Apakah akibat jika kita tidak ada sikap rendah diri

Kompleks rendah diri atau kompleks inferioritas adalah perasaan bahwa seseorang lebih rendah dibanding orang lain dalam satu atau lain hal. Perasaan demikian dapat muncul sebagai akibat sesuatu yang nyata atau hasil imajinasinya saja. Rasa rendah diri sering terjadi tanpa disadari dan bisa membuat orang yang merasakannya melakukan kompensasi yang berlebihan untuk mengimbanginya, berupa prestasi yang spektakuler, atau perilaku antisosial yang ekstrem, atau keduanya sekaligus. Tidak seperti rasa rendah diri yang normal, yang dapat mendorong pencapaian prestasi, kompleks rasa rendah diri adalah berupa keadaan putus asa parah, yang mengakibatkan orang yang mengalaminya melarikan diri saat mengalami kesulitan.

Penelitian awal dalam bidang ini dipelopori oleh Alfred Adler, yang menggunakan contoh kompleks yang dialami Napoleon untuk mengilustrasikan teorinya. Beberapa ahli sosiologi berpendapat bahwa kompleks rendah diri juga dapat dirasakan pada tingkatan yang lebih luas, yaitu pada suatu budaya dari bangsa tertentu. Bangsa yang mengalaminya di antaranya Australia dan beberapa bangsa yang pernah dijajah lainnya.[1]

Aliran Adler menunjukkan perbedaan antara rasa rendah diri primer dan sekunder. Rasa rendah diri primer berakar dari pengalaman sebenarnya dari anak saat dia lemah, tak berdaya, dan tergantung pada orang lain. Perasaan demikian bisa lebih meningkat saat dibandingkan dengan sesamanya atau dengan orang dewasa. Rasa rendah diri sekunder berhubungan dengan pengalaman orang dewasa saat ia gagal mencapai tujuan akhir yang tidak disadari dan fiktif berupa keamanan subjektif dan berhasil mengkompensasi perasaan rendah dirinya. Jauhnya pencapaian tujuan akan membawa pada perasaan kurang yang akan mengembalikan perasaan rendah dirinya; gabungan perasaan rendah diri demikian akan sangat terasa. Tujuan yang ditentukan untuk menghilangkan rasa rendah diri pertama yang bersifat primer justru menjadi penyebab rasa rendah diri kedua yang bersifat sekunder. Lingkaran setan biasa dialami oleh penderita neurosis.

  • Saat lahir - setiap orang lahir dengan perasaan rendah diri karena pada waktu itu ia tergantung pada orang lain yang berada di sekitarnya.
  • Sikap orang tua - memberikan pendapat dan evaluasi/kritik negatif terhadap perilaku dan kelemahan anak di bawah enam tahun akan menentukan sikap anak tersebut.
  • Kekurangan fisik - seperti kepincangan, bagian wajah yang tidak proporsional, ketidakmampuan dalam bicara atau penglihatan mengakibatkan reaksi emosional dan berhubungan dengan pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya.
  • Keterbatasan mental - membawa rasa rendah diri saat dilakukan perbandingan dengan prestasi tinggi dari orang lain, dan saat diharapkannya penampilan yang sempurna padahal aturannya pun tidak dipahami.
  • Kekurangan secara sosial - kehormatan keluarga, ras, jenis kelamin, atau status/strata sosial.

Perasaan ini bisa dimanifestasikan atau tergambar dalam bentuk penarikan diri dari kontak sosial atau pencarian perhatian yang berlebihan dari orang lain, kritik, kepatuhan berlebihan, dan perasaan khawatir.

  1. ^ Phillips, Arthur Angel (2006). A. A. Phillips on The Cultural Cringe. Melbourne University Publishing. ISBN 0-522-85221-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-12-14. Diakses tanggal 2007-12-29.  Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)

 

Artikel bertopik psikologi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rendah_diri&oldid=21158634"

com-Anak Sedih (Foto: Thinkstock)

Selama ini, pernahkah kamu merasa minder atau kurang pede dengan diri sendiri?

Pada dasarnya, setiap manusia normal pasti pernah mengalami krisis kepercayaan diri. Low-self esteem merupakan perasaan negatif yang membuat seseorang berpikir dirinya lebih 'rendah' atau 'kurang' dibanding orang lain.

Emosi ini muncul akibat banyak hal. Bisa dipicu faktor lingkungan, bisa juga murni akibat imajinasi sendiri.

Meski nampak sepele, nyatanya perasaan rendah diri bisa membawa dampak negatif terhadap aspek kehidupan, lho. Dalam kondisi parah, perasaan rendah diri bahkan bisa memicu tindak bunuh diri. Duh!

Bersama psikolog Vera Itabiliana K. Hadiwidjojo, Psi, kumparan (kumparan.com) membeberkan sederet hal yang jadi pemicu timbulnya perasaan rendah diri dalam diri seseorang. Apa saja?

Seorang individu yang tumbuh tanpa mendapatkan cinta dan kasih sayang yang cukup akan merasa terabaikan dan bersikap acuh tak acuh saat mereka dewasa. Mereka akan merasa kesulitan untuk mempercayai dan bergaul orang lain. Hal inilah yang faktor pemicu turunnya rasa percaya diri yang ada dalam diri seseorang.

Kritikan bisa membuat anak tidak percaya diri (Foto: Dok.Thinkstock)

2. Kritik yang Berlebihan.

Saat seorang terus menerus dikritik secara berlebihan, maka akan membuatnya menjadi depresi dan hilang percaya diri. Jika terus dibiarkan, maka akan muncul perasaan-perasaan negatif seperti merasa pesimis dan tidak berharga.

"Hargai apapun yang telah dicapainya. Mengkritik hanya akan membuatnya semakin tidak percaya diri," ujar Vera Itabiliana K. Hadiwidjojo, Psi, saat ditemui kumparan (kumparan.com) di Eighty Nine Eatery, Jakarta Selatan, Jumat (26/1).

orang tua harus membangun rasa percaya diri anak (Foto: thinkstock)

Orang tua biasanya cenderung untuk menyetir anaknya untuk menggapai cita-cita yang mereka harapkan. Sehingga tidak memberi anak kesempatan untuk mengenali potensi diri.

Hal itulah yang dapat memupuskan harapan, sehingga muncul rasa ketidak bahagiaan dan rasa tidak percaya diri. "Orang tua perlu mengenal potensi anak sejak dini, dengan begitu, mereka akan merasa lebih dihargai dan lebih percaya diri," lanjut Vera.

Penampilan fisik dari seseorang sangat memengaruhi kepercayaan dirinya. Biasanya, seorang remaja akan terus merasa kurang dengan penampilannya. "Sering terjadi, remaja merasa kurang dengan apa yang ia miliki. Padahal jika disyukuri, ia akan lebih percaya diri," tambahnya.

Ilustrasi orang tua mengkritik anak (Foto: Thinkstock)

Saat seseorang dibanding-bandingkan, ia akan selalu merasa kurang. Hal ini bisa jadi penyebab utama seseorang merasa insecure atau mengalami krisis kepercayan diri.

"Kadang ada yang merasa, 'kok kurang putih?', 'kok kurang langsing?', atau 'kok rambutku enggak seperti dia?', nah itu merupakan salah satu wujud tidak percaya diri yang berasal dari kebiasaan membanding-bandingkan," kata Vera.

"Kalau dilakukan terus menerus, tidak menutup kemungkinan akan memicu penyakit psikis dan fisik. Kalau psikis sudah tentu depresi, kalau fisik, seperti bulimia, anorexia, dan sebagainya," pungkasnya.


Page 2