Bagaimana peran australia dalam perjuangan diplomasi indonesia di forum internasional pbb

Transkrip program Radio Kookaburra:
Dukungan Australia kepada Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Teuku Mohammad Hamzah Thayeb, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri RI; Isman Pasha, Kepala Museum; Ilham Nugraha, Pengunjung; Iman Lukman Hakim, Gitaris Samba Sunda

Download file MP3

MUBAROK: Tahun ini adalah tahun ke-65 Kemerdekaan Republik Indonesia. Sepanjang sejarah hubungan Indonesia dan Australia, peristiwa-peristiwa dramatis pada waktu itu dipandang sebagai titik balik utama. Warga Indonesia dan Australia menyadari mereka mempunyai banyak kesamaan, baik pada tingkat pribadi maupun politik.

Kedutaan Besar Australia baru-baru ini mempersembahkan pameran foto yang merekam warga Indonesia dan Australia berjuang bersama untuk kemerdekaan Indonesia dan pemulihan perdamaian di kawasan.

Pameran foto dengan tema Indonesia’s Struggle for Independence: The Australian Connection ini dibuka bersama oleh Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia Paul Robilliard dan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Mohammad Hamzah Thayeb.

Pak Hamzah adalah mantan Duta Besar Indonesia untuk Australia dari 2005 hingga 2008.

T M HAMZAH THAYEB: Saya sangat menyambut pameran foto ini, sebab saya tadi sebagaimana dikatakan, mendapat kehormatan untuk memimpin Kedutaan Besar selama tiga tahun di Canberra. Apa yang saudara-saudara bisa lihat dalam foto ini, itulah yang menjadi landasan di mana kita mulai mengembangkan hubungan Indonesia dengan Australia.

MUBAROK: Hubungan Indonesia dengan Australia mendahului pengakuan resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap Republik Indonesia. Bertindak sebagai utusan Indonesia pada Komisi Jasa Baik PBB yang merundingkan pengakuan PBB pada Desember 1949, Australia adalah salah satu negara pertama yang mengakui Republik Indonesia.

Salah satu foto pada pameran itu memperlihatkan perwakilan Australia di PBB, Thomas Critchley, bersama Presiden Soekarno di Yogyakarta pada 7 Desember 1948, dan Pak Hamzah mempunyai hubungan khusus dengan foto itu.

T M HAMZAH THAYEB: Di sini lah sejarah yang buat saya ada personal touch-nya. Ketika itu Pak Thomas Critchley ini didampingi oleh seorang Indonesia yang masih muda untuk mengantar beliau ke Yogya bertemu Presiden Soekarno. Orang Indonesia yang muda itu adalah ayah saya.

Oleh karena itu, ketika saya ditempatkan di Canberra, ini yang selalu saya pakai sebagai pegangan. Bahwasanya dari tahun 1948, bahkan sebelumnya, dalam perjuangan kita mencapai kemerdekaan, sudah terjadi hubungan dan sudah mendapat dukungan dari Australia untuk kemerdekaan Indonesia.

MUBAROK: Pameran foto yang berlangsung sebulan penuh pada Agustus itu diselenggarakan di Museum Konperensi Asia Afrika, sebuah tempat yang sangat bersejarah di Kota Bandung. Pembukaan pameran juga dihadiri oleh Kepala Museum, Isman Pasha.

ISMAN PASHA: Ini adalah satu cara untuk meningkatkan kepedulian masyarakat kita terutama generasi muda bahwa ternyata hubungan antara Indonesia dan Australia itu telah dijalin lama bahkan sejak usaha-usaha kemerdekaan Indonesia.

Dengan demikian diharapkan pameran ini bisa menjadi jembatan yang lebih indah antara hubungan kita dan Australia.

MUBAROK: Dukungan masyarakat Australia terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia bagi sebagian generasi muda nampaknya masih asing. Salah seorang pengunjung pameran mengatakan belum pernah mendengar tentang sejarah tersebut.

Ilham Nugraha adalah pelajar kelas 3 SMA Pancasila Bandung, berasal dari Tasikmalaya.

ILHAM NUGRAHA: Senang sekali ya, saya bisa melihat kerja sama Australia dan Indonesia sejak Presiden Soekarno.

MUBAROK: Selama pameran, Kedutaan Besar Australia juga mengadakan kegiatan pemutaran film dokumenter Indonesia Calling karya Joris Ivens tahun 1946 yang memperlihatkan dukungan serikat pekerja pelabuhan Australia kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia di Australia.

Selain itu juga ada diskusi buku biografi karya Molly Bondan, “Spanning a Revolution” dan “In Love with a Nation”. Molly adalah seorang warga Australia yang terlibat aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia menikah dengan Mohamad Bondan, seorang warga Indonesia yang menjadi tahanan politik selama pemerintahan kolonial Belanda.

Pembukaan pameran juga dimeriahkan dengan penampilan kelompok musik Bandung, Samba Sunda, yang bermain di Australia pada 2007.

IMAN LUKMAN HAKIM: Dan satu hal yang menarik, bahwa lagu ini ditulis oleh salah seorang personil kami namanya Efiq Zulfiqar. Sekarang dia berdomisili di Australia dan menikah dengan orang Australia.

MUBAROK: Samba Sunda dan sisi lain kisah hubungan erat warga Indonesia dan Australia yang disampaikan gitaris Iman Lukman Hakim. Dirgahayu Indonesia.

[Kookaburra tune]

Terima kasih kepada anda yang telah menjawab quiz SMS periode lalu tentang sebutan untuk penduduk pertama Australia. Jawaban yang benar adalah Indigenous Australians atau Aborigines, dan pemenangnya adalah: SITI FAUZIAH dari Flores, MAT ROHMAN dari Kediri dan YANTO dari Palembang.

Pertanyaan quiz untuk periode ini adalah sebagai berikut: Apa nama negara bagian di Australia yang menempati satu pulau sendiri? Apakah Victoria atau Tasmania?

Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Stasiun Radio, Pekerjaan dan Alamat anda. Jangan lupa mencantumkan alamat lengkap anda.

Jawaban ditunggu hingga 27 September 2010 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.

Agustus 2010 RS100842

Melbourne -

Wilayah Hindia Belanda, yang dikenal warga Australia saat itu dengan sebutan Netherlands East Indies memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Australia barulah mengenal sebutan Negara Indonesia dan segera menyusun langkah-langkah baru untuk mengakui kedaulatan negara tetangga terdekatnya.

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno-Hatta langsung menarik perhatian dunia. Peristiwa tersebut menjadi bentuk pernyataan perlawanan untuk merdeka yang pertama kalinya dari negara jajahan.

Australia, yang saat itu bersekutu dengan Belanda, terpaksa membuat kebijakan baru soal hubungannya dengan Indonesia. Terlebih sebelumnya Australia hanya mengutamakan hubungan politik dan ekonomi dengan Inggris.

Sejarah mencatat Belanda telah berulang kali mencoba melakukan agresi militer untuk merebut kembali kekuasaannya di Indonesia.

Beberapa tokoh nasionalis Indonesia, termasuk yang sedang berada di Australia, mencoba melobi pemerintah Australia.

Sementara di pihak Australia, untuk menunjukkan solidaritasnya, sekitar 4.000 pekerja kelautan bekerjasama dengan pelaut Indonesia melancarkan aksi pemogokan dengan menolak melakukan bongkar muat kapal-kapal Belanda yang membawa persenjataan milik Belanda.

Di tahun 1945, Sutan Sjahrir pernah memberikan pidato yang disampaikan bagi warga Australia. Sjahrir menyatakan Australia sebagai 'teman', dengan merujuk pada pengalaman kedua negara dalam perang Pasifik melawan Jepang. Ia juga mengakui kesuksesan Australia dengan membuat pasukan Jepang mundur.

Dalam pidatonya, Sjahrir juga berjanji bahwa Indonesia yang merdeka akan selalu membantu membela kedaulatan Australia.

Inilah, yang menurut saksi sejarah Joe Isaac sebagai tonggak awal hubungan antara Indonesia dan Australia.

Bagaimana peran australia dalam perjuangan diplomasi indonesia di forum internasional pbb

PemberitaanSydneyMorningHerald tanggal 25 September 1945 Foto:NationalLibrary of Australia

Professor Joe Isaac pernah menjadi asisten pribadi William Macmahon Ball, seorang dosen senior ilmu politik di Universitas of Melbourne. Pasca Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Macmahon Ball dipercaya memimpin delegasi Australia ke Indonesia.

Joe yang saat itu asisten dosen di jurusan ekonomi di Universitas of Melbourne terpilih mendampingi Macmahon Bell karena memiliki pengetahuan soal bahasa Belanda, Indonesia. Joe juga pernah menulis hubungan perdagangan Australia dan Hindia Belanda untuk tesisnya.

"Delegasi Australia bertemu Soekarno dan kabinetnya, khususnya [Sutan] Sjahrir, perdana menteri saat itu, menjadi awal penting dalam hubungan diplomatik kedua negara," kata Profesor Joe.

Salah satu permintaan yang diajukan PM Sjahrir adalah meminta masukan soal apa yang bisa dilakukan Australia untuk bisa menyelesaikan masalah dengan pemerintah Belanda.

"Australia memiliki peranan penting untuk memfasilitasi konsiliasi, bahkan ada permintaan untuk membantu dan mengatur perdamaian di sana," jelas Profesor Joe. "Australia juga memfasilitasi pergerakan [Indonesia] untuk mendapatkan pengakuan sebagai sebuah negara yang berdaulat."

Tapi Joe mengaku jika Australia saat itu tidak terlalu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.

"Kita tidak lebih dari menawarkan pasokan obat-obatan, menyediakan pangan karena adanya kekurangan pasokan beras di Jawa saat itu, juga adanya permintaan menyelesaikan masalah dan upaya perdamaian..."

Saat itu, Australia telah duduk di komite badan PBB dan termasuk salah satu negara yang mendesak agar kemerdekaan Republik Indonesia segera diakui.

Setelah PBB mengakui kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 1949, Australia pun harus mengubah kebijakannya.

"Indonesia jadi negara paling penting secara geografis [bagi Australia] dengan pemerintahan baru dan pengakuan dari PBB di tahun 1949 menyebabkan situasi berubah. Australia harus menyesuaikan kepada pemerintahan baru Indonesia."

Bagaimana peran australia dalam perjuangan diplomasi indonesia di forum internasional pbb

JoeIsaac, saksi sejarah pengakuan Australia soal kemerdekaan RI Foto:ErwinRenaldi

Profesor Joe Isaac yang lahir yang lahir di tahun 1922, pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar di Hindia Belanda, tepatnya di Semarang, Jawa Tengah.

Ia kemudian kembali ke Inggris, negara asalnya dan baru ke Indonesia di tahun 1945 untuk misi delegasi Australia.

Bagi Profesor Joe, menjadi saksi sejarah saat Indonesia masih dibawah pemerintahan koloni, hingga merdeka dan menjadi negara berkembang saat ini, memberikan pemahaman sendiri soal kemerdekaan Indonesia.

"Perubahan yang besar, tidak hanya dalam hal pemerintahan, tetapi warganya sendiri dalam menjalankan negaranya, dihargai secara diplomatis sebagai bagian dari PBB," ucap Profesor Joe. "...seperti anak kecil yang terus berkembang dan lari sendiri mengurus dirinya sendiri, mungkin itulah analogi saya [memaknai kemerdekaan].

Simak wawancara bersama Joe Isaac dalam tayangan video berikut ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

(nwk/nwk)