MAGELANG – Beberapa nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara bendera untuk kehidupan sehari-hari, diantaranya membiasakan siswa hidup disiplin. Dengan mengikuti upacara bendera, siswa akan dilatih untuk tertib. Itu karena saat upacara bendera, setiap peserta upacara wajib mengikuti seluruh susunan upacara dengan tertib. Terkait dengan upaya menumbuhkan jiwa kepemimpinan, pada upacara bendera ada jadwal bergantian siswa-siswi yang menjadi petugas upacara. Salah satunya adalah menjadi pemimpin upacara. Saat menjadi pemimpin upacara itu lah, siswa tersebut dituntut bisa memimpin jalannya upacara dengan baik. Dengan demikian, para siswa dapat merasakan dan berlatih untuk menjadi seorang pemimpin. “Menumbuhkan jiwa nasionalisme, upacara bendera diharapkan bukan hanya menjadi ritual semata. Namun dengan kegiatan upacara bendera, semoga bisa menumbuhkan sikap nasionalisme dalam benak para pelajar,” kata Bamin Komsos Serka Agus P dari Koramil 13/Mungkid, dalam rangkaian komsosnya di SDN 1 Bumirejo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jateng. Upacara bendera ini, juga dilaksanakan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang demi merebut kemerdekaan. Untuk itu, para pelajar diharapkan bisa mengambil nilai-nilai nasionalisme dalam kegiatan upacara bendera. “Upacara bendera juga merupakan bentuk penghormatan kita kepada para pahlawan serta cermin kecintaan kita kepada negara,” jelasnya. Dalam rangkaian komsosnya Serka Agus P memberikan Wasbang tentang pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara bendera. Ia didampingi babinsa Bumirejo Sertu Achmad Wahyudi. Pemberian materi wasbang disampaikan setelah mewakili Danramil, menjadi pembina upacara bendera di SDN 1 Bumirejo. “Siswa-siswi SD adalah tunas bangsa dan penerus generasi mendatang. Pembekalan nilai-nilai yang terkandung dalam upacara bendera bagi siswa SD sangat penting,” kata Serka Agus. Sementara itu, Kepala SDN 1 Bumirejo Suyatno S.Pd mengapresiasi kegiatan yang melibatkan jajaran TNI itu. Diharapkan siswa-siswinya mau melaksanakan dan mengamalkan apa yang disampaikan. Pesan ini disampaikan kepada sekitar 135 siswa.
Pelaksanaan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih dalam rangka Peringatan Hari Pahlawan, Sabtu 10 November 2018 berlangsung secara tertib dan khidmat di Lapangan Upacara Kantor Walikota Gunungsitoli. Upacara dihadiri oleh segenap unsur pemerintahan Kota Gunungsitoli, dari Forkopimda hingga ormas dan perwakilan masyarakat.
Bertindak sebagai inspektur upacara, Walikota Gunungsitoli, Ir. Lakhomizaro Zebua meyampaikan Amanat Menteri Sosial Republik Indonesia dihadapan para peserta upacara. Dalam amanat tersebut, dikatakan bahwa peringatan Hari Pahlawan jangan dimaknai sebagai sekedar kegiatan seremonial belaka namun harus dimaknai secara substansi melalui pesan yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana Tema yang diusung pada Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2018 ini, yaitu “ Semangat Pahlawan di Dadaku” mengandung makna sesuai fitrahnya dalam diri setiap insan harus tertanam nilai-nilai kepahlawanan. Setiap warga Negara Indonesia, dapat menjadi pahlawan tanpa terkecuali dengan cara mengabdikan diri untuk hal-hal yang bermanfaat bagi kemaslahatan diri, lingkungan sekitar, dan bagi bangsa dan Negara. Negara Indonesia membutuhkan generasi muda yang tidak lupa dengan jati dirinya. Negara Indonesia membutuhkan pemuda dengan pandangan global, mampu berkolaborasi untuk kemajuan bangsa dan mampu memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menjadikan Indonesia diperhitungkan dalam persaingan dengan Negara lain khususnya ketika negeri ini memasuki era revolusi industry 4.0. Oleh karena itu, diharapkan agar seluruh masyarakat Indonesia mampu memandang dan memanfaatkan keberagaman agama, suku, adat istiadat sebagai modal sosial dan keunggulan dan bukan justru menjadikan hal tersebut sebagai perbedaan yang menghambat kemajuan bangsa.
Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih kemudian dilanjutkan dengan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kota Gunungsitoli dan melakukan hening cipta dan tabur bunga untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, bersama-sama dengan seluruh peserta upacara.
SEJARAH DAN MAKNA SANG MERAH PUTIH Buku 6000 Tahun Sang Merah Putih karya Muhammad Yamin terbitan tahun 1951 menjawab pertanyaan bahwa Merah Putih bukan hanya hasil renungan sesaat. Sang Merah Putih disepakati dalam konstitusi 18 Agustus 1945 bahwa “ Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih ” berusia sangat panjang. Sang Merah Putih sebelumnya berkibar di Jakarta pada hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di muka istana Merdeka 17 Agustus dan berbulan-bulan lamanya berkibar terus menerus sebagai tanda kedaulatan revolusi Indonesia. Sejarah Penghormatan Kemudian sejak 4000 tahun kepercayaan asli memuliakan zat hidup yaitu getih-tubuh berwarna Merah dan getah-tumbuhan berwarna Putih. Pada akhir zaman ini penghormatan dilakukan di seluruh kepulauan Austronesia, terutama Nusa Indonesia. Di kaki gunung Dempu ( Sumsel ) terdapat petilasan terbuat dari batu yang berlukiskan warna Merah Putih dan seorang perwira memanggul bendera dwiwarna dan di dalam kuburan purbakala tersebut terdapat manik-manik berwarna Merah Putih pula. Dari sisi bahasa, misalkan bahasa-bahasa asli di pulau Madagaskar, Filipina dan Indonesia, Semenanjung Melayu dan Asia Selatan, segala asal perkataan Merah Putih mengandung makna memuliakan, begitu juga hukum adat di beberapa daerah. Selain itu, dari ilmu bangsa, lambang Merah Putih merupakan lambang sumber kehidupan bagi makhluk hidup di muka bumi. Pada zaman protohistoris menurut pujangga Walmiki pengarang kitab Ramayana, menyatakan tanah Indonesia dinamai Nusa Emas dan Perak: Kepulauan Merah Putih. Begitu juga abad V, maharaja Purnawarman kebesarannya dengan panji-panji atau kibaran dwaja ( bendera ), seperti tersebut dalam tulisan batu berasal dari kerajaan Tarumanegara ( Jawa Barat ) yang mengendarai burung Merah Putih bernama Garuda. Perkataan dwaja dari bahasa sansekerta yang berarti bendera ini pertama kali dipakai di tanah Indonesia. Penghormatan berlangsung terus hingga zaman sediakala yang memuliakan warna tersebut dari Sriwijaya-Sailendra, Singasari-Majapahit, dan negara-negara yang berlindung di bawahnya, hingga terbentuknya negara RI. Warna tersebut dimuliakan dengan lambang kembang tundjung-teratai Merah Putih, Garuda Merah Putih, aksara Merah Putih, di beberapa candi, lukisan pahat Hanuman-Api di candi Prambanan dan Penataran. Selain itu juga dimuliakan di bubur beras Bang-Putih, dan dilukiskan di kesusastraan Jawa Lama dan Indonesia. Kemudian dimuliakan dalam lukisan pahat di kaki candi Borobudur, semasa kekuasaan Sultan Agung, perang Diponegoro dengan bendera Merah Putih melawan Belanda dan lain sebagainya. Pasca perang Diponegoro dan Imam Bonjol, sejak tengah abad ke-19 sampai pergerakan kemerdekaan abad 20 bendera Merah Putih terus menerus dimuliakan sebagai warna gula-kelapa dan lain-lain. Dalam catatan sejarah Merah Putih Kepala Kerbau pernah dikibarkan Perhimpunan Indonesia ditanah Eropa, PNI ( Merah Putih Kepala Banteng ), Angkatan Pemuda Indonesia di Yogyakarta, Partindo ( Merah Putih Banteng ) yang melambangkan keinginan merdeka dari penjajah. Yamin detil membahas warna dari berbagai ilmu, sampai soal makanan sebagai penghormatan dan pemujaan warna Merah Putih, misalkan di Jawa dengan jenang abang putih, Irian Barat dengan Pepeda ( campuran sagu putih dengan buah soradi berwarna merah ). Cerita Jawa Kuno juga mengenal bawang merah dan bawang putih, dan menak jinggo, Macan Putih. Bahkan warna ini dianggap sakti dalam peradaban Yunani dan Romawi yang menempatkannya dalam kedudukan luhur, corak Merah melambangkan darah, mati, api neraka, sumber hidup, kesehatan, sinar mentari. Warna Putih melambangkan keluhuran dan kebaikan, bahkan warna kuda penarik kereta kepahlawanan kemenangan ( triumphator ) di kota Roma adalah warna Putih. Makna Sang Merah Putih Sebelum menjadi bendera negara, warna Merah Putih dimuliakan dan kemudian menjadi warna kebangsaan yakni lambang rakyat yang bercita-cita merdeka dan berjuang mencapai itu. Sedangkan sebagai bendera negara adalah lambang kedaulatan. Yamin menyimpulkan dasar kedua lambang ini sebenarnya sama, yakni sama-sama kedaulatan negara ( sovereignty of the state ) yang berbeda adalah tingkatannya. Bendera negara adalah lambang kehormatan RI yang mempunyai kemerdekaan kedalam ( internal independence ) dan kemerdekaan keluar ( external independence dan interdependence ). Meski hanya sebuah benda, bendera adalah lambang negara. Hampir semua negara menghormati lambang-lambang dan simbol negara. Dan sejarah bendera Merah Putih memiliki sejarah panjang tidak hanya sebagai warna yang menggerakkan perjuangan kemerdekaan, namun setua usia zaman sebagai warna yang dimuliakan. MERAH PUTIH MENURUT FILSAFAT KAMANUNGSAN DAN SENOPATI Merah Putih sebagai jiwa bangsa memiliki 7 makna, yakni: Merah Putih bermakna, keberanian pemimpin dalam bertindak harus berdasarkan kebenaran konstitusi dan kesucian ajaran agama yang diyakininya, maka jika pemimpin melanggar hukum dan menyimpang dari kebenaran konstitusi, apalagi menyimpang dari kesucian ajaran agama yang diyakininya, maka sudah pasti pemimpin itu tidak memiliki jiwa ksatria, akibatnya tatanan kehidupan rakyat, bangsa dan negara akan rusak. Seharusnya: Sebaliknya pemimpin yang menyimpang: Apa yang dibatin, dipikir dan yang dikata berlainan, dan lain lagi yang dilakukan. Cipta, rasa, karsa dan karyanya bertentangan, lahir dan batinnya berbeda. Kebenaran hukum, konstitusi dan kesucian ajaran agama yang diyakininya dilanggar dan diselewengkan. 2. Makna ke-2 Lambang Patriotisme. Jangan sekali – kali jiwa patriotisme luntur dan hilang dari dadanya bangsa Indonesia, sekali saja bangsa Indonesia luntur jiwa patriotismenya, maka bangsa Indonesia akan kehilangan kehormatannya sehingga menjadi lemah dan dilecehkan bangsa lain. 3. Makna ke-3 Lambang Nasionalisme. Patriotisme dan nasionalisme tidak bisa dipisahkan, patriotisme adalah apinya nasionalisme. Cinta bangsa, cinta tanah air dan bela negara, itu adalah wujud daripada semangat patriotisme dan nasionalisme. Tanpa perasaan dan semangat patriotisme dan nasionalisme, maka bangsa Indonesia akan hancur terpecah belah, dan infiltrasi dari luar akan masuk memporak – porandakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Jaga semangat patriotisme dan nasionalisme, jaga persatuan dan kesatuan bangsa dan jaga sekuat – kuatnya ikatan kebangsaan Indonesia, maka keutuhan “Negara Kesatuan Republik Indonesia” akan tetap terjaga dan abadi selamanya. 4. Makna ke-4 Lambang Demokrasi. Merah Putih mengandung makna, Merah bermakna daulat pemimpin, Putih bermakna daulat rakyat, daulat rakyat ada di atas daulat pemimpin. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat, ini bermakna bahwa rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi di republik ini. Pemimpin bukan hanya penyambung lidah rakyat Indonesia, akan tetapi pemimpin adalah penyambung hati nuraninya rakyat Indonesia. Didadanya pemimpin harus berisi rasanya rakyat Indonesia. Ingat suara rakyat adalah suara Tuhan. Pemimpin bangsa yang berjiwa Merah Putih berkata kepada rakyat Indonesia: “aku bukan meminta apalagi mengambil daripada hak – hak rakyat, bangsa dan negaraku, tetapi demi Allah akan kubaktikan semua kemampuanku untuk kemuliaan rakyat, kejayaan bangsa dan kebesaran negaraku”. 5. Makna ke-5 Lambang Religius. Sebaliknya, jika manusia hilang kemanusiaannya maka manusia itu menjadi tidak beradab, dan jika manusia tidak beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka manusia itu tersesat dari jalan Tuhan. Luhur – luhurnya manusia adalah: manusia yang berketuhanan sekaligus berperikemanusiaan. Dan mulia – mulianya manusia adalah: manusia yang mampu menegakkan Ketuhanan, Kemanusiaan dan Keadilan. 6. Makna ke-6 Lambang Kehidupan. 7. Makna ke-7 Lambang Kedaulatan. Merah Putih dalam lambang negara Garuda Pancasila: Lambang Negara Garuda Pancasila menggambarkan dengan tegas bahwa para pemimpin bangsa / negara Indonesia di dadanya berisi Merah Putih dan Pancasila yang berpijak dan berpegang teguh pada Bhinneka Tunggal Ika. Makna helai bulu Garuda: • 17 helai bulu pada masing-masing sayap. • 8 helai bulu pada ekor. • 19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor. • 45 helai bulu leher. ( Melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 ) |