Apakah keputusan resmi sidang dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 yang berperan penting dalam Pengakuan RI?

GONG dukungan untuk kemerdekaan Indonesia dimulai dari Palestina. M. Zein Hassan, Lc (Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia) dalam bukunya “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” (hal. 40) menyatakan tentang peran serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.

Dukungan Palestina diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini—mufti besar Palestina. Pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ beliau ke seluruh dunia Islam, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia.

BACA JUGA: Spanyol Nyatakan Siap Akui Palestina Sebagai Negara Merdeka

Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Seorang yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher (seorang saudagar kaya Palestina) spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata:

“Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”. Setelah itu dukungan mengalir.

Dukungan Mesir

Di Mesir, sejak diketahui sebuah negeri Muslim bernama Indonesia memplokamirkan kemerdekaannya, Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM), organisasi Islam yang dipimpin Syaikh Hasan Al-Banna, tanpa kenal lelah terus menerus memperlihatkan dukungannya. Selain menggalang opini umum lewat pemberitaan media yang memberikan kesempatan luas kepada para mahasiswa Indonesia untuk menulis tentang kemerdekaan Indonesia di koran-koran lokal miliknya, berbagai acara tabligh akbar dan demonstrasi pun digelar.

Para pemuda dan pelajar Mesir, juga kepanduan Ikhwan, dengan caranya sendiri berkali-kali mendemo Kedutaan Belanda di Kairo. Tidak hanya dengan slogan dan spanduk, aksi pembakaran, pelemparan batu, dan teriakan-teriakan permusuhan terhadap Belanda kerap mereka lakukan. Kondisi ini membuat Kedutaan Belanda di Kairo ketakutan. Mereka dengan tergesa mencopot lambang negaranya dari dinding Kedutaan. Mereka juga menurunkan bendera merah-putih-biru yang biasa berkibar di puncak gedung, agar tidak mudah dikenali pada demonstran.

BACA JUGA: Kanker Payudara Fenomenal Terjadi di Palestina

Kuatnya dukungan rakyat Mesir atas kemerdekaan RI membuat pemerintah Mesir mengakui kedaulatan pemerintah RI atas Indonesia pada 22 Maret 1946. Dengan begitu Mesir tercatat sebagai negara pertama yang mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia. Setelah itu menyusul Syria, Iraq, Lebanon, Yaman, Saudi Arabia dan Afghanistan. Selain negara-negara tersebut, Liga Arab juga berperan penting dalam Pengakuan RI. Secara resmi keputusan sidang Dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 menganjurkan kepada semua negara anggota Liga Arab supaya mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat. Alasan Liga Arab memberikan dukungan kepada Indonesia merdeka didasarkan pada ikatan keagamaan, persaudaraan serta kekeluargaan.

Dukungan dari Liga Arab dijawab oleh Presiden Soekarno dengan menyatakan bahwa antara negara-negara Arab dan Indonesia sudah lama terjalin hubungan yang kekal “Karena di antara kita timbal balik terdapat pertalian agama”.

Pengakuan Mesir dan negara-negara Arab tersebut melewati proses yang cukup panjang dan heroik. Begitu informasi proklamasi kemerdekaan RI disebarkan ke seluruh dunia, pemerintah Mesir mengirim langsung konsul Jenderalnya di Bombay yang bernama Mohammad Abdul Mun’im ke Yogyakarta (waktu itu Ibukota RI) dengan menembus blokade Belanda untuk menyampaikan dokumen resmi pengakuan Mesir kepada Negara Republik Indonesia. Ini merupakan pertama kali dalam sejarah perutusan suatu negara datang sendiri menyampaikan pengakuan negaranya kepada negara lain yang terkepung dengan mempertaruhkan jiwanya. Ini juga merupakan Utusan resmi luar negeri pertama yang mengunjungi ibukota RI.

Pengakuan dari Mesir tersebut kemudian diperkuat dengan ditandatanganinya Perjanjian Persahabatan Indonesia – Mesir di Kairo. Situasi menjelang penandatanganan perjanjian tersebut duta besar Belanda di Mesir ‘menyerbu’ masuk ke ruang kerja Perdana Menteri Mesir Nuqrasy Pasha untuk mengajukan protes sebelum ditandatanganinya perjanjian tersebut. Menanggapi protes dan ancaman Belanda tersebut PM Mesir memberikan jawaban sebagai berikut:

”Menyesal kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku negara berdaulat dan sebagai negara yang berdasarkan Islam tidak bisa tidak mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam. Ini adalah tradisi bangsa Mesir dan tidak dapat diabaikan”.

Raja Farouk Mesir juga menyampaikan alasan dukungan Mesir dan Liga Arab kepada Indonesia dengan mengatakan

”Karena persaudaran Islamlah, terutama, kami membantu dan mendorong Liga Arab untuk mendukung perjuangan bangsa Indonesia dan mengakui kedaulatan negara itu”

Dengan adanya pengakuan Mesir, Indonesia secara de jure adalah negara berdaulat. Masalah Indonesia menjadi masalah Internasional. Belanda sebelumnya selalu mengatakan masalah Indonesia “masalah dalam negeri Belanda”. Pengakuan Mesir dan Liga Arab mengundang keterlibatan pihak lain termasuk PBB dalam penyelesaian masalah Indonesia.

Untuk menghaturkan rasa terima kasih, pemerintah Soekarno mengirim delegasi resmi ke Mesir pada tanggal 7 April 1946. Ini adalah delegasi pemerintah RI pertama yang ke luar negeri. Mesir adalah negara pertama yang disinggahi delegasi tersebut.

BACA JUGA: Ini Kata Ustaz Abdul Somad soal Teriakan Takbir dan Merdeka

Tanggal 26 April 1946 delegasi pemerintah RI kembali tiba di Kairo. Beda dengan kedatangan pertama yang berjalan singkat, yang kedua ini lebih intens. Di Hotel Heliopolis Palace, Kairo, sejumlah pejabat tinggi Mesir dan Dunia Arab mendatangi delegasi RI untuk menyampaikan rasa simpati. Selain pejabat negara, sejumlah pemimpin partai dan organisasi juga hadir. Termasuk pemimpin Hasan Al-Banna dan sejumlah tokoh IM dengan diiringi puluhan pengikutnya.

Malam tanggal 6 Mei 1946, delegasi Indonesia dipimpin oleh H. Agus Salim, Deputi Menlu Indonesia berkunjung ke kantor pusat dan koran IM. Beliau mengungkapkan rasa terima kasih Indonesia atas dukungan IM kepada mereka.
Tanggal 10 November 1947, mantan PM Indonesia dan penasehat Presiden Soekarno, Sutan Syahrir, berkunjung ke kantor pusat dan koran IM. Kedatangan mereka disambut dengan gembira dan meriah oleh IM. []

Dari berbagai sumber

Apakah keputusan resmi sidang dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 yang berperan penting dalam Pengakuan RI?

Apakah keputusan resmi sidang dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 yang berperan penting dalam Pengakuan RI?
Lihat Foto

BBC INDONESIA

Peta lokasi Uni Emirat Arab (UEA).

KOMPAS.com - Negara-negara Arab memiliki peran yang penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pengakuan dan dukungan kemerdekaan Indonesia oleh negara-negara Arab mampu memperkuat posisi Indonesia di forum PBB. Berikut penjelasannya:

Pengakuan negara Arab terhadap kemerdekaan Indonesia berawal dari pergerakan mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi di Mesir.

Mereka melakukan kampanye dan demonstrasi bersama organisasi Ikhwanul Muslimin yang menuntut untuk mengakui kemerdekaan Indonesia dan memerangi kolonialisme di dunia.

Meluasnya dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia membuat pemerintah Mesir memberikan pengakuan kemerdekaan Indonesia pada 22 Maret 1946.

Baca juga: Respon Australia terhadap Kemerdekaan Indonesiap

Selanjutnya, pemerintah Mesir dan Indonesia mengadakan perjanjian persahabatan untuk berkiprah dalam perpolitikan internasional.

Dalam buku Diplomasi: Ujung Tombak Perjuangan RI (1986) karya Mohammad Roem, setelah penandatangan perjanjian persahabatan antara Indonesia dan Mesir, pemerintah Indonesia melakukan diplomasi ke negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab.

Negara Arab pertama yang dikunjungi oleh diplomat Indonesia setelah penandatanganan perjanjian persahabatan Indonesia – Mesir adalah Suriah.

Pada 2 Juli Agustus 1947, Agus Salim sebagai perwakilan diplomat Indonesia segera mengadakan perjanjian persahabatan dengan Suriah di Damaskus.

Dengan penandatanganan perjanjian persahabatan tersebut, Indonesia secara resmi telah diakui sebagai negara berdaulat oleh pemerintah Suriah.

Baca juga: Pengakuan India terhadap Kemerdekaan Indonesia

Apakah keputusan resmi sidang dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 yang berperan penting dalam Pengakuan RI?

Apakah keputusan resmi sidang dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 yang berperan penting dalam Pengakuan RI?
Lihat Foto

SHUTTERSTOCK

Bendera Mesir.

KOMPAS.com - Mesir merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia.

Mesir mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia pada 22 Maret 1946. Selanjutnya negara-negara lain khususnya negara Arab mengakui kedaulatan bangsa Indonesia. Seperti Syria, Iraq, Lebanon, Yaman, Saudi Arabia dan Afghanistan.

Dilansir National Geographic, penyebarluasan kemerdekaan Indonesias baik ke dalam negeri dan luar negeri dilakukan setelah pembacaan proklamasi.

Baca juga: Indonesia-Mesir Jajaki Kerja Sama di Bidang Perkeretaapian

Penyebarluasanya kemerdekaan ke luar negeri menggunakan radio. Kemudian radio–radio internasional di Inggris, Amerika, dan Singapura berhasil mendengar.

Kabar merdekanya Indonesia pun disebarkan lagi oleh radio–radio internasional.

Dikutip situs resmi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Mesir merupakan negara Arab pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada 22 Maret 1946.

Bahkan secara resmi keputusan Sidang Dewan Liga Arab, 19 November 1946 mengajurkan kepada semua negara anggota Liga Arab supaya mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat.

Alasan Liga Arab memberikan dukungan didasari pada ikatan keagamaan, persaudaraan dan kekeluargaan.

Kerjasama kedua negara

Setelah mengakui kedaulatan Indoneia, kemudian kedua negara membuka hubungan diplomatik yang ditandai dengan penandatanganan The Treaty of Frienship and Cordiality pada 10 Juni 1947.

Baca juga: Quraish Shihab Terima Penghargaan Bintang Tanda Kehormatan dari Mesir

Selanjutnya pada 1949 dilakukan pembukaan Perwakilan Republik Indonesia di Kairo. Mesir juga memiliki perwakilan di Indonesia.