Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, kata santun memiliki makna halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya), sopan, sabar, dan tenang. Dalam konteks yang lebih luas, kesantunan tidak terbatas pada aspek bahasa verbal semata, melainkan juga merujuk pada aspek nonverbal seperti tingkah laku, mimik muka, gerakan tubuh, dan nada suara. Komunikasi santun dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan dengan halus, baik, dan sopan yang menyangkut budi bahasa maupun tingkah laku. Dalam proses pembelajaran, guru harus memperhatikan kesantunan dalam bentuk sikap maupun bahasa yang digunakan dalam menjalin komunikasi dengan siswa. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang baik dan benar serta sesuai dengan norma-norma budaya yang berlaku. Kelancaran komunikasi harus memperhatikan tatacara berbahasa. Dengan mengetahui tatacara berbahasa yang tepat diharapkan orang lebih bisa memahami pesan yang disampaikan dalam komunikasi karena tatacara berbahasa sendiri bertujuan untuk mengatur serangkaian hal berikut.
Berikut ini adalah beberapa contoh komunikasi santun secara verbal dalam proses pembelajaran: 1. “Buk, mohon izin keluar sebentar, saya mau ke belakang!” Tuturan di atas terasa lebih halus dan sopan daripada menggunakan tuturan: “Buk, mohon izin keluar sebentar, saya mau berak!” 2. “Sebenarnya, kalian bisa mendapatkan nilai yang lebih bagus dari sekarang, asal kalian belajar lebih giat dan tekun. Jika tidak mengerti kalian bisa bertanya kepada teman atau guru”. Tuturan di atas merupakan respons guru terhadap hasil belajar siswa yang belum mencapai hasil yang diharapkan. Sebenarnya guru dihadapkan pada keadaan bahwa siswanya menjengkelkan, sulit menerima pelajaran, dan malas. Namun, guru harus menggunakan bahasa yang santun kepada siswanya. Tuturan guru yang tidak santun akan berakibat fatal pada siswa secara psikologis. Unsur lainnya yang perlu diperhatikan oleh guru dalam melakukan komunikasi santun yakni unsur nonverbal paralinguistik dan kinetik. Unsur paralinguistik bekaitan dengan ciri-ciri bunyi seperti suara yang berbisik, meninggi, rendah, sedang, keras, atau pengubahan intonasi yang menyertai unsur verbal dalam berbahasa. Komunkator yang santun harus memahami kapan unsur-unsur tersebut diterapkan ketika berbicara dengan orang lain. Sementara unsur kinestetik dalam komunikasi dapat berupa gerak tangan, anggukan kepala, gelengan kepala, kedipan mata, dan ekspresi wajah seperti murung dan senyum. Penggunaan unsur kinestetik berfungsi untuk memperjelas unsur verbal atau paralinguistik ketika digunakan secara bersamaan. Baca juga :
Saat berbicara, kita tidak hanya menggunakan kata-kata untuk berkomunikasi. Kita saling memperhatikan bahasa tubuh dan mendengarkan nada bicara. Jika Anda sedang mengobrol kasual dengan seseorang, gunakan nada bicara yang ramah. Untuk melakukan hal ini, sesuaikan gaya bicara dan bahasa tubuh Anda. Anda akan terdengar sangat bersahabat!
Artikel ini disusun bersama Amy Chapman, MA. Amy Chapman MA, CCC-SLP adalah terapis vokal dan spesialis vokal lagu. Amy adalah Pakar Patologi Bicara dan Bahasa berlisensi dan besertifikasi yang mendedikasikan kariernya untuk membantu para profesional memperbaiki dan mengoptimalkan suara mereka. Amy mengajar optimalisasi suara, bicara, kesehatan vokal, dan rehabilitasi suara di berbagai universitas di California, termasuk UCLA, USC, Chapman University, Cal Poly Pomona, CSUF, CSULA. Amy berlatih di Lee Silverman Voice Therapy, Estill, LMRVT, dan turut terlibat dalam American Speech and Hearing Association. Artikel ini telah dilihat 8.119 kali. Daftar kategori: Teknik Komunikasi Halaman ini telah diakses sebanyak 8.119 kali. |