Bagaimana peran pelajar dan mahasiswa dalam aksi Tritura

Bagaimana peran pelajar dan mahasiswa dalam aksi Tritura

Unjuk rasa Tritura pada tahun 1966.

Intisari-Online.com - Kini, tanggal 10 Januari diperingati sebagai Hari Tritura.

Pada 10 Januari, 36 tahun yang lalu, yaitu tahun 1966, terjadi demonstrasi besar-besaran dengan membawa Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat.

Kemudian, Tritura pun menjadi catatan sejarah Indonesia, bagaimana usaha para mahasiswa untuk memperbaiki kondisi politik dan memperjuangkan hak rakyat.

Selain para mahasiswa, berbagai elemen juga ikut berjuang bersama dalam aksi-aksi yang diselenggarakan pada saat itu dan menyerukan Tritura.

Para demonstran terus menuntut agar pemerintah memenuhi tiga tuntutan mereka, di antaranya:

1. Bubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI)

2. Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S

3. Turunkan harga

Ketika itu, Indonesia mengalami ketidakstabilan politik, yang kemudian juga berdampak pada kondisi ekonomi rakyat.

Dalam Buku Gerakan Mahasiswa 1966 dan 1998 (2011) yang diterbitkan Kemenparekraf tertulis bahwa kondisi politik di Indonesia dari tahun 1960 sampai dengan 1965 diwarnai oleh konstelasi tiga kekuatan politik.

Tiga kekuatan besar yang berkembang pada saat itu berpusat pada Soekarno, ABRI (Angkatan Darat) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ketidakstabilan politik kemudian menyebabkan menurunnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan.

Belum lagi kebijakan Presiden Soekarno yang membuat Indonesia dijauhi negara barat karena sikap anti neokolonialisme dan neoimperialisme menyebabkan posisi Indonesia semakin sulit.

Sikap itu membuat Indonesia akhirnya kehilangan dukungan internasional baik di bidang politik maupun ekonomi.

Puncaknya adalah pada malam gerakan 30 September (G30S).

Dengan kondisi politik dan ekonomi Indonesia semakin memprihatinkan, bergeraklah para mahasiswa.

Pertemuan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) tanggal 9 Januari 1966 menyepakati beberapa rumusan tuntutan yang kemudian disebut Tritura dan akan disampaikan kepada Presiden Soekarno.

Tritura dihasilkan dari hasil diskusi para mahasiswa, tanpa campur tangan pihak lain.

Tiga orang wakil KAMI Pusat yaitu, lsmid Hadad (Ikatan Pers Mahasiswa), Saverinus Suwardi (PMKRI) dan Nazaruddin Nasution (HMI) adalah orang-orang yang merumuskan tiga tuntutan bersejarah itu.

Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Pusat yang mengadakan rapat di sekretariatnya, di Jalan Sam Ratulangi No. I dan memutuskan untuk menyelenggarakan demonstrasi secara besar-besaran pada 10 Januari 1966.

Kemudian, pada 10 Januari itulah untuk pertama kalinya Tritura dikumandangkan di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Kolonel Sarwo Edhi, yang ketika itu sebagai komandan pasukan elite RPKAD juga hadir dalam momen bersejarah tersebut.

Pada hari itu juga terjadi aksi-aksi dan pendudukan tempat-tempat strategis di Jakarta.

Sementara wakil mahasiswa diterima oleh Wakil Perdana Menteri III, Chairul Saleh yang berujung pada penyerahan keputusan kepada Presiden.

Dua hari kemudian, pada 12 Januari 1966, wakil mahasiswa diundang Presiden Soekarno di lstana Bogor untuk menghadiri sidang kabinet.

Beberapa tuntutan mahasiswa dijawab dengan penurunan harga minyak sebesar 50 persen serta upaya untuk mencari jalan keluar untuk menurunkan harga barang secara keseluruhan.

Namun kemudian presiden Soekarno merasa janjinya sulit direalisasikan dan menuduh gerakan mahasiswa dimanipulasi dan ditunggangi oleh kekuatan neokolonialisme dan imperialisme.

Mahasiswa kembali bergerak agar Tritura dipenuhi, dan melakukan aksi sabotase pelantikan Kabinet Baru yang memaksa para calon menteri harus mencapai istana dengan menggunakan helikopter.

Situasi memanas dan terjadi bentrokan mahasiswa dengan pasukan pengawal khusus presiden, Cakrabirawa.

Sebuah insiden memilukan terjadi, seorang demonstran dari Universitas Indonesia, Arif Rachman Hakim tertembak dan gugur. Kejadian ini pun semakin membakar semangat para mahasiswa.

Tritura dipelopori oleh para mahasiswa tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).

Kemudian diikuti kesatuan-kesatuan aksi yang lainnya seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), serta didukung penuh oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).

(*)

Jawaban :

Peran pelajar dalam tututan Tritura adalah sebagai pihak yang paling mendorong terrealisasinya Tritura. Masyarakat yang sudah tidak lagi percaya dengan prinsip Demokrasi Terpimpin milik Sukarno, menolak kebijakannya yang menyebabkan meledaknya harga sembako dan kedekatan Sukarno dengan PKI yang dianggap memonopoli kalangan elit politik.

Di reshuffle kabinet tahun 1966, Sukarno menempatkan politisi-politisi PKI, yang semakin menyulut kemarahan mahasiswa dan mereka memboikot pelantikan menteri-menteri ini. Dalam aksi tuntutan mereka, satu orang mahasiswa terbunuh dalam demonstrasi. Hal ini mendorong aksi anarkis mahasiswa kepada fasilitas pemerintah.

Pada akhirnya, Sukarno menandatangani Supersemar pada 11 Maret 1966, memerintahkan Suharto untuk menetralisasi kekacauan yang dibuat para mahasiswa. Suharto menggulingkan Sukarno dengan berbekal hasil tanda tangan ini.

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.

Bagaimana peran pelajar dan mahasiswa dalam aksi Tritura

Pada akhir kepemimpinan Orde Lama Soekarno tahun 1966, Indonesia mengalami keadaan ekonomi dan politik yang buruk. Perekonomian Indonesia memburuk akibat pemerintah lebih mengutamakan kepentingan politik melalui doktrin ekonomi terpimpin yang menguras ekonomi Indonesia dan mengakibatkan adanya inflasi. Sedangkan politik Indonesia memburuk dengan puncaknya ketika terjadi Gerakan 30 September (G30S/PKI) 1965 yang membuat masyarakat resah. Untuk itu pemuda dan mahasiswa melancarkan aksi demonstrasi dan menuntut perubahan nasional melalui Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Tritura mewakili masalah dan sebagai pernyataan sikap tegas atas kinerja pemerintah kala itu, yang berisi:

  1. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya.
    akibat lambannya pemerintah menindak peristiwa G30S/PKI 1965.
  2. Perombakan Kabinet Dwikora.
    akibat Soekarno dianggap tidak becus mengendalikan kestabilan sosial-ekonomi dan dalam tubuh kabinet masih terdapat orang-orang PKI.
  3. Penurunan harga.
    akibat kesalahan fatal dalam kebijakan ekonomi pemerintahan Soekarno yang mendevaluasi rupiah dari kurs Rp1.000 menjadi Rp1.

Aksi demonstrasi tersebut berhasil menurunkan pemerintahan Orde Lama Soekarno dan membuat adanya pergantian pemerintahan baru di Indonesia yang dipimpin oleh Soeharto dan memasuki periode Orde Baru.

Dengan demikian, peran pemuda, pelajar dan mahasiswa pada 1966 adalah mewakili suara rakyat dengan Tritura melalui aksi demontrasi. Pengaruhnya terhadap ketatanegaraan adalah adanya pemerintahan baru dengan berakhirnya pemerintahan Orde Lama Soekarno dan dimulainya pemerintahan Orde Baru Soeharto.

Minggu, 30 Januari 2022 15:42

Bagaimana peran pelajar dan mahasiswa dalam aksi Tritura
lihat foto
Bagaimana peran pelajar dan mahasiswa dalam aksi Tritura

Istimewa

Unjuk Rasa Tritura 

TRIBUNKALTIMWIKI.COM - Apa peran pelajar dan mahasiswa dalam aksi Tritura?

Hari Tritura kini diperingati setiap tanggal 10 Januari.

Itu merupakan tanggal di mana Tritura pertama kali dikumandangkan.

Tritura merupakan singkatan dari Tri Tuntutan Rakyat atau tiga tuntutan rakyat.

Lahirnya Tritura dilatarbelakangi oleh kondisi politik dan ekonomi Indonesia sekitar tahun 1960-an.

Baca juga: Cara Pangeran Mataram Membangun Pemukiman di Hutan Berangker yang Saat Ini Bernama kota Magelang


Dalam Buku Gerakan Mahasiswa 1966 dan 1998 (2011) yang diterbitkan Kemenparekraf tertulis bahwa kondisi politik di Indonesia dari tahun 1960 sampai dengan 1965 diwarnai oleh konstelasi tiga kekuatan politik.

Tiga kekuatan besar yang berkembang pada saat itu berpusat pada Soekarno, ABRI (Angkatan Darat) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ketidakstabilan politik kemudian menyebabkan menurunnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan.'

Baca juga: Kisah Hisashi Ouchi Korban Radiasi Nuklir Terburuk dalam Sejarah: Aku Bukan Kelinci Percobaan

Belum lagi kebijakan Presiden Soekarno yang membuat Indonesia dijauhi negara barat karena sikap anti neokolonialisme dan neoimperialisme menyebabkan posisi Indonesia semakin sulit.

Sikap itu membuat Indonesia akhirnya kehilangan dukungan internasional baik di bidang politik maupun ekonomi. Puncaknya adalah pada malam gerakan 30 September (G30S).

Ketidakstabilan politik pun berdampak pada kondisi ekonomi yang membuat rakyat merasa kesulitan.

Terjadi kepanikan hebat di tengah masyarakat ketika berbagai harga kebutuhan pokok melambung tinggi.

Tarif angkutan umum pun naik antara 500 sampai 1.000 persen, begitu juga dengan tarif jasa-jasa lainnya.

Baca juga: Selama PD II Tentara Jepang Diduga Menyiksa Warga Tiongkok dengan Air Panas dan Tangan Dibekukan

Ketika kondisi politik dan ekonomi Indonesia dalam kekacauan, pelajar dan mahasiswa Indonesia mempelopori gerakan untuk menyuarakan dan mengawal Tritura. Adapun isi Tritura yaitu sebagai berikut:

1. Bubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI)2. Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S

3. Turunkan harga

Para mahasiswa bergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan para pelajar bergabung dalam KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia).

Selain pelajar dan mahasiswa, bergabung pula berbagai unsur masyarakat lainnya.

Baca juga: Agar Kualitas Tidur Semakin Baik, Coba Konsumsi 4 Makanan Ini


Seperti Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI).

Tritura sendiri dirumuskan oleh para mahasiswa dan disepakati dalam pertemuan KAMI pada 9 Januari 1966.

Para perumus Tritura antara lain wakil KAMI Pusat yaitu, lsmid Hadad (Ikatan Pers Mahasiswa), Saverinus Suwardi (PMKRI) dan Nazaruddin Nasution (HMI).

Disepakati pula bahwa pada 10 Januari 1966 akan diselenggarakan demonstrasi besar-besaran.

Baca juga: Mimpi Jadi Makmum Saat Salat Menjadi Pertanda Baik

Ketika kitu, selain bertempat di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), aksi juga dilakukan di berbagai tempat strategis lainnya di Jakarta.

Peristiwa Tritura tahun 1966 menunjukkan bagaimana usaha pelajar dan mahasiswa Indonesia untuk memperbaiki kondisi politik dan memperjuangkan hak rakyat.

Pada akhirnya, Tritura menjadi salah satu peristiwa yang menandai berakhirnya masa pemerintahan Presiden Soekarno atau Orde lama, dan lahirnya Orde Baru.