Berapa lama efek sabu hilang dari tubuh kita

  • Kulit pucat, kumal
  • Penampilan fisik berantakan
  • Pergerakan lambat
  • Kontak mata yang buruk
  • Berbicara terlalu halus
  • Sakit kepala
  • Kelelahan ekstrem
  • Badan ngilu

Gejala sakaw shabu biasanya sedang sampai berat dan dapat berakibat fatal jika tidak diobati.

Umumnya, gejala sakaw narkoba jenis shabu dimulai dalam 1-2 hari setelah dosis terakhir, dan bertahan hingga tiga bulan. Lamanya proses gejala putus obat akan bervariasi tergantung seberapa banyak dan sering mereka menggunakan obat.

Orang yang sakau narkoba sabu tak mampu merasa senang

Saat pecandu shabu berhenti menggunakan, kadar dopamin dan reseptor dopamin yang tersedia dalam otak akan menurun drastis. Artinya, pecandu shabu yang mengalami gejala putus obat akan terjebak dalam keadaan anhedonia, alias ketidakmampuan untuk merasakan kenikmatan.

BACA JUGA: Kapan Harus Curiga Anak Remaja Anda Pengguna Narkoba?

Anhedonia akan membuat individu tersebut hidup layaknya zombie. Hal-hal umum yang bisa membuat seseorang merasa bahagia tidak akan berdampak apapun pada pengguna shabu yang sakau dan baru menjalani rehabilitasi. Ditambah lagi, dibutuhkan waktu setidaknya dua tahun untuk tetap bersih sampai fungsi dopamine yang telah rusak akibat shabu bisa kembali bekerja seperti sedia kala.

Kondisi anhedonia ini dapat menyebabkan mantan pengguna narkoba sabu yang masih bergelut dengan depresi untuk kembali kambuh. Kandungan kimia dalam shabu akan menyebabkan kembalinya lonjakan dopamin dalam otak yang bisa membantunya pulih dari hidup seperti mayat hidup.

Cara mengatasi sakau sabu

Walaupun gejala bisa menghilang beberapa minggu setelah gejala sakau terakhir, pasien bisa mengalami kesulitan serius mencoba mengatasi gejala psikosis tanpa bantuan orang lain.

Lihat Foto

KOMPAS.COM/HANDOUT

Ilustrasi Narkoba

KOMPAS.com - Sabu menjadi salah satu narkoba yang paling berbahaya untuk tubuh. Penggunaannya dapat menyebabkan kecanduan dan memicu sejumlah masalah kesehatan.

Banyak orang tergoda menggunakan sabu karena berbagai alasan. Efek pergaulan, coba-coba, boosting stamina dan keinginan menjaga berat badan adalah sedikit dari alasan yang kerap muncul.

Orang yang kecanduan sabu cenderung menambah dosis penggunaannya dari waktu ke waktu. Hal yang kerap tidak disadari adalah sabu berdampak pada kerja organ tubuh dan menyebabkan kerusakan dalam jangka panjang.

Pengguna sabu menghadapi peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, kerusakan hati, penekanan kekebalan, dan bahkan penyakit Parkinson. Kondisinya bisa sangat fatal sehingga penggunaannya dilarang di hampir semua negara. 

 Baca juga: Nia Ramadhani dan Suaminya, Ardi Bakrie, Ditangkap Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Ironisnya, dampak buruk sabu tetap berpengaruh pada tubuh seseorang meskipun telah berhenti mengkonsumsinya. Karena itu, kita harus menjauhkan diri dari penyalahgunaan sabu agar terhindar dari efek buruknya untuk organ tubuh.

Berikut adalah efek buruk penggunaan sabu pada tujuh organ tubuh vital kita, menurut American Addiction Center:

Sabu alias meth memiliki efek kuat pada neurotransmiter di otak, seperti dopamin dan serotonin.

Perasaan "tinggi" metamfetamin dihasilkan oleh pelepasan bahan kimia ini secara berlebihan, yang dengan cepat menghabiskan suplai otak dan memicu kerusakan.

Baca juga: Relawan Anti-narkoba Jadi Pengedar Sabu, Rumah Dijadikan Lokasi Nyabu

Kecanduan jenis narkoba ini juga menyebabkan penyakit Parkinson, lima kali lipat lebih berisiko pada wanita. 

Efek sabu pada sel otak selanjutnya dapat menyebabkan perkembangan psikosis, gejalanya seperti halusinasi dan paranoia yang sangat mirip dengan skizofrenia. Meskipun gejala ini dapat hilang dalam 1-6 bulan setelah berhenti, banyak pula yang bertahan dalam jangka panjang.

Lihat Foto

KOMPAS.COM/TOTO SIHONO

Ilustrasi narkoba

Kasus narkoba ramai terjadi minggu ini. Dimulai dari penangkapan Jennifer Jill di rumah mewahnya, Rinada si mantan istri Andhika 'The Titans' positif sabu, hingga Kompol Yuni Purwanti yang ditangkap bersama 11 anggota lainnya.

Namun ternyata artis cantik Jennifer Jill negatif narkoba meskipun dia menyimpan sabu. Tapi, pertanyaan soal butuh waktu berapa lama narkoba hilang dari tubuh?

 

Mungkin beberapa dari Anda beranggapan bahwa keberadaan zat terlarang itu ada di tubuh hanya hitungan jam atau bahkan menit. Namun, menurut beberapa sumber yang coba dirangkum Okezone, setiap narkoba punya daya tahan tersendiri dalam urusan 'berapa lama ada di dalam tubuh'. So, berikut ulasannya.

Bloomberg menjelaskan bahwa setiap jenis narkoba meninggalkan tanda-tanda kimiawi di dalam tubuh untuk jangka waktu yang tidak sama.

"Saat seseorang menggunakan narkoba (ditelan, diendus, atau dihisap), tubuh secara alami akan mulai memecahnya. Dalam proses tersebut, metabolit atau produk sampingan dari obat tersebut diproduksi dan dapat bertahan di dalam darah, urin, bahkan rambut setelah efek awal dari obat dirasakan," lapor Bloomberg.

Nah, jejak metabolit itu yang kemudian dicari oleh para 'penguji', dengan harapan mereka mendapatkan hasil apakah seseorang menggunakan narkoba atau tidak. Ini juga menjadi indikasi seseorang benar-benar menggunakan narkoba atau hanya 'menyentuhnya' secara tidak sengaja.

Ada catatan penting dalam hal pengujian narkoba, Bloomberg menjelaskan, tes rambut dinilai lebih akurat dibandingkan tes darah dan urin.

Sebab, tes darah dan urin tidak dapat terdeteksi sebagian besar pengguna narkoba jika seseorang tidak menggunakan narkoba selama sekitar seminggu.

"Pada kasus penggunaan heroin misalnya, secara umum pengguna heroin tidak dapat terdeteksi dalam urinnya jika dia menggunannya hanya tiga atau lima hari," ungkap kantor berita tersebut.

 Berikut ini penjelasannya:

1. Pada tes darah

Pada pengguna narkoba jenis Lysergic acid dietylamide (LSD), zat tersebut hanya dapat dilacak dalam darah 3 jam. Morphine (8 jam), heroin (12 jam), amphetamine (12 jam), alkohol (12 jam), methamphetamine (37 jam), MDMA (48 jam), kokain (48 jam), barbiturates (48 jam), cannabis (336 jam).

2. Pada tes urin

Pengguna narkoba jenis Lysergic acid dietylamide (LSD), zat tersebut terlacak dalam urin selama 3 hari. Untuk amphetamine (3 hari), MDMA (4 hari), heroin (4 hari), kokain (4 hari), barbiturates (4 hari), alkohol (5 hari), morpin (6 hari), methamphetamine (6 hari), dan kanabis (30 hari).

3. Pada tes rambut

Narkoba jenis LSD bertahan di rambut lebih dari 3 hari, sedangkan alkohol, amphetamine, barbiturate, kokain, kanabis, heroin, MDMA, methamphetamine, dan morpin, semua itu bertahan lebih dari 90 hari.

(DRM)

Bupati Ogan Ilir AW Nofiadi ketika digiring ke dalam mobil untuk dibawa ke Jakarta, Senin (14/3/2016).

Laporan Wartawan TribunSumsel.Com, Mochamad Krisnariansyah

TRIBUNSUMSEL.COM,PALEMBANG  -  Hilangnya kandungan narkoba dalam tubuh terbilang cepat, pasalnya hanya butuh satu sampai dua minggu lebih kandungan zat ini tak ada lagi di urine.

Diungkapkan Kepala Unit Rehabilitas Napza RS Ernaldi Bahar, Yatiman S.Kep kepada Tribunsumsel.com Senin (14/3/2016), bila efek kandungan narkoba pada tubuh bisa hilang dalam hitungan minggu.

Untuk pemakaian narkoba jenis sabu misalnya akan hilang dalam satu minggu, lalu ganja hilang dua minggu lebih sedangkan pemakaian heroin bisa capai 3 minggu untuk hilang.

"Identifikasi sabu sebaiknya dilakukan dalam kurung waktu dibawah satu minggu, sebab bila lebih dari itu maka hasil tes urinenya pun akan negatif," terangnya.

Namun dikatakan Yatiman, berbeda untuk tes dengan menggunakan rambut. Efek kandungan narkoba akan tetap bisa dianalisa, karena dalam penggunan tes ini bisa mendeteksi lebih lama atau sekitar 3 bulan semenjak si pemakai menggunakan narkoba dapat diketahui.

"Untuk alat pemeriksaan hanya terbatas pada urine dan rambut, namun untuk yang lebih akurat bisa mengunakan analisa darah. Kendalanya alat ini hanya tersedia di Ruma sakit ketergantungan obat (RSKO) Jakarta," jawabnya.

Mengenai beberapa hal yang dapat membuat hasil validitas tes urine gagal, dijelaskan Yatiman bisa dikarenakan beberapa hal, seperti dengan mencampurkan urine dengan air sehingga menyamarkan hasil tesnya.

Ataupun juga penyalahgunaan beberapa obat yang dapat menganggu hasil tes narkoba tersebut.

"Saat diuji dengan strip tes urine, maka hasilnya tidak positif ataupun bila positif hasilnya sedikit mengaburkan (samar-red), maka tidak bisa dipastikan apakah si pemakai ini baru memakai atau sudah lama tak pakai," jawabnya.

Yatiman pun menegaskan, bila tak ada obat apapun yang dapat menghilangkan pengaruh narkoba secara cepat dan lansung usai dipakai.

Sebab kebanyakan obat yang digunakan hanya membantu proses kelancaran untuk membuang urine lebih banyak sehingga kandungan narkoba bisa cepat keluar dari dalam tubuh.

"Dipastikan untuk jenis obat itu tidak ada, yang ada hanya penyalahgunaan obat untuk menyamarkan ataupun membantu cepat proses urine keluar dari tubuh seperti meminum air putih lebih banyak dan soda," tuturnya.(*) 

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA