-masing, tiap anggota masyarakat pendukung suatu kebudayaan akan mudah bersatu. 4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat. Hal itü dapat diwujudkan jika penguasa memberikan kesempatan yang sama kepada golongan minoritas untuk memperoleh hak-hak yang sama dengan golongan mayoritas. 5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan. Pengetahuan tentang persamaan-persamaan unsur kebudayaan yang berlainan akan mendekatkan tiap anggota masyarakat. Hal itü akan menghilangkan prasangka-prasangka yang semula mungkin ada di antara pendukung kebudayaan-kebudayaan tersebut. 6. Perkawinan campuran (amalgamation). Perkawinan campur antara dua pendukung kebudayaan yang berbeda dapat mendorong terciptanya integrasi sosial. Dalam sistem sosial masyarakat Indonesia yang berpandangan bahwa perkawinan merupakan penyatuan dua keluarga, integrasi sosial sangat mungkin terjadi. 7. Adanya musuh bersama dari luan Adanya musuh bersama dari luar cenderung memperkuat kesatuan masyarakat atau kelompok yang mengalami ancaman musuh tersebut. Dalam keadaan demikian, berbagai kelompok yang berbeda dalam masyarakat tersebut akan melepaskan atribut perbedaannya dan bersama-sama menghadapi musuh mereka. Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan. Pada dasarnya, perubahan merupakan proses modifikasi struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat disebut perubahan sosial, yaitu gejala urnum yang terjadi sepanjang masa pada setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Albert O. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia merupakan penyebab dari perubahan. Manusia selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. la selalu mencari sesuatu yang baru, bagaimana mengubah suatu keadaan agar Iebih baik. Manusia merupakan makhluk yang selalu ingin berubah, aktif, kreatif, inovatif, agresif, selalu berkembang, dan responsif terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat. Perubahan sosial memiliki makna yang luas dan mencakup berbagai segi kehidupan, seperti ekonomi, sosial, dan politik. Oleh karena itu, perubahan sosial budaya yang terjadi dalam suatu masyarakat menyangkut perubahan nilai, pola perilaku, organisasi sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, serta segi kemasyarakatan lainnya. Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial dapat pula berupa kemajuan (progress) atau kemunduran (regress). Dalam rupa kemajuan, perubahan yang terjadi dalam masyarakat mampu menciptakan kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan disini dapat diartikan sebagai proses pernbangunan masyarakat ke arah yang Iebih bak. Dalam rupa kemunduran, perubahan yang terjadi dalam masyarakat pada aspek tertentu membawa pengaruh yang kurang menguntungkan. Misalnya, penggunaan tenaga mesin di pedesaan mengakibatkan nilai kegotong royongan masyarakat menjadi luntur, bahkan hilang. Contoh Iain, penemuan teknologi selain menguntungkan manusia juga dapat merugikan (positif dan negatif, seperti halnya dengan penemuan nuklir). Perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat membuat pudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kondisi ini disebut sebagai disorganisasi atau disintegrasi sosial. Awal terjadinya kondisi ini adalah situasi di mana ada ketidakseimbangan atau ketidakserasian unsur dalam masyarakat karena salah satu unsur dalam sistem masyarakat tidak berfungsi dengan baik. Apabila terjadi disintegrasi sosial, situasi di dalam masyarakat itü lamakelamaan akan menjadi chaos (kacau). Pada keadaan yang demikian, akan dijumpai anomie (tanpa aturan), yaitu suatu keadaan di saat masyarakat tidak mempunyai pegangan mengenai apa yang baik dan buruk, dan tidak bisa melihat batasan apa yang benar dan salah. Hal itü berakibat pada ketidakmampuan anggota masyarakat untuk mengukur tindakan-tindakannya. Mereka tidak mampu melihat dengan jelas batasan antara yang baik dan buruk.

Berikut ini manakah yang tidak termasuk syarat terbentuknya integrasi sosial di masyarakat

Berikut ini manakah yang tidak termasuk syarat terbentuknya integrasi sosial di masyarakat

Integrasi Sosial - Pengertian, Syarat, Faktor, Bentuk, Proses

Berikut ini manakah yang tidak termasuk syarat terbentuknya integrasi sosial di masyarakat
Reviewed by Fakhrudin Sujarwo on 10.43 Rating: 5