Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas selama ini seringkali satu arah dimana siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru. Oleh karenanya, siswa lebih dilibatkan secara aktif untuk berinteraksi dengan guru atau antar siswa. Prosentase kemampuan siswa dalam memahami dan mengingat materi apa yang telah dipelajari sebelumnya hanya 5% jika mereka sekadar mendengarkan penjelasan guru. Show Demikian disampaikan trainer dari TU/e University , Harry van de Wouw, dalam Workshop “Teaching and Learning in for Vocational High School (SMK) Teachers”, di Kampus Terpadu, Sabtu (27/8). Kegiatan ini diikuti oleh 15 guru SMK Muhammadiyah Bambanglipuro dan SMK Muhammadiyah 1 Bantul. Menurutnya, hubungan yang saat ini terjadi antara guru dan siswa seringkali satu arah dimana siswa hanya sekadar mendengarkan apa yang disampaikan guru. “Jika dilihat dari piramida pembelajaran, siswa akan mudah lupa dengan apa yang dipelajari sebelumnya ketika mereka hanya mendengarkan penjelasan guru karena prosentasenya hanya sekitar 5%,”urai Harry. Ia menambahkan, siswa akan mampu mengingat dan memahami materi lebih dalam dan lama jika mereka mampu menjelaskan isi materi kepada orang lain. “Pemahaman dan daya ingat siswa dalam menjelaskan isi materi kepada orang lain mencapai 90%,” imbuh Harry Interaksi juga menjadi poin penting dalam kegiatan belajar mengajar karena tak hanya siswa saja yang mendapatkan manfaat, namun juga para guru juga memperoleh umpan balik (feedback) apakah materi yang disampaikan dapat diterima murid dengan baik. “Untuk itu, mendengar pengalaman para siswa dapat diaplikasikan dalam metode pembelajaran sebelum guru masuk ke dalam penjelasan teori dan setelah perkenalan,” jelasnya. Untuk itu, Harry memaparkan, ketika merancang dan melakukan revisi materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada para siswa, guru sebaiknya selalu memulai dengan merancang hasil akhir (outcome) apa yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar mengajar itu. Seorang guru hanya bisa memilih isi materi dan tugas pembelajaran setelah ia menyadari benar apa yang dibutuhkan oleh siswanya dalam memahami keseluruhan materi yang disampaikan. “Namun, dalam prakteknya para guru sering memulai dengan materi atau tugas dan berlari dengan cepat pada hasil akhir pembelajaran setelahnya. Akibatnya materi dan hasil pembelajaran pun menjadi tak lagi cocok dengan tingkat pembelajaran secara keseluruhan Jangan menganggap bahwa semua siswa menyukai isi materi yang akan disampaikan seketika itu juga,” jelasnya. Lebih lanjut, Ia menguraikan empat karakteristik siswa yang terdiri dari siswa yang termotivasi oleh profesi, balasan, sosial, dan siswa yang memang memiliki minat besar dalam bidangnya. “Sayangnya, karakteristik siswa terakhir ini bisa dibilang jumlahnya sedikit dan menjadi minoritas diantara karakteristik yang lain. Oleh karenanya, pada awal studi tersebut, para siswa perlu didorong dan diberikan semangat untuk mempelajari materi yang diberikan,” urai Harry.
Diperbarui tanggal 11/Des/2021 kategori Belajar dan Pembelajaran / tanggal diterbitkan 11 Desember 2021 / dikunjungi: 3.20rb kali
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesamanya, interaksi antara guru dan murid, baik itu disengaja maupun tidak disengaja (Sardiman, 2011:1). Dalam dunia pendidikan pola-pola interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar itu sangatlah penting untuk menciptakan apa yang diinginkan sekolah. Dengan demikian akan menciptakan dorongan dari guru terhadap siswa akan timbul sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari interaksi, tanpa adanya interaksi di dalamnya proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Interaksi ini akan terlaksana jika ada hubungan yang baik antara guru dengan siswanya. Semua komponen dalam sistem pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama lain (Mahmud, 2012:169). Untuk menciptakan hubungan yang baik antara guru dengan siswa, maka seorang guru hendaknya dalam berinteraksi menggunakan pola interaksi yang bisa membuat siswa lebih aktif, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik. Dalam penelitian ini, pola interaksi yang dimaksud adalah bagaimana pola interaksi guru terhadap siswa selama dalam proses pembelajaran, atau menggambarkan bagaimana pola interaksi guru terhadap siswa selama dalam proses pembelajaran. Jenis Pola Interaksi dalam PembelajaranMenurut Sanjaya (2005:170) dalam pembelajaran, interaksi antara guru dengan siswa terdapat model atau pola interaksi, dimana model atau pola interaksi ini terdiri atas tiga, yaitu:
Untuk menciptakan suasana belajar yang aktif ini, disini guru harus merencanakan secara yang matang dulu. Namun untuk diketahui bahwa pola-pola interaksi tersebut masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan, pola satu arah dimana interaksi hanya diperankan oleh pendidik saja, sementara murid kurang dilibatkan (guru aktif, murid pasif) maka interaksi ini dapat dikatakan interaksi yang kurang ideal. Sementara pola interaksi dua arah, guru berperan dan siswa juga sedikit berperan karena siswa diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, dengan ini pembelajaran akan mulai aktif. Sedangkan pola interaksi multi arah adanya transaksi yang menggambarkan suasana hidup dan akrab, menyenangkan dan membangkitkan motivasi anak didik untuk saling aktif dan saling pengaruh mempengaruhi atau sama lain sehingga pola interaksi seperti ini dapat digolongkan kepada pola interaksi dinamis, dengan kata lain dapat memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak didik dalam meningkatkan pola pikir dan mengembangkan potensi diri (Ramayulis, 2008:180). Dimyati dan Mudjiono (2006:119-120) mengutip pendapat Lindgren, mengemukakan 4 (empat) kemungkinan interaksi dalam pembelajaran, yakni:
Menurut Sudjana (1998:43), ada tiga pola komunikasi dalam proses interaksi guru-siswa, yakni komunikasi sebagai aksi, interaksi, dan transaksi.
Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar bisa terjadi dalam berbagai pola interaksi/komunikasi di atas, akan tetapi komunikasi sebagai transaksi yang dianggap sesuai dengan konsep cara belajar siswa aktif sebagaimana yang dikehendaki oleh para ahli dalam pendidikan modern. Dalam mengelola interaksi belajar guru harus memiliki kemampuan mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan, memiliki keterampilan mengkomunikasikan program serta memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak. Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Di dalam interaksi belajar mengajar terjadi proses pengaruh-mempengaruhi, bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Dengan demikian, dari dua pendapat diatas, mengenai pola interaksi pendidikan pada dasarnya sama yaitu mengunakan pola interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungan serta didukung oleh metode dan media pembelajaran. Ciri-ciri Interaksi dalam PembelajaranSardiman (2011:15-18) yang mengutip pendapat Edi Suardi, menguraikan ciri-ciri interaksi belajar mengajar, antara lain:
Adapun ciri interaksi dalam pembelajaran (dalam http://sacarida.blogspot.-com Diakses tanggal 29 Agustus 2017) adalah sebagai berikut:
Sehubungan dengan uraian di atas bahwa dalam mengelola interaksi belajar mengajar, guru harus memiliki kemampuan mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan, memiliki keterampilan mengkomunikasikan program serta memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak. Faktor-faktor Pendukung Interaksi Dalam PembelajaranAda beberapa faktor pendukung dalam berinteraksi dengan siswa pada proses pembelajaran.
Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa faktor interaksi hakikatnya merupakan rangkaian komunikasi antara guru dan siswa yang dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran, bahan atau materi pembelajaran, guru dan siswa, metode belajar, media/sumber belajar, dan landasan pendidikan dimana semuanya saling mempengaruhi dalam membentuk interaksi pembelajaran. |