Bagaimana bahasa yang digunakan di dalam suatu karya ilmiah

freepik

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan dan bahasa nasional yang sudah dipakai oleh seluruh warga negara Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia, bahasa tersebut tidak mungkin terlepas dari penulisan karya ilmiah maupun non ilmiah.

Mungkin bagi beberapa orang dan juga mahasiswa sudah tidak asing lagi dengan yang namanya karya ilmiah. Apa sih karya ilmiah itu? karya ilmiah merupakan karya tulis yang dibuat dari hasil penelitian, pengamatan dan peninjauan untuk memecahkan suatu permasalahan dengan landasan teori dan metode-metode ilmiah. 

Karya ilmiah ini biasanya berisi tentang data, fakta dan solusi dari masalah yang ada dari karya ilmiah tersebut. Contoh dari karya ilmiah yaitu: makalah (paper), laporan akhir, artikel ilmiah, dan laporan penelitian (skripsi, tesis, disertasi, dll). 

Karya ilmiah yang bersifat objektif, logis, sistematik, lugas dan jelas dapat dibuat dengan menggunakan bahasa yang baik dan tepat. Jika penggunaan bahasa kurang tepat dan tidak baik, maka akan membuat kurangnya pemahaman pembaca terhadap ide atau gagasan yang disampaikan oleh penulis. 

Bahasa Indonesia dalam karya ilmiah mempunyai beberapa ciri khas atau aturan yang berbeda dengan karya tulis non ilmiah. Secara khusus bahasa baku yang dipakai dalam karya tulis ilmiah ini disebut dengan bahasa Indonesia ragam ilmiah atau ragam ilmu pengetahuan. 

Menurut Suwito (1982) bahasa tulis ragam ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri yaitu: 1) pilihan kata dan peristilahannya tepat, 2) kalimatnya efektif dan penataannya dalam paragraf baik, 3) penalaran dan sistematikanya bagus, 4) pemaparan dan gaya bahasanya menarik (Markhamah dalam Prayitno, dkk, 2000:128). 

Ragam bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Lugas 

Bahwa yang disampaikan tidak berbelit-belit sehingga kesalahpahaman dan salah penafsiran dalam kalimat dapat dihindarkan. 

2. Jelas 

Kalimat dalam pembuatan karya ilmiah harus jelas, maksud jelas disini bahwa kata-kata yang digunakan harus berhubungan dengan gagasan yang diikuti. 

3. Formal 

Tingkat keformalan bahasa dalam artikel ilmiah dapat dilihat pada kosakata, bentukan kata, dan kalimat yang digunakan. Kosakata yang digunakan cenderung mengarah pada kosakata ilmiah teknis, yang jarang dipahami oleh masyarakat umum. 

4. Kalimatnya bebas dari ketaksaan (ambigu) 

Kalimat yang digunakan tidak memiliki dua arti atau bermakna ganda. 

Bagaimana bahasa yang digunakan di dalam suatu karya ilmiah
Eri Purwanti, S.Pd Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Adipala Kab. Cilacap

Karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yaitu menggunakan metode ilmiah didalam membahas permasalahan, menyajikan kajiannya dengan menggunakan bahasa baku dan tata tulis ilmiah, serta menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yang meliputi : bersifat objektif, logis, empiris, sistematis, lugas, jelas dan konsisten (Jaja Koswara dalam Prayitno, dkk, 2000: 12).

          Bahasa dalam karya ilmiah mempunyai ciri khas yang berbeda dengan bahasa dalam karya-karya fiksi atau tulisan di media massa. Bahasa dalam karya ilmiah adalah ragam bahasa tulis yang termasuk dalam ragam bahasa baku yaitu ragam yang mempunyai kaidah-kaidah paling lengkap dibanding dengan ragam lainnya, ragam yang mempunyai gengsi dan wibawa yang tinggi dan menjadi tolok bandingan bagi pemakai bahasa yang benar (Alwi, dkk, 2003:13). Secara khusus bahasa baku yang dipakai dalam karya tulis ilmiah ini disebut dengan Bahasa Indonesia ragam ilmiah atau ragam ilmu pengetahuan.

          Ciri-ciri penggunaan Bahasa Indonesia dalam karya ilmiah : Menggunakan kata-kata dan istilah yang Baku yaitu kata-kata yang sesuai dengan kaidah kebahasaan yang sudah ditetapkan. Sebagai pedoman yang dipakai untuk menentukan mana kata yang baku, mana kata yang tidak baku adalah menggunakan pedoman ejaan yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah serta buku-buku pedoman lain yang menunjang yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa. Dalam memilih kata baku dan kata tidak baku, tidak boleh berdasar pada kata-kata yang sering dijumpai karena belum tentu kata-kata tersebut merupakan kata yang benar menurut kaidah.

Pertama penggunaan kata dan istilah yang Tepat, Cermat dan Hemat.  Selain harus baku, pemilihan kata juga harus lazim, hemat, cermat (Arifin, 1998: 82).

Kedua kalimat efektif. karya tulis ilmiah  yang baik tentunya selain menggunakan diksi dan istilah yang tepat juga harus menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas dan enak dibaca (Arifin, 1998: 84).

Ketiga paragraf yang baik. Paragraf yang baik harus menggunakan prinsip kesatuan yaitu dalam sebuah paragraf hanya terdiri dari satu gagasan pokok. Semua kalimat yang membentuk kesatuan dalam paragraf tersebut hanya merujuk pada satu gagasan pokok tersebut. Adapun yang dimaksud dengan kelengkapan dalam paragraf adalah terpenuhinya kebutuhan kalimat penjelas yang mengantar kalimat utama jika kalimat-kalimat yang menopang kalimat utama dikembangkan secara jelas dan lengkap sehingga tidak menyisakan pertanyaan yang terkait dengan kalimat utama maka dapat dikatakan bahwa paragraf tersebut merupakan paragraf yang lengkap.

          Kemampuan menulis karya ilmiah disamping memerlukan bekal keilmuan yang cukup juga memerlukan bekal kemampuan kebahasaan yang memadai. Mengingat adanya prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah tersendiri tentang ragam bahasa ilmiah maka hendaknya prinsip-prinsip tersebut dipaham dan dipraktikkan. Hal ini karena faktor kebahasaan mempunyai pengaruh yang besar dalam mengantarkan gagasan kepada pembaca secara baik. Secara sederhana prinsip yang berkaitan dengan kebahasaan dalam penulisan karya ilmiah adalah prinsip pemilihan kata, istilah, pembentukan kalimat serta paragraf yang baik. Sekilas memang prinsip-prinsip tersebut tampak tidak rumit. Akan tetapi, ketika sudah sampai pada praktiknya tentunya kepekaan bahasa (sense of language) dan kecermatan, serta keterampilan seorang penulis dalam mengolah bahasa sangat diperlukan.

 Eri Purwanti, S.Pd

Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Adipala Kab. Cilacap

Bagaimana bahasa yang digunakan di dalam suatu karya ilmiah


oleh: Suhartina (Dosen IAIN Parepare)

OPINI—Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan dalam berkomunikasi. Seseorang bisa menyampaikan ide dan gagasannya, baik secara lisan maupun lisan dengan bahasa. Bahasa memiliki ragam/variasi. Begitu pun dengan bahasa Indonesia. Ragam bahasa Indonesia terdiri dari ragam berdasarkan media, ragam berdasarkan penutur, dan ragam berdasarkan situasi. Setiap kali berkomunikasi kita harus menggunakan ragam bahasa yang sesuai.

Berdasarkan situasi, ragam bahasa Indonesia terdiri dari ragam resmi dan ragam tidak resmi/santai. Ragam resmi digunakan pada forum/situasi formal, sementara ragam tidak resmi digunakan pada situasi santai. Ragam berdasarkan situasi ini digunakan baik dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Berkomunikasi secara lisan berbeda dengan berkomunikasi melalui tulisan. Berkomunikasi secara lisan kemungkinan kesalahpahaman rendah karena mitra tutur bisa langsung bertanya jika tidak paham, sementara berkomunikasi melalui tulisan, rawan menimbulkan kesalahpahaman. Oleh karena itu, saat melakukan komunikasi melalui media tulis seseorang harus jeli memilih kata dan menggunakan ejaan yang tepat.

Karya tulis terdiri dari karya tulis ilmiah dan tidak ilmiah. Perbedaan karya tulis ilmiah dan tidak ilmiah terletak pada penggunaan bahasa (diksi). Karya Ilmiah menggunakan bahasa yang lugas, menghidari multitafsir, dan menganut asas kaidah ilmiah. Sodiq, dkk. (2014) mendefiniskan karya ilmiah sebagai suatu karangan yang mengandung ilmu pengetahuan dan kebenaran ilmiah yang menyajikan fakta dan disusun secara sistematis menurut metode penulisan dengan menggunakan bahasa  ilmiah.

Bahasa  ilmiah adalah salah satu jenis ragam bahasa Indonesia yang strukturnya menggunakan ragam baku. Humaeroh (2017) mendefinisikan ragam baku sebagai ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi. Oleh karena itu, penulisan karya ilmiah, baik berupa buku-buku ilmiah, proposal, skripsi, maupun karya tulis ilmiah lainnya wajib menggunakan ragam baku tulis sebagai standar penulisan.

Skripsi adalah tugas akhir mahasiswa untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Sebagai salah satu jenis karya ilmiah, maka skripsi harus ditulis dengan menggunakan kaidah bahasa Indonesia ragam ilmiah. Sayangnya, banyak mahasiswa yang tidak menggunakan bahasa sesuai kaidah ilmiah. Kondisi ini diperparah dengan pandangan sebelah mata sebagian orang bahwa penggunaan kaidah bahasa Indonesia itu bukanlah hal penting. Beberapa oknum bahkan berdalih bahwa tidak masalah jika hal tersebut tidak mengubah makna dan dipahami oleh pembaca, misal penggunaan kata sekedar, shalawat, dan nasehat. Ketiga kata tersebut merupakan kata berbahasa Arab yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan perubahan fonem disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.. Penulisan kata yang benar adalah sekadar, selawat, dan nasihat.

Tidak jarang ketika seseorang diingatkan ada selentingan seperti ini, “Ah, kaku atau lebai, deh.” Hal tersebut tentu disayangkan sebab sebuah karya ilmiah wajib ditulis dengan menggunakan kata baku. Selain itu, hal tersebut berkaitan dengan sikap bahasa seseorang.  Sikap bahasa berhubungan dengan perilaku seseorang( senang atau tidaknya)  seorang penutur bahasa terhadap suatu bahasa. Pengabaian terhadap penggunaan bahasa baku dengan alasan lumrah ini merupakan ciri dari sikap negatif terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang disinyalir sebagai wujud ketidakcintaan kepada bahasa negara sendiri.

Lalu apakah tidak boleh menggunakan bahasa asing dalam penulisan skripsi berbahasa Indonesia? Boleh, sepanjang kata tersebut tidak memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Penulisannya pun harus disesuaikan dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, yakni kata berbahasa asing ditulis dengan huruf miring.

Selain kata ‘nasihat, sekadar, dan selawat’ kata yang paling  sering keliru dituliskan oleh mahasiswa pada penulisan karya ilmiah adalah kata teoretis. Mahasiswa menulis kata tersebut ‘teoritis’. Kata teoritis bahkan tertulis di buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah dan beberapa templat jurnal. Padahal, kata teoritis merupakan kata yang tidak baku. Kesalahan tersebut  disebabkan oleh mereka menganggap kata teoritis berasal dari kata dasar ‘teori’ lalu mendapat imbuhan asing –is, sehingga menjadi teoritis. Faktanya bukan seperti itu. Kata ‘teoretis’ berasal dari bahasa Belanda theoretisch. Kata theoretisch tersebut diserap secara utuh dengan penyesuaian ejaan, sehingga menjadi teoretis.

            Hal ini sama dengan kasus penggunaan kata aktivitas. Orang sering menganggap bahwa kata aktivitas berasal dari kata dasar aktif, lalu mendapat akhiran –itas, sehingga menjadi aktifitas. Kata aktivitas dalam kelas kata bahasa Indonesia, bukanlah kata turunan/kata berimbuhan. Kata aktivitas diserap dari kata bahasa Inggris ‘aktivity”. Dalam aturan penyerapan kata asing dijelaskan bahwa kata berimbuhan seperti akhiran –ity diserap secara utuh dengan kata dasarnya, sama dengan kata reality diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi realitas. Begitu pun dengan efektivity diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi efektivitas.

Setiap orang pernah melakukan kekeliruan, termasuk kekeliruan berbahasa.  Kesalahan kita bukan karena kekeliruan tersebut tetapi ketika kita terus melakukan kesalahan yang sama dengan mengatasnamakan kelaziman dan tak ingin belajar dari hal tersebut. Ingat, gunakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing!

Cat: Sebagian besar tulisan ini dikutip dari buku 2021 Kesalahan Berbahasa Mahasiswa yang diterbitkan oleh Penerbit Nusantra Press IAIN Parepare

DAFTAR PUSTAKA

Sodiq, I., Suryadi, A., & Ahmad, T. A. (2014). Program Guru Menulis: Upaya Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Sejarah dalam Penulisan Karya Ilmiah di Kabupaten Semarang. Rekayasa: Jurnal Penerapan Teknologi Dan Pembelajaran, 12(1), 42–47.

Humaeroh, H. (2017). Humaeroh Efektivitas Berbahasa Indonesia. Al-Ahkam, 13(1), 111–124.

Suhartina, S. (2021). 2021 Kesalahan Berbahasa. Parepare: Nusantara Press