Berapa lama nabi muhammad saw dipercaya membawa dagangan siti khadijah

Kisah Nabi Muhammad berdagang di negeri Syam. Sumber: freepik.com

Nabi Muhammad SAW memang dikenal memiliki sifat Shiddiq. Sifat ini juga tergambarkan dalam kisah Nabi Muhammad berdagang di negeri Syam. Kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam berdagang memang bisa kita contoh dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Lantas, bagaimana kisah Nabi Muhammad berdagang di negeri Syam?

Kisah Nabi Muhammad berdagang di negeri Syam. Sumber: freepik.com

Menurut buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri (2021:275), pada saat itu ada pedagang kaya-raya bernama Khadijah yang ingin mengirim dagangannya ke negeri Syam. Ia membutuhkan seseorang yang bisa dipercaya untuk mengawas rombongan dagang tersebut.

Kemudian, Khadijah mendengar ada seorang pemuda yang terkenal dengan kejujuran dan budi pekertinya. Khadijah pun meminta Muhammad untuk menjadi pemimpin rombongan dagang ke negeri Syam. Khadijah tidak mempedulikan status Muhammad yang belum memiliki pengalaman memimpin dan mengatur rombongan dagang. Hal ini karena ia merasa yakin bahwa Muhammad adalah orang yang jujur dan paham mengenai seluk beluk dunia perdagangan.

Bersama dengan Maysarah, utusan Khadijah, Muhammad pergi berdagang ke negeri Syam. Memang sudah menjadi tradisi bagi penduduk Mekah untuk mengantar rombongan dagang beramai-ramai hingga batas kota. Saat tiba di Syam, Muhammad bersama dengan pedagangan lainnya dengan gesit menawarkan dagangannya kepada calon pembeli.

Muhammad selalu bersikap jujur dan tidak menutupi cacat pada barang dagangannya. Apabila kondisinya bagus, maka ia akan bilang bagus. Begitu pula sebaliknya. Selain itu, Muhammad juga menggunakan standar harga yang berlaku di masyarakat dalam menentukan harga jual barang dagangannya. Proses tawar menawar pun tak jarang dilakukan Muhammad kepada calon pembeli.

Kisah Nabi selanjutnya adalah urusan perdagangan yang dilakukan Muhammad di Syam berjalan dengan sangat lancar. Beliau pun mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Seluruh barang dagangan telah habis terjual. Kepulangan Muhammad ke Mekah disambut dengan penuh antusias oleh para penduduk. Hal ini pun membuat Khadijah merasa gembira atas keputusannya memilih Muhammad karena reputasi sifat kejujurannya itu. Apalagi Muhammad berhasil menjual seluruh barang dagangan mereka. (Anne)

Bismillah…

Khadijah, menurut riwayat Ibnu al-Atsir dan Ibnu Hisyam adalah seorang wanita pedagang yang mulia dan kaya. Beliau sering mengirim orang kepercayaannya untuk berdagang. Ketika beliau mendengar kabar kejujuran Nabi SAW, dan kemuliaan akhlaknya, beliau mencoba mengamati Nabi SAW dengan membawa dagangannya ke Syam.

Khadijah membawakan barang dagangan ynag lebih baik dari apa yang dibawakan kepada orang lain. Dalam perjalan dagang ini Nabi SAW ditemani Maisarah, seorang kepercayaan Khadijah. Muhammad SAW menerima tawaran ini dan berangkat ke Syam bersama Maisarah meniagakan barang Khadijah. Dalam perjalanan ini Nabi berhasil membawa keuntungan yang berlipat ganda, sehingga kepercayaan Khadijah bertambah terhadapnya. Selama perjalanan tersebut Maisarah sangat mengagumi akhlak dan kejujuran Nabi. Semua sifat dan perilaku itu dilaporkan oleh Maisarah kepada Khadijah. Khadijah tertarik pada kejujurannya, dan ia pun terkejut oleh barakah yang diperoleh dari perniagaan Nabi SAW. Kemudian Khadijah menyatakan hasratnya untuk menikah dengan Nabi SAW, dengan perantaraan Nafisah binti Muniyah. Nabi SAW menyetujuinya, kemudian Nabi menyampaikan hal itu kepada paman-pamannya. Setelah itu, mereka meminangkan Khadijah untuk Nabi SAW dari paman Khadijah, Amr bin Asad. Ketika menikahinya, Nabi berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.

Sebelum menikah dengan Nabi SAW, Khadijah pernah menikah dua kali. Pertama dengan Atiq bin A’idz at Tamimi dan yang kedua dengan Abu Halah at-Tamimi, namanya Hindun bin Zurarah.

Beberapa Ibrah:
Usaha menjalankan perniagaan Khadijah ini merupakan kelanjutan dari kehidupan mencari nafkah yang telah dimulainya dengan menggembala kambing.

Mengenai keutamaan dan kedudukan Khadijah dalam kehidupan Nabi SAW, sesungguhnya ia tetap mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah SAW sepanjang hidupnya. Telah disebutkan di dalam riwayat terbaik pada jamannya.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Ali r.a pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik wanita (langit) adalah Maryam binti Imran, dan sebaik-baik wanita (bumi) adalah Khadijah binti Khuwailid.“

Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Aisyah r.a ia berkata, “Aku tidak pernah cemburu kepada istri-istri Nabi SAW kecuali kepada Khadijah, sekalipun aku tidak pernah bertemu dengannya. Adalah Rasulullah SAW, apabila menyembelih kambing, ia berpesan, “Kirimkan daging kepada teman-teman Khadijah.“ Pada suatu hari aku memarahinya, lalu aku katakan, “Khadijah?“ Kemudian Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya akut Telah dikaruniai cintanya.“
Ahmad dan Thabarani meriwayatkan dari Masruq dari Aisyah r.a ia berkata, “Hampir Rasulullah SAW tidak pernah keluar rumah sehingga menyebut Khadijah dan memujinya. Pada suatu hari Rasulullah SAW menyebutnya, sehingga menimbulkan kecemburuanku. Lalu aku katakan, “Bukankah ia hanya seorang tua yang Allah telah menggantinya untuk kakanda orang yang lebih baik darinya?“ Kemudian Rasulullah SAW marah seraya bersabda, “Demi Allah, Allah tiada menggantikan untukku orang yang lebih baik darinya. Dia beriman ketika orang-orang ingkar, dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakanku, dia membelaku dengan hartanya, ketika orang-orang menghalangiku, dan aku dikaruniai Allah anak darinya, sementara aku tidak dikaruniai anak sama sekali dari istri selainnya.“

Jakarta -

Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah Rasulullah SAW. Salah satunya kegigihannya dalam berdagang sejak kecil, yang harus hidup dalam kondisi yatim piatu.

Perjalanan dagang Rasulullah SAW dimulai saat beliau berada dalam asuhan pamannya Abu Thalib. Berdagang merupakan profesi kebanyakan penduduk Mekkah. Abu Thalib adalah pedagang yang sukses dan dihormati.

Dikutip dari buku Rahasia Sukses Bisnis Khadijah Sang Istri Nabi yang ditulis Khoirul Amru Harahap, Nabi Muhammad SAW pernah melakukan perjalanan dagang bersama Abu Thalib ke Syiria. Perjalanan ini dilakukan ketika beliau berusia 12 tahun.

Sebelumnya, Abu Thalib telah merencanakan melakukan perjalanan bersama kelompok pedagang lain. Ketika itu, ia dirangkul oleh Nabi Muhammad SAW dengan penuh kasih sayang. Melihat keponakannya, dia merasa iba lalu mengajaknya ikut ke Syiria.

Sejak kecil, Rasulullah SAW terkenal rajin dan percaya diri. Beliau juga dikenal karena kejujuran dan integritasnya. Penduduk Mekkah memanggil beliau dengan sebutan ash-shiddiq (orang yang jujur) dan al-amin (orang yang terpercaya).

Dijelaskan dalam buku 14 Bagaimana Rasulullah SAW Membangun Kerajaan Bisnis karya Laode M. Kamaluddin, Rasulullah SAW lebih dari tiga kali melakukan perjalanan antar negara. Hasilnya, Rasulullah SAW mengenal banyak karakter orang sejak kecil.

Setelah dewasa Nabi SAW sadar pamannya bukan orang berada dan punya keluarga besar untuk dinafkahi. Rasulullah SAW mulai berdagang sendiri di Kota Mekkah.

Rasulullah SAW membina dirinya menjadi seorang pedagang profesional, yang memiliki reputasi dan integritas yang luar biasa. Beliau berhasil mengukir namanya di kalangan masyarakat bisnis pada khususnya dan kaum Quraisy pada umumnya.

Hingga pada suatu ketika, beliau dipertemukan dengan saudagar kaya Khadijah. Rasulullah SAW bekerja untuk Khadijah ke kota Busra di Syiria. Tercatat, beliau telah melakukan empat kali perjalanan dagang ke Yaman untuk Khadijah.

(row/row)

Bisnis dagang Rasulullah secara mandiri baru dimulai ketika dia mencapai usia remaja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Sang uswatun khasanah, Rasulullah SAW, juga merupakan seorang pedagang ulung. Hidup di tengah keluarga pedagang membuatnya terlibat dalam perdagangan sejak usia belia.

Shafiyyur-Rahman al-Mubarakfurry dalam Sirah Nabawiyyah menyebutkan, saat itu usia nabi baru bekisar 12 tahun. Dia turut serta dalam perjalanan dagang pamannya, Abu Thalib. Inilah perjalanan dagang pertama Muhammad. Pada perjalanan inilah terjadi sebuah pertemuan nabi dengan rahib Nasrani yang mengenalinya sebagai bakal utusan Allah yang terakhir.

Bisnis dagang Rasulullah secara mandiri baru dimulai ketika dia mencapai usia remaja. Rasulullah berdagang bersama As-Saib bin Abus-Saib yang merupakan rekanan terbaik, tidak pernah saling curang dan saling berselisih.

Al Mubarakfury menyebutkan, dalam berdagang, nabi dikenal dengan setinggi-tingginya nilai amanah, nilai kejujuran, dan sikap menjaga kehormatan diri. Inilah karakternya di segenap sisi kehidupannya, hingga diberi gelar al-Amin.

Usaha perdagangan Rasulullah pun tidak main-main. Dia telah terlibat dalam perdagangan internasional sejak remaja. Di usia 17 tahun, Muhammad telah memimpin sebuah ekspedisi perdagangan ke luar negeri.

Afzalur Rahman dalam buku Muhammad A Trader menyebutkan, reputasi Rasulullah dalam dunia bisnis demikian bagus, sehingga dia dikenal luas di Yaman, Syiria, Yordania, Irak, Basrah, dan kota-kota perdagangan lainnya di jazirah Arab. Afzalur Rahman juga mencatat, dalam ekspedisi perdagangannya Muhammad telah mengarungi 17 negara ketika itu, sebuah aktivitas perdagangan yang luar biasa.

Kesuksesan bisnis Rasulullah pun makin cemerleng ketika  dia bertemu Ummul Mukminin Khadijah. Sebelum mempersunting Khadijah, Rasulullah merupakan rekan bisnis Khadijah. Buku Khadijah: The True Love Story of Muhammad mengkisahkan, suatu hari Khadijah mendengar kabar tentang pemuda yang sangat terpercaya di kalangan Arab, dialah Rasulullah Muhammad. Tertarik menjadikan pemuda itu karyawannya, Khadijah pun memanggilnya. Muhammad pun menerima tawaran Khadijah dengan senang hati.

Khadijah pun mengirim Rasulullah sebagai pemimpin kafilah dagang ke negeri Syam. Seorang budak kepercayaan Khadijah bernama Maysarah pun ikut serta dalam kafilah tersebut. Menurut Maysarah, selama ia mengikuti kafilah dagang nabi, ia melihat dua malaikat membawa awan di atas kepala nabi untuk melindunginya dari terik matahari.

Di tangan Rasulullah, hasil perdagangan mengalami peningkatan. Bisnis Khadijah di negeri Syam pun semakin besar, laba yang dihasilkan meningkat tajam. Keputusan Khadijah memilih Muhammad sebagai tangan kanan bisnisnya menjadi keputusan tepat. Ia pun terus bermitra dengan Rasulullah dalam menjalankan bisnis tersebut.

Profesi sebagai pedagang ditekuni Rasulullah sampai dia diangkat menjadi nabi dan rasul di usia yang ke- 40. Muhammad Sulaiman PhD dan Aizuddinur Zakaria dalam Jejak Bisnis Rasul mencatat pengalaman kerja Rasulullah sebagai berikut.

Usia delapan sampai 12 tahun menggembala domba, usia 12 tahun ikut berdagang ke negeri Syam dengan rombongan pamannya, Abu Thalib. Usia 25 tahun, menjadi pengelola perdagangan Siti Khadijah yang berangkat ke negeri Syam. Usia 40-63 menjadi rasul.

sumber : Dialog Jumat Republika

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...