Apakah yang dimaksud dengan akulturasi budaya islam jelaskan dan berikanlah contohnya

Perkembangan budaya biasanya terjadi karena adanya percampuran dua budaya atau lebih, dan menjadi budaya baru. Istilah percampuran budaya ini biasa disebutkan sebagai akulturasi budaya. Lebih lanjut, apa pengertian akulturasi itu sendiri?

Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila terjadi percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi. Dalam akulturasi, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, sebagian berusaha menolak pengaruh itu.

Dalam hal ini terdapat perbedaan antara bagian kebudayaan yang sulit berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan asing (covert culture), dengan bagian kebudayaan yang mudah berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur budaya asing.

Baca Juga

Proses akulturasi tidak menyebabkan hilangnya unsur-unsur kebudayaan dari dua atau lebih kelompok masyarakat tadi. Kebudayaan asli masih bisa dilihat ciri-cirinya, serta dapat dibedakan dan dianalisis jika dibandingkan dengan kebudayaan dari luar.

Proses yang dilalui individu-individu untuk memperoleh aturan-aturan (budaya) dimulai dari masa awal hidupnya hingga akhir hayatnya. Melalui proses sosialisasi dan pendidikan pola-pola budaya ditanamkan ke dalam sistem saraf manusia dan menjadi kepribadian dan perilaku masing-masing indivdu.

Proses belajar ini menjadikan manusia harus berinteraksi dengan manusia yang lain dari anggota budaya lainnya yang juga memiliki pola-pola komunikasi serupa. Proses memperoleh pola-pola demikian oleh individu-individu itu disebut enkulturasi.

Advertising

Advertising

Proses enkulturasi sendiri mempunyai pengertian proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat istiadat, sistem, norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang.

Hubungan antara budaya dan individu seperti dalam proses enkulturasi membuat manusia untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan. Secara bertahap seorang individu imigran belajar menciptakan situasi-situasi dan relasi-relasi yang tepat dalam masyarakat pribumi sejalan dengan berbagai transaksi yang ia lakukan dengan orang lain.

Pada saatnya, imigran akan menggunakan cara-cara berperilaku masyarakat pribumi untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola yang dianut masyarakat setempat begitu juga sebaliknya. Perubahan pola dari pola lama ke pola yang baru ini disebut akulturasi.

Baca Juga

Proses akulturasi terjadi karena beberapa faktor, baik faktor pendorong maupun penghambatnya.

1. Faktor pendorong Akulturasi

  1. Kontak dengan kebudayaan lain
  2. Sistem pendidikan formal yang maju
  3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
  4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)
  5. Sistem terbuka pada lapisan masyarakat
  6. Adanya penduduk yang heterogen
  7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
  8. Adanya orientasi ke masa depan

2. Faktor penghambat Akulturasi adalah sebagai berikut;

  1. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
  2. Sikap masyarakat yang tradisional
  3. Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuatnya.
  4. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
  5. Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.
  6. Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
  7. Adat atau kebiasaan

Contoh Akulturasi Budaya

Contoh akulturasi yang mudah ditemui ialah dalam perbauran kebudayaan Hindu-Buddha dan kebudayaan Islam dengan kebudayaan asli Indonesia.

Berikut beberapa contoh akulturasi budaya yang ada di Indonesia.

1. Seni Bangunan

Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagian-bagian candi dan stupa adalah unsur-unsur dari India. Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden berundak yang merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur merupakan salah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut.

2. Seni Rupa

Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding-dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha. Di sekitarnya terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.

Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat indah. Hiasan relief kala makara, dasarnya adalah motif binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa sebelum Hindu. Binatang-binatang itu dipandang suci, maka sering diabadikan dengan cara di lukis.

Baca Juga

Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di Indonesia. Seni sastra waktu itu ada yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang (puisi). Berdasarkan isinya, kesusasteraan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita (kepahlawanan).

Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan Mahabarata. Kemudian timbul wiracarita hasil gubahan dari para pujangga Indonesia. Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya cerita-cerita Carangan.

Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari Mahabarata dan Ramayana, melahirkan seni pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Pertunjukan wayang kulit di Indonesia, khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging. Isi dan cerita pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif (pendidikan). Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya asli dari Indonesia.Seni pahat dan ragam luas yang ada pada wayang disesuaikan dengan seni di Indonesia.

Di samping bentuk dan ragam hias wayang, muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya tokoh-tokoh Punakawan seperti Semar, Gareng, dan Petruk. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India. Perkembangan seni sastra yang sangat cepat didukung oleh penggunaan huruf pallawa, misalnya dalam karya-karya sastra Jawa Kuno.

Pada prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat unsur India dengan unsur budaya Indonesia.Misalnya, ada prasasti dengan huruf Nagari (India) dan huruf Bali Kuno (Indonesia).

4. Bahasa

Penggunaan bahasa pun sedikit dengan dipengaruhi oleh kebiasaan bahasa asing dan pun termasuk salah satu contonya akulturasi di zaman dahulu. Misalnya pada kerajaan Hindu-Buddha, bahasa Sanskerta begitu umum dipakai di kalangan masyarakat.

Hal ini dapat disaksikan pada sekian banyak prasasti atau batu bertulis peninggalan kerajaan Hindu-Buddha yang masih tidak sedikit menggunakan bahasa Sanskerta. Sementara aksara yang digunakan merupakan huruf Pallawa yang lantas dikembangkan menjadi huruf Jawa Kuno dan aksara Bali.

5. Seni Musik

Dari bidang musik contoh akulturasi ada pada musik etnik, dimana pada musik etnik ini memadukan antara dua jenis musik yaitu musik tradisional dan musik modern sehingga menghasilkan musik yang unik dan harmonis tanpa menghilangkan ciri khas masing-masing dari kedua musik tersebut. Dari musik ini juga kita dapat memperkenalkan musik tradisional dengan cara yang menarik dan kekinian.

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi. Nah, apa sih akulturasi ini?

Akulturasi sendiri merupakan suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Dalam hal ini, proses akulturasi melahirkan kebudayaan baru, yaitu kebudayaan Islam Indonesia.

Banyak hal yang terpengaruh pasca masuknya Islam ke Indonesia. Mulai dari bangunan-bangunan, seni budaya dan sastra, hingga upacara.

Seni Bangunan

Seni arsitektur Islam yang menunjukkan akulturasi dengan budaya pra-Islam antara lain makam dan masjid. Keduanya menunjukkan bentuk-bentuk akulturasi dengan kebudayaan setempat sebelumnya, yaitu kebudayaan prasejarah dan Hindu-Buddha. Bentuk seni arsitektur yang lain, seperti keraton, benteng, dan pemandian sejauh ini tidak banyak menunjukkan akulturasi dengan seni arsitektur budaya setempat.

Seni Budaya

Pengaruh Islam tampak dalam tiga bentuk kesenian dapat dilihat dalam wujud seni budaya seperti seni tari. Terdapat seni tari di Indonesia yang mendapat pengaruh dari Islam.

Tari Debus diyakini sebagai kesenian asli masyarakat Banten yang berkembang sejak masa-masa awal Islam, yaitu semasa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Debus menjadi salah satu sarana penyebaran agama Islam. Pertunjukan Debus ini diawali dengan nyanyian atau pembacaan ayat-ayat tertentu dalam Al Quran serta salam (salawat) kepada Nabi Muhammad. Dewasa ini Debus sebagai seni beladiri banyak dipertontonkan untuk acara kebudayaan ataupun upacara adat.

Tari Seudati yang berasal dari provinsi Aceh adalah contoh lainnya. Tari ini adalah contoh pengaruh Islam dalam bidang seni, dimana Seudati sendiri berasal dari kata ‘syahadat’ yang berarti saksi atau bersaksi atau utusan Allah. Dalam tari Seudati, para penari menyanyikan lagu tertentu yang isinya berupa salawat terhadap Nabi. Nama lainnya adalah Saman yang berarti delapan karena permainan ini pada awalnya dilakukan oleh delapan pemain.

(Baca juga: Pengaruh Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia)

Tari Zapin adalah contoh tari lainnya yang mendapat pengaruh Islam. Tepatnya dari Arab, Persia, dan India sejak abad ke- 13. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan menghibur, digunakan sebagai media dakwah islamiyah melalui syair lagu-lagu Zapin yang didendangkan. Musik pengiringnya terdiri atas dua alat yang utama, yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut dengan marwas.

Seni Sastra

Seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu-Budha dan sastra Islam. Wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan, yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.

Bentuk-bentuk karya sastra tersebut diantaranya:

Hikayat merupakan kisah perseorangan yang diangkat dari tokoh-tokoh terkenal yang hidup pada masa itu, seperti hikayat Hang Tuah, hikayat Panji Semirang, hikayat Bayan Budiman, dan lainnya. Karya ini merupakan pengaruh dari budaya Persia.

Babad merupakan suatu karya sastra yang hidup dalam masyarakat tradisional dan lingkungan kebudayaan Jawa. Babad termasuk dalam jenis historigrafi tradisional dengan ciri utama bercampurnya unsur sejarah dan dongeng. Sebagai contoh dari babad, antara lain babad Tanah Jawi, babad Diponegoro, babad Cirebon.

Suuk merupakan kitab-kitab yang berisi ajaran tasawuf. Contoh suluk, antara lain suluk Sukarsa yang berisi tentang Ki Sukarsa yang mencari ilmu sejati untuk mendapatkan kesempurnaan hidup suluk Wujil berisi tentang kumpulan nasihat Sunan Bonang kepada Wujil, seorang bertubuh kerdil bekas abdi dalem (punggawa) Majapahit

Sistem Kalender

Sistem kalender juga mengalami perubahan dengan masuknya Islam. Pada masa Hindu-Buddha digunakan sistem kalender dengan tahun Saka. Pada masa Islam digunakan sistem kalender atau penanggalan baru dengan sistem Hijriyah.

Kalender Hijriyah diawali dengan bulan Muharram dan diakhiri dengan bulan Dzulhijjah. Perhitungan satu tahun dalam Islam adalah duabelas kali siklus bulan yang berjumlah 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik. Itulah sebabnya kalender dalam Islam 11 hari lebih pendek jika dibandingkan dengan kalender Masehi dan kalender-kalender lainnya yang didasarkan pada pergerakan matahari (solar kalender). Hal ini pula yang mengakibatkan sistem kalender Islam tidak selalu datang pada musim yang sama.

Tradisi dan Upacara

Terdapat tradisi dan upacara yang merupakan perpaduan antara unsur-unsur lokal, Hindu-Buddha dan Islam yang mengalami proses sinkretisasi.

Tradisi Ziarah adalah kebiasaan masyarakat Islam untuk mengunjungi tempat-tempat keramat berupa makam raja atau orang-orang penting pada hari-hari tertentu yang dimakamkan di halaman masjid. Ritual tersebut serupa dengan ritual yang dilakukan pada bangunan candi yang dianggap keramat. Demikian pula dengan makam raja-raja atau sultan, oleh masyarakat dianggap sebagai orang keramat yang memiliki kekuatan magis.

Dengan demikian, adanya kebiasaan sebagian masyarakat Islam yang padda waktu-waktu tertentu berziarah ke makam raja-raja atau orang-orang sakti yang dianggap keramat dan masjid yang dianggap keramat sesuai dengan kebiasaan masyarakat pada zaman Hindu-Buddha mengunjungi candi untuk memuja raja yang telah meninggal. Praktik tersebut membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat yang berkembang pada masa Islam masih berhubungan dengan kepercayaan masyarakat masa Hindu-Buddha dan masa praaksara.

Upacara-upacara keagamaan sebagai wujud akulturasi dengan agama Islam yang sampai saat ini masih terus dilaksanakan adalah peringatan Maulid Nabi, Isra Mikraj, Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Upacara Grebeg Maulid di beberapa daerah biasanya disertai dengan membersihkan benda-benda keramat, seperti keris, tombak atau benda lainnya. Perayaan Grebek Besar dan Grebek Maulud dilakukan di Demak, Surakarta, Yogyakarta, Cirebon, Banten dan Aceh.