Bagaimana perilaku yang menunjukkan pengendalian diri mujahadah an nafs

Pengertian pengendalian diri adalah menahan diri dari segala perilaku yang berpotensi merugikan baik itu bagi diri sendiri maupun orang lain.

Contoh pengendalian diri adalah:

  • Memaafkan kesalahan yang diperbuat seseorang pada kita.
  • Meskipun tidak suka pada seseorang, tetapi senantiasa bersikap baik adalah bentuk pengendalian diri.
  • Tidak membalas ejekan dengan ejekan, atau hinaan dengan hinaan.
  • Menahan marah dan tetap berpikir tenang meskipun seseorang berbuat aniaya pada kita.
  • Menghindari silap tamak dan rakus entah pada makanan, baju, tas, sepatu dan sebagainya juga adalah bentuk pengendalian diri.

Contoh pengendalian diri di lingkungan sekolah adalah :

  • tidak membuat gaduh ketika pelajaran berlangsung,
  • menghindari perkataan yang menyakiti hati guru atau teman, dan
  • menggunakan waktu istirahat untuk kegiatan yang positif.

Contoh pengendalian diri di lingkungan tempat tinggal adalah :

  • bergaul dengan tetangga dan masyarakat sekitar sesuai dengan norma lingkungan.
  • menghindari penggunaan kata-kata yang menyakiti hati orang lain,
  • tidak membuat keonaran di kampung.

Contoh pengendalian diri di lingkungan rumah adalah :

  • tidak membuat keributan dengan saudara
  • bersikap sopan kepada yang lebih tua
  • saling menyayangi antarsaudara

Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sikap Pengendalian Diri (Mujahadah an-Nafs)

  • Bersabar jika ada orang yang mengejek atau mencomooh kita.
  • Memaafkan kesalahan orang lain.
  • Ikhlas terhadap berbagai macam musibah yang menimpa, dengan terus mencoba memperbaiki diri dan lingkungan.
  • Menjauhi penyakit hati seperti sifat dengki atau iri hati kepada orang lain dengan tidak membalas kedengkian mereka kepada kita.
  • Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt. kepada kita, dan tidak merusak nikmat tersebut; seperti menjaga lingkungan agar selalu bersih, menjaga tubuh dengan merawatnya, berolahraga, mengonsumsi makanan dan minuman yang halal, dan sebagainya.

Contoh Perilaku yang Mencerminkan Prasangka Baik (Husnussan)

  • Memberi sumbangan sesuai kemampuan kepada peminta-minta yang datang ke rumah kita.
  • Turut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial baik ketika di lingkungan rumah, sekolah, ataupun masyarakat.
  • Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada kita dengan penuh tanggungjawab.
  • Memberikan apresiasi atas prestasi yang dicapai oleh teman atau orang lain dalam bentuk ucapan atau pemberian hadiah.
  • Menerima dan menghargai pendapat teman/orang lain meskipun pendapat tersebut berlawanan dengan keinginan kita.

Contoh Perilaku yang MencerminkanPersaudaraan (Ukhuwwah)

  • Mendamaikan teman atau saudara yang berselisih agar mereka sadar dan kembali bersatu.
  • Bergaul dengan orang lain dengan tidak memandang suku, bahasa, budaya, dan agama yang dianutnya.
  • Menjenguk/mendoakan/membantu teman/orang lain yang sedang sakit atau terkena musibah.
  • Menghindari segala bentuk permusuhan, tawuran, ataupun kegiatan yang dapat merugikan orang lain.
  • Menghargai perbedaan sukur, bangsa, agama, dan budaya teman/orang lain.

Sebagai makhluk sosial, kita diharuskan selalu berusaha mengendalikan sikap dan tutur kata. Segala keinginan pribadi, penggunaan hak, dan segala tingkah laku kita hendaknya tidak menjurus kepada pemerasan, percekcokan, permusuhan, pertengkaran, keonaran, dan kerusuhan. Kita hams berusaha mengendalikan sikap buruk berupa dengki hati, pemarah, kurang sabar, pelit, serakah, dan, sombong.

Untuk itu, perlu dikembangkan sikap tenggang rasa dan tepa salira, lemah lembut, sabar, dan menghargai orang lain. Dengan sikap tersebut, perselisihan dan benturan sosial dapat dikendalikan. Jika tidak senang dihina dan disakiti orang lain maka jangankh menyakiti dan menghina orang lain. Begitu pula jika tidak senang hak kita dilanggar oleh orang lain, janganlah melanggar hak orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai persoalan kecil berkembang menjadi besar. Perselisihan akibat salah paham berkembang menjadi besar, kemudian berkembang menjadi keributan, keonaran, dan akhirnya menimbulkan ketegangan hidup bermasyarakat.

Ini untuk kamu yang belum bisa mengendalikan diri, ada Hadis Tentang Pengendalian Diri untuk senantiasa kita bisa mengendalikan diri kita.

Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:  “Orang yang perkasa bukanlah orang yang menang dalam perkelahian, tetapi orang yang perkasa adalah orang yang mengendalikan dirinya ketika marah.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Hadis tentang Prasangka Baik

Berperasangka baik kepada orang lain merupakan hal yang mudah – mudah susah, apalagi ketika berkumpul dengan teman-teman biasanya kita membahas diri orang lain, yang seakan-akan diri kita yang paling benar, maka Hadis tentang Prasangka Baik ini memberitahu kepada kita untuk senantiasa Berprasangka Baik kepada orang lain.

Rasulullah saw. Bersabda : “Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (H.R. Bukhari)

Hadis tentang Persaudaraan

Manusia adalah makhluk sosial yang dimana kita pasti membutuhkan orang lain, dan persaudaraanlah kunci dari kehidupan di dunia ini, jika kita mempunyai banyak saudara bukankah, kita banyak yang menolong jika mengalami kesusahan.

Berikut Hadis yang bisa menuntun kita dalam persaudaraan yang lebih baik lagi. Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir ra. bahwa Rasulullah saw. Bersabda: Artinya : “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi, seperti satu tubuh. Apabila satu organ tubuh merasa sakit, akan menjalar kepada semua organ tubuh, yaitu tidak dapat tidur dan merasa demam.” (H.R. Muslim)

Jakarta -

Mujahadah an nafs adalah pengendalian diri menghadapi hawa nafsu. Dikutip dari Media Pembelajaran SMA, SMK, dan SMALB Pendidikan Agama Islam Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB, contoh upaya mujahadah an nafs terdapat dalam kisah Nabi Yusuf AS.

Kalimat mujahadah an nafs berasal dari dua kata dalam bahasa Arab. Kata mujahadah artinya adalah bersungguh-sungguh, sedangkan nafs atau an nafs berarti diri sendiri. Makna mujahadah an nafs adalah bersungguh-sungguh melalui pengendalian diri agar tidak melakukan kesalahan.

Kisah Nabi Yusuf AS ada dalam Al Quran dalam surat dengan nama yang sama dengan sang utusan Allah SWT. Dalam surat ke-12 tersebut diceritakan, Nabi Yusuf AS dimasukkan dalam sumur pada usia yang masih belia. Dia ditemukan serombongan kafilah yang membawa dan menjualnya.

Sang Nabi dijual di Mesir sebagai hamba sahaya. Beranjak dewasa, Nabi Yusuf AS tumbuh menjadi seseorang yang tampan hingga menarik perhatian dari istri majikannya. Nabi Yusuf AS kemudian dirayu dan digoda istri majikannya, yang semuanya ditolak Nabi Yusuf AS.

Namun Nabi Yusuf AS justru dituduh melakukan perbuatan mesum tersebut. Nabi Yusuf AS menolah tuduhan tersebut, yang bisa dilihat dalam surat Yusuf ayat 33,

قَالَ رَبِّ ٱلسِّجْنُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا يَدْعُونَنِىٓ إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّى كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلْجَٰهِلِينَ

Arab latin: Qāla rabbis-sijnu aḥabbu ilayya mimmā yad'ụnanī ilaīh, wa illā taṣrif 'annī kaidahunna aṣbu ilaihinna wa akum minal-jāhilīn

Artinya: Yusuf berkata, "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh."

Nabi Yusuf AS yang sudah melakukan mujahadah an nafs, tetap dijebloskan penguasa saat itu ke penjara. Di penjara ujian terhadap pengendalian diri belum berhenti.

Mengalami banyak cobaan, Nabi Yusuf AS tidak lantas menyerah. Dia tetap mempertahankan mujahadah an nafs, termasuk saat menghadapi batu ujian kenabian. Setelah berbagai jenis cobaan. Nabi Yusuf AS akhirnya menemui saat yang membuatnya bahagia.

Atas izin Allah SWT, Nabi Yusuf AS bertemu kembali dengan ayahnya Nabi Yakub AS dan saudara-saudaranya. Nabi Yusuf AS tidak menuntut balas atas perilaku saudara-saudaranya, meski telah membuat dia terpisah dengan keluarga.

Nabi Yusuf AS telah memberi contoh perilaku mujahadah an nafs yaitu:

1. Tidak memenuhi nafsu saat digoda dan dirayu istri majikannya

2. Tidak menuntut balas atas perilaku saudara-saudaranya.

Semoga tulisan ini bisa menjawab pertanyaan mujahadah an nafs adalah, serta menginspirasi detikers untuk mengendalikan diri.

(row/erd)

Jakarta -

Dalam agama Islam, kontrol diri diistilahkan dengan mujahadah an nafs. Kontrol diri sama dengan pengendalian menghadapi hawa nafsu, emosi, dan hal lain yang nantinya berdampak buruk.

"Mujahadah an nafs berasal dari kata mujahadah yang artinya bersungguh-sungguh, serta an nafs berarti diri sendiri. Maknanya adalah perjuangan melawan hawa nafsu atau perbuatan tercela sesuai hukum Allah SWT," tulis BKM At-Taqwa Universitas Medan Area (UMA) dikutip detikcom, Rabu (25/8/2021).

Dalam artikel yang ditulis dosen UMA Prof Dr HA Rafiqi Tantawi, MS, tersebut, kontrol diri bukan hal yang mudah. Apalagi manusia punya kecenderungan tertarik pada hal negatif dan bujukan negatif. Hal ini tercantum dalam Al Quran surat Al-Mujadalah ayat 19,

ٱسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ ٱلشَّيْطَٰنُ فَأَنسَىٰهُمْ ذِكْرَ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ حِزْبُ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱلشَّيْطَٰنِ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ

Arab latin: Istaḥważa 'alaihimusy-syaiṭānu fa ansāhum żikrallāh, ulā`ika ḥizbusy-syaiṭān, alā inna ḥizbasy-syaiṭāni humul-khāsirụn

Artinya: "Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi."

Beratnya kontrol diri yang dalam agama Islam diistilahkan mujahadah an nafs juga dikisahkan Rasulullah SAW, yang baru pulang dari Perang Badar. Rasulullah SAW ternyata menganggap perang Badar sebagai pertempuran kecil dibanding melawan diri sendiri.

"Ya Rasulullah, Apakah ada lagi perang yang lebih besar dari ini (Perang Badar)?" Rasulullah mengatakan, "Melawan hawa nafsu," tulis artikel karya dosen fakultas pertanian UMA tersebut.

Kontrol diri yang dalam agama Islam diistilahkan mujahadah an nafs adalah bagian dari kesabaran. Dikutip dari artikel Membangun Kontrol Diri Remaja Melalui Pendekatan Islam dan Neuroscience karya Ragwan Mohsen Alaydrus, kontrol diri adalah kesabaran dengan tingkat paling diri.

Artikel yang terbit dalam Psikologika Volume 22 Nomor 1 tahun 2017 tersebut menjelaskan, kontrol diri berkaitan erat dengan fungsi kalbu yang cenderung pada ketaatan. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menyarankan umatnya rajin beribadah sebagai pelindung dari dosa.

Imam Al-Ghazali menerangkan, kontrol diri yang baik akan menghasilkan kekuatan karakter. Artinya pembangunan karakter memerlukan pengendalian diri, disiplin, dan selalu yakin akan balasan dari Allah SWT. Muslim yang taat beribadah, punya karakter kuat, dan mampu kontrol diri lebih mampu menahan diri dari kesenangan sementara.

Gimana detikers, sudah jelas ya soal istilah kontrol diri dalam agama Islam? Semoga tulisan ini bisa memberi hikmah, manfaat, dan semangat mengendalikan diri.

Simak Video "Bank Syariah Butuh Pemerintah"


[Gambas:Video 20detik]
(row/erd)