b.Hal mengajar kepada anak-anak.Merupakan perintah yang harus dilakukan oleh orang tua kepada anak-anak sebagai wujud kasih kepada Tuhan. Hal mengajar kepada anak dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, dengan sadar atau tidak disadari.Kegiatan 2:Bacalah kitab ulangan 6:4-9, kemukakanlah menurut pendapat kamu, apa pesan yang terdapat dalam ayat Alkitab tersebut!3.Peran keluarga dalam proses SosialisasiSosialisasi dapat didefenisikann sebagai suatu proses sosial yangdilakukan oleh seseorang dalam menghayati nilai dan norma kelompoktempat ia hidup sehingga ia menjadi bagian dari kelompoknya.Secara sederhana, sosialisasi merupakan proses belajar seseorang, dimana orang tua, persekutuan, atau masyarakat meneruskan pengetahuan,kebiasaan, maupun nilai-nilai dalam lingkungannya, biasanya secara tidaksengaja atau melalui keteladanan.Oleh: Yusuf Sumardi,S.Pak.M.Si.Pendapat saya: Modul Pendidikan Agama KristenContoh proses sosialisasi dalam keluarga;Kegiatan 3:Bacalah perikop di bawah dan tuliskanlah penurut pengertianmusendiri!1.Melalui pengajaran yang diberikan secara sengaja(Lukas 2:41-52)………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………Cari contoh-contoh lainnya!a.……………………………………………………………………………………………………………………………………………b.……………………………………………………………………………………………………………………………………………c.……………………………………………………………………………………………………………………………………………4.Peran Keluarga dalam proses EdukasiDalam proses edukasi, keluarga merupakan agen pendidik yang terutama. Halini tampak dalam proses pertumbuhan anak mulai dari bayi, belajar jalan,hingga mampu berjalan. Fungsi ini berkaitan dengan menyekolahkan anakuntuk memberikan pengetahuan, ketrampilan yang sesuai dengan bakat danminat anak, mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannyaserta mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang.Proses edukasi atau pendidikan adalah suatu proses penyampaian iman yangdilakukan secara sengaja, sitematis dan terencana.Kegiatan 4:Isilah tabel berikut dengan contoh-contoh konkret peran keluargadalam proses sosialisasi dan edukasi!Peran Keluarga dalam prosessosialisasi Peran Keluarga dalam Proses Edukasi1.1.2.2.3.3.4.4.Oleh: Yusuf Sumardi,S.Pak.M.Si. Modul Pendidikan Agama Kristen5.5.Kegiatan 5:Belajar dari TimotiusBaca dan pahamilah 2 Timotius 1:3-10, kemudian bersama teman kamu, berikanjawaban atas pertanyaan berikut!1.Siapakah Timotius itu?…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………2.Bagaimana latar belakang kehidupan keluarga Timotius yang mempengaruiimannya kepada Tuhan Yesus Kristus?………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….3.Apa pesan Paulus kepada Timotius? Upload your study docs or become a Course Hero member to access this document Upload your study docs or become a Course Hero member to access this document End of preview. Want to read all 86 pages? Upload your study docs or become a Course Hero member to access this document Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius adalah salah satu kitab dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru yang sebagian besar berisi nasihat-nasihat pribadi kepada Timotius sebagai teman sekerja dan pembantu yang masih muda.[1][2] Inti nasihatnya ialah supaya Timotius tabah. Ia dinasihati dan didorong supaya terus setia menyebarkan berita tentang Tuhan Yesus Kristus serta berpegang pada Perjanjian Lama dan ajaran tentang Injil dari Tuhan; juga supaya Timotius tetap bertugas sebagai guru dan pemberita Injil dari Tuhan, sekalipun menghadapi penderitaan dan pertentangan. Surat ini dimaksudkan agar Timotius semangat mengabarjan firman Tuhan dan menjadi penerus Paulus.
Timotius khusus diperingatkan supaya tidak turut campur dalam perdebatan-perdebatan yang bodoh dan tak bernilai. Perdebatan-perdebatan seperti itu tidak menghasilkan apa-apa, kecuali merusak pikiran orang yang mendengarnya.
Terhadap semuanya itu Timotius diingatkan supaya mengambil contoh dari kehidupan Paulus—yaitu kepercayaannya kepada Kristus, kesabarannya, kasihnya, ketabahannya dan penderitaan yang dialaminya dalam penganiayaan.
Surat ini diasumsikan ditulis pada saat Paulus mencapai akhir masa kehidupannya dan melalui surat ini, Paulus berharap Timotius menjadi penerusnya.
Surat ini diyakini ditulis pada musim gugur (antara bulan September-Desember) tahun 58 M.[3] Pendapat lain memberi perkiraan tahun 50-60.[4] Surat ini digolongkan "surat-surat Pastoral" yang meliputi juga Surat 1 Timotius dan Surat Titus, di mana gaya bahasa maupun isinya berbeda dengan surat-surat tulisan Paulus yang lain, tetapi satu sama lain sangat mirip, sehingga mungkin sekali ditulis pada waktu yang hampir bersamaan.[5] Ada 4 pokok utama dikupas di dalamnya:[5] Surat 2 Timotius diperkirakan ditulis pada periode yang sama dengan Surat Filipi. Satu-satunya alasan untuk memperkirakan bahwa surat 2 Timotius ini ditulis menjelang akhir hidup Paulus (kecuali jika disimpulkan dari 2 Timotius 1:8 bahwa surat ini ditulis di Roma) adalah kesan bahwa Paulus menyadari kematiannya sudah dekat.[3] Namun, menurut Kisah Para Rasul 20:24, sebelum sampai di Roma, Paulus sudah mengatakan pada musim semi tahun 57 di Melitus: "Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah."[11] Tetapi urusannya menjadi berlarut-larut.[3] Mulanya Paulus mengira bahwa kasusnya akan segera selesai begitu kepala pasukan Lisias datang dari Yerusalem ke Kaisarea (Kisah Para Rasul 24:22) dan ia mengharapkan untuk segera dilepaskan. Sampai saat itu, sepanjang yang diketahui, Paulus tidak mengalami penahanan dalam waktu lama, dan kalaupun dimasukkan dalam penjara setempat (seperti insiden di Filipi yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 16:19-40 sebagai contoh) hanya semalam saja (Kisah Para Rasul 16:35), meskipun tanpa pengaruh adanya gempa bumi. Kata yang dipakai untuk melukiskan pengalamannya, φυλακαί (fulakai, "tahanan"; bahasa Inggris: custody) pada 2 Korintus 6:5; 11:23), tidak pernah digunakan dalam surat-surat yang ditulis dalam masa penjara, di mana selalu dipakai kata δέσμοι (desmoi); dan situasi yang digambarkan memang berbeda.[3] Setelah beberapa bulan, keyakinan Paulus bahwa ia akan dilepaskan mulai kendor. Dalam surat Filipi, meskipun tidak tahu bagaimana akhirnya, Paulus yakin akan bertemu mereka kembali sebentar lagi (Filipi 1:25 dst.; Filipi 2:24).[3] Dalam surat Filemon ia berharap, doa-doa mereka dikabulkan (Filemon 1:22).[3] Dalam surat Kolose dan surat Efesus, ia hanya mengatakan bahwa Tikhikus akan menyampaikan segara berita mengenai dirinya kepada mereka, serta berdoa agar diberi kata-kata yang tepat pada waktunya (Kolose 4:7-9; Efesus 6:19-22).[3] Pada waktu menulis surat 2 Timotius tampaknya hanya kemungkinan kematian yang muncul, harapan untuk dilepaskan rupanya pudar; ia ditinggalkan dan mengharapkan orang-orang untuk mendatanginya (2 Timotius 1:12; 4:6-13).[3] Sebagaimana ia menjelaskan kemudian, sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul 28:19, ia "tidak mempunyai pilihan lain" - selain kartu terakhirnya, "naik banding kepada Kaisar".[3] Kaitan - dan urutan yang serupa - antara poin-poin dalam surat Filipi dan surat 2 Timotius sangat menarik untuk dilihat, terutama bagaimana ia sampai kepada kata-kata "menyelesaikan pertandingan" (τελειώσω τὸν δρόμον) yang menurut laporan Lukas (Kisah Para Rasul 20:24), disampaikan dalam pidatonya di Miletus. Sebelumnya Paulus menggunakan perumpamaan tentang pertandingan, tetapi di sana dikatakan "berlari" bukan "mencapai garis akhir" (1 Korintus 9:24-26; 1 Timotius 6:12. Tabel berikut memperlihatkan frasa-frasa yang dipakai dalam kolom paralel:[3] Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius Surat-surat Paulus
|