Aksi pawang hujan Rara Isti Wulandari di Sirkuit Mandalika, Minggu (20/3/2022). (tangkapan layar TV) Carlos Roy Fajarta Selasa, 22 Maret 2022 - 15:09:00 WIB
JAKARTA, iNews.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan angkat bicara terkait fenomena hujan di Sirkuit Mandalika dan keberadaan pawang Rara Isti Wulandari. Aksi Rara Isti sempat menjadi sorotan penonton dan pembalap MotoGP Mandalika 2022. Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan keberadaan pawang hujan merupakan kearifan lokal yang sudah ada di Indonesia dan tidak bisa dicampur adukkan dengan penjelasan ilmiah. "Pawang hujan itu merupakan sebuah kearifan lokal yang sulit dijelaskan secara ilmiah. Sedang Prakiraan Cuaca BMKG disusun berdasarkan sains teknologi dan dapat dijelaskan secara ilmiah berdasarkan data-data observasi parameter meteorologi,” kata Guswanto, Selasa (22/3/2022). “Sehingga tidak dapat dicampuradukkan dalam penjelasannya, namun keduanya bertujuan untuk menyukseskan perhelatan MotoGP Mandalika," katanya Menurutnya, pada saat event utama MotoGP berlangsung pada tanggal 20 Maret 2022, kondisi cuaca hujan terjadi cukup signifikan mengguyur area Sirkuit Mandalika sehingga berdampak pada penundaan sementara kegiatan pada pembalap di sirkuit. BACA JUGA: "Berdasarkan data observasi dari citra satelit, radar cuaca, dan data AWS (Automatic Weather Station) di sekitar lokasi Sirkuit Mandalika, dapat dianalisis bahwa pada tanggal 20 Maret 2022 saat event internasional MotoGP Mandalika berlangsung, telah terjadi hujan dengan intensitas bervariasi dari ringan hingga lebat dalam durasi singkat di sekitar area sirkuit Mandalika," ujarnya. Dia mengatakan, berdasarkan hasil analisis spasial distribusi hujan dari data citra radar cuaca, dapat diidentifikasi bahwa kejadian hujan pada saat event tersebut berlangsung tidak hanya terjadi di sekitar area Sirkuit Mandalika tetapi juga terjadi cukup meluas di wilayah sekitarnya. "Hasil analisis temporal dari citra radar cuaca dan data AWS di sekitar sirkuit menunjukkan bahwa hujan intensitas sangat ringan secara lokal terjadi di sebagian Sirkuit Mandalika yang dimulai sekitar pukul 10.00 WITA hingga siang hari," kata Guswanto. Dia mengungkapkan, pada siang menjelang sore hari kondisi hujan semakin meluas dan signifikan dengan intensitas sedang hingga lebat terutama pada periode jam 14.12 -15.10 WITA dengan kecenderungan intensitas menurun hingga 17.00 WITA. Berdasarkan citra radar cuaca dan satelit cuaca, dapat diidentifikasi bahwa pada saat kejadian hujan di Mandalika termonitor pertumbuhan awan tipe Cumulonimbus di sekitar wilayah Lombok bagian selatan. "Kondisi ini menjadi indikasi kuat pemicu terjadinya hujan di sekitar Mandalika pada saat event MotoGP berlangsung, kondisi ini juga menurun sampai pukul 17.00 WITA," ujarnya. Editor : Ahmad Antoni
Sumber foto : BMKG, Peta Prediksi Sebaran Hujan /BMKG/ KABAR BESUKI – Menurut penjelasan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan bahwa sebagian kota besar di Indonesia bakal hujan dengan intensitas yang beragam. Dalam informasi online yang ditampilkan oleh info BMKG yang dilacak di Jakarta, dijelaskan bahwa terpantau dua sirkulasi siklon. Yaitu di Selat Karimata dan di Samudera Hindia sebelah barat Kepulauan Mentawai yang membentuk kawasan pertemuan atau perlambatan kecepatan angin atau konvergensi memanjang dari Laut Jawa Barat sampai Lampung, sampai Laut Natuna dan masuk ke Samudera Hindia sebelah barat Kepulauan Mentawai. Kemudian diamati juga adanya daerah pertemuan atau pertemuan angin di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera, dan di Laut Natuna. Baca Juga: Kevin Sanjaya Melamar Valencia Tanoesoedibjo di Ulang Tahunnya yang Ke 27 Tahun, Netizen: Kok Sedih Ya Zona konvergensi lainnya juga terpantau memanjang dari pantai selatan Banten hingga Selat Sunda, kemudian di Kalimantan Tengah, di Sulawesi Tengah dan di wilayah Papua. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklon dan di sepanjang zona konvergensi atau pertemuan. Secara umum, kondisi cuaca di Pulau Sumatera berawan hingga berpotensi hujan lebat. Potensi hujan dengan intensitas sedang diperkirakan terjadi di Kota Medan. Waspadai potensi hujan lebat yang diperkirakan terjadi di Kota Bengkulu dan hujan disertai petir atau kilat di Kota Palembang. Proses Hujan Es Dijelaskan BMKG, Ini Informasinya (Foto: dok. istimewa (Pribadi)
Jakarta - Proses hujan es belakangan dicari tahu usai sejumlah wilayah di Indonesia mengalaminya pada awal pekan ini. Hujan es terjadi di Kabupaten Cianjur, Madiun, Karanganyar hingga Surabaya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahkan memperingatkan hujan es berpotensi terulang kembali. Diperkirakan hujan es masih dapat terjadi hingga Maret-April mendatang. Lalu bagaimana proses hujan es yang dijelaskan oleh BMKG? detikcom merangkum ulasan selengkapnya berikut ini. Dilansir dari situs resmi LAPAN, proses hujan es terbentuk dari:
Indikasi Proses Hujan EsDilansir situs resmi BMKG, hujan es terjadi di masa transisi atau pancaroba, baik dari musim kemarau ke musim hujan ataupun sebaliknya. Hujan es juga bisa disertai kilat atau petir dan angin kencang dengan durasi singkat. Adapun berikut beberapa indikasi terjadinya hujan es:
Proses hujan es kini sudah diketahui. Adapun BMKG memperkirakan hujan es masih terus terjadi hingga Maret dan April mendatang. Simak informasi di halaman selanjutnya. Simak Video 'Waspada! Hujan Es Masih Berpotensi Terjadi hingga Maret-April':
(izt/imk) Logo BMKG dan host prakiraan cuaca pada Selasa, 9 Juli 2019
Daftar Isi
TRIBUNNEWSWIKI.COM – Pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada 1841, diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Pada 1866, kegiatan pengamatan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah bernama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi, dipimpin oleh Dr. Bergsma. Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945, nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho. Pada 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua yaitu Biro Meteorologi (Yogyakarta) yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia, khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara. Instansi kedua adalah Jawatan Meteorologi dan Geofisika (Jakarta) dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga. Pada 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Pada 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO. Pada 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara. Setelah banyak berganti nama, akhirnya melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen. Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. (1) Daftar Pejabat BMKG tahun 2019 (bmkg.go.id)Visi Mewujudkan BMKG yang handal, tanggap dan mampu dalam rangka mendukung keselamatan masyarakat serta keberhasilan pembangunan nasional, dan berperan aktif di tingkat Internasional. |