Apabila perusahaan menggunakan metode LIFO maka barang dagang yang akan keluar dari gedung adalah

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 11 are not shown in this preview.

Di dalam mengelola sebuah bisnis baik itu dalam perusahaan maupun dalam bentuk toko/ritel dibutuhkan strategi yang sistematis. Terlebih strategi dalam hal mengelola stok/persediaan barang. Dalam mengelola stok dibutuhkan ketelitian untuk mengetahui masa expired/ketahanan pada suatu produk. Masa expired ini sangat penting karena jika suatu produk disimpan terlalu lama dan melewati masa expired maka produk akan rusak dan tidak dapat lagi dipakai kemudian hal itu menimbulkan kerugian pada suatu perusahaan atau toko.

Pencatatan stok/persediaan terdiri atas dua sistem pencatatan yaitu sistem periodik dan sistem perpetual. Pemakaian kedua sistem tersebut dalam suatu perusahaan tidaklah selalu sama karena penggunaan kedua sistem tersebut disesuaikan dengan jenis usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan.

Di dalam pencatatan persediaan pada suatu perusahaan kita juga harus menentukan biaya masuk dan keluar dari persediaan tersebut atau disebut juga biaya persediaan. Cara untuk menentukan biaya persediaan adalah dengan menggunakan metode LIFO, FIFO, Average, dan FEFO. Metode-metode tersebut merupakan metode yang sering digunakan oleh sebuah perusahaan. Berikut pembahasan mengenai keempat metode tersebut.

1. Metode LIFO

Metode LIFO (last in first out) merupakan metode dimana barang yang terakhir masuk akan dikeluarkan atau dijual terlebih dahulu sedangkan untuk barang yang pertama kali masuk akan dikeluarkan atau dijual di kemudian hari. Jadi pencatatan persediaan yang dilakukan pertama kali adalah mencatat barang/persediaan yang terakhir kali masuk. Penggunaan metode LIFO bertujuan untuk memudahkan proses penataan barang baik itu pemasukan maupun pengambilan barang persediaan.

Dengan menggunakan metode LIFO, suatu perusahaan dapat menghemat pajak saat berlangsungnya inflasi. Hal itu dikarenakan laba yang dihasilkan kecil. Selain itu, laba operasi pada perusahaan tidak akan berpengaruh terhadap laba/rugi fluktuasi harga yang terjadi. Meskipun demikian, penggunaan metode ini terbilang lebih rumit dibanding metode lainnya dan biaya pembukuannya lebih mahal serta laba/rugi yang dihasilkan lebih rendah. Contoh penerapan metode LIFO dapat dilihat pada toko baju. Toko baju akan mengeluarkan terlebih dahulu baju dengan tren model terbaru. Baju dengan model terbaru merupakan baju yang terakhir masuk. Jika toko baju mengeluarkan baju yang pertama kali masuk maka di kemudian hari baju yang terakhir kali masuk akan kehilangan tren modelnya karena pasti akan muncul tren model baju terbaru lagi.

2. Metode FIFO

Metode FIFO (first in first out) merupakan metode dimana barang yang pertama kali masuk akan dijual/dikeluarkan terlebih dahulu sedangkan untuk barang yang terakhir kali masuk akan dijual/dikeluarkan di kemudian hari. Jadi pencatatan persediaan yang dilakukan pertama kali adalah mencatat barang/persediaan yang pertama kali masuk. Nilai persediaan yang disajikan dalam laporan dengan metode FIFO adalah berdasarkan nilai harga yang paling baru.

Penggunaan metode FIFO dapat mengantisipasi masing-masing dari produk agar tidak tersimpan terlalu lama sehingga produk-produk tersebut terhindar dari masa kadaluwarsa/expired. Kelebihan metode FIFO sendiri adalah dapat menghasilkan Harga Pokok Penjualan (HPP) yang rendah, menghasilkan laba kotor yang tinggi, serta menghasilkan persediaan akhir yang tinggi. Namun disamping itu semua, penggunaan metode FIFO dapat menghasilkan pajak yang besar dan laba yang dihasilkan tidak terlalu akurat.

Contoh penerapan metode FIFO adalah seperti warung, minimarket, ataupun supermarket. Mereka menjual atau mengeluarkan terlebih dahulu produk-produk baik itu makanan kemasan, kemasan kemasan, peralatan mandi, maupun kosmetik yang pertama kali masuk dan untuk produk-produk yang terakhir kali masuk akan disimpan di dalam gudang untuk dikeluarkan di kemudian hari.

3. Metode Average

Metode Average (rata-rata tertimbang) merupakan metode dimana barang yang akan keluar dicatat berdasarkan harga rata-rata barangnya. Dalam metode Average, untuk mendapatkan harga pokok average (rata-rata tertimbang) dapat dihitung dengan cara berikut: jumlah saldo awal barang yang akan dijual atau barang dagangan ditambah dengan keseluruhan total pembelian barang dagangan kemudian dibagi dengan total kuantitas barang dagangan yang dibeli lalu ditambah dengan kuantitas saldo awal barang dagangan.

4. Metode FEFO

Metode FEFO (first expired first out) merupakan metode dimana barang dengan masa kadaluwarsa/expired yang terdekat harus dijual atau dikeluarkan terlebih dahulu, terlepas dari barang yang masuk tersebut datang terlebih dahulu atau belakangan. Contoh penerapan metode FEFO adalah toko ritel (toko yang menjual makanan dan minuman kemasan yang memiliki masa expired) dan apotek. Biasanya produk dengan masa expired terpendek akan ditempatkan di posisi paling depan agar dapat diambil terlebih dahulu oleh konsumen. Untuk produk yang memiliki masa expired yang masih lama, produk tersebut akan disimpan di dalam gudang terlebih dahulu.

Demikian pembahasan mengenai perbedaan LIFO, FIFO, Average, dan FEFO beserta contoh penerapannya. Semoga pembahasan yang disampaikan dapat membuat Anda mengetahui metode apa yang sesuai dengan perusahaan yang Anda dirikan.

Untuk memudahkan Anda melakukan pencatatan akuntansi persediaan, ada baiknya diterapkan suatu sistem yang dapat mengintegrasikan seluruh proses bisnis di perusahaan seperti Ukirama ERP. Sistem ini dapat menghasilkan pencatatan akuntansi dan laporan keuangan yang akurat. Untuk informasi lebih lanjut mengenai Ukirama ERP dapat dilihat di sini.

Cr: Berbagai sumber

Baca juga

Tips Mengelola Keuangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)

5 Jenis Laporan Keuangan Dalam Akuntansi yang Harus Anda Ketahui

Cara Membuat Laporan Laba Rugi (Income Statement) Perusahaan

Cara Membuat Laporan Neraca (Balance Sheet) Perusahaan

Cara Membuat Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Perusahaan

Dalam akuntansi persediaan barang bisa dihitung dalam beberapa metode, dimana metode ini bisa disesuaikan dengan jenis perusahaan dan juga kepentingan perusahaan. Beberapa metode perhitungan atau pencatatan persediaan barang yang populer digunakan adalah metode FIFO (First in First Out), LIFO (Last In First Out), dan Averag .

Persediaan merupakan semua barang yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali atau dikonsumsi dalam operasi normal perusahaan.

Terdapat dua sistem pencatatan akuntansi persediaan yaitu sistem perpetual dan sistem periodik (fisik). Penentuan kedua sistem pencatatan tersebut tergantung pada kebijakan yang diambil oleh perusahaan.

Dalam praktiknya, banyak perusahaan yang membuat asumsi tentang mekanisme cost persediaan masuk ke dalam dan keluar perusahaan.

Asumsi aliran cost persediaan tentunya harus sesuai dengan standar dan Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum (PABU).

Berikut ini adalah penjelasan tentang metode persediaan stok barang dan perbedaannya yang penting untuk Anda ketahui.

Apabila perusahaan menggunakan metode LIFO maka barang dagang yang akan keluar dari gedung adalah

Metode Persediaan First In First Out (FIFO)

Seperti namanya first in first out yang artinya masuk pertama keluar pertama, maka pada metode ini unit persediaan yang pertama kali masuk ke gudang perusahaan akan dijual pertama.

FIFO (First-In, First-Out) adalah metode untuk menentukan harga pokok penjualan dengan cara mengasumsikan bahwa produk yang sudah terjual merupakan produk terlama dalam inventaris.

Biaya yang dikeluarkan untuk produk terlama itulah yang digunakan dalam perhitungan. Singkatnya, metode FIFO akan menghapus produk paling awal yang masuk dari akun persediaan setiap terjadi pencatatan penjualan.

Misalnya, Anda menjalankan bisnis penjualan roti, maka roti yang terlebih dahulu dijual yaitu roti yang pertama kali masuk ke toko Anda. Lihat bagaimana aplikasi gudang dapat menolong manajemen persediaan usaha.

Perhitungan biaya dari roti yang terjual pertama itulah yang dijadikan sebagai biaya pokok penjualan.

Apabila perusahaan menggunakan metode LIFO maka barang dagang yang akan keluar dari gedung adalah

Metode persediaan barang FIFO ini didasarkan pada asumsi bahwa aliran cost masuk persediaan harus dipertemukan dengan hasil penjualannya.

Sebagai akibatnya, biaya per unit persediaan yang masuk terakhir dipakai sebagai dasar penentuan biaya barang yang masih dalam persediaan pada akhir periode (persediaan akhir).

Dalam penerapan metode FIFO berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang lama/pertama masuk untuk dijual terlebih dahulu.

Baca juga:Cara Melakukan Inventory Control yang Tepat Bagi Usaha

Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk.

Metode FIFO cocok diterapkan pada perusahaan yang menjual produk yang memiliki masa kadaluarsa, seperti makanan, minuman, obat dan lain sebagainya.

Metode FIFO merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pencatatan persediaan.

Hal tersebut tentu saja karena ada kelebihan dan kekurangan yang dipertimbangkan, berikut adalah kelebihan dan kekurangan metode persediaan barang FIFO:

Kelebihan Kekurangan
  • Nilai persediaan disajikan secara relevan di laporan posisi keuangan.
  • Menghasilkan laba yang lebih besar.
  • Pajak yang harus dibayarkan perusahaan ke pemerintah menjadi lebih besar.
  • Laba yang dihasilkan kurang akurat.

Perusahaan yang Cocok Menggunakan FIFO

Jika dilihat dari proses operasinya, perusahaan dibedakan menjadi dua, yaitu perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang.

Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur biasanya mengategorisasikan inventaris menjadi tiga, yaitu barang baku, barang proses, dan barang jadi.

Pengelompokan di bidang manufaktur ini berbeda dengan pengelompokan di bidang dagang karena fungsi dari keduanya memang berbeda.

Ketika perusahaan manufaktur beroperasi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi, perusahaan dagang langsung beroperasi menjual barang yang sudah didapat dalam bentuk jadi tanpa membutuhkan proses pengolahan.

Akan tetapi, dua perusahaan yang proses operasinya berbeda itu sama-sama cocok menggunakan metode FIFO dalam inventarisasi dengan dua syarat.

  1. Produsen Makanan

Metode persediaan FIFO cocok diterapkan di perusahaan yang memproduksi barang makanan karena penjualan produk terlama akan menjadikan persediaan selalu fresh.

Makanan yang telah diproduksi tapi penyimpanannya tumpang tindih akan membuat perusahaan Anda mengalami kesulitan saat proses distribusi.

Produk terlama yang tidak segera dijual akan mengalami penurunan kualitas dan hal tersebut menyebabkan kerugian bagi perusahaan Anda.

Kelola Bisnis Makanan dan Minuman Secara Efektif. Pelajari Fitur Jurnal Selengkapnya di sini!

Saya Mau Coba Gratis Jurnal Sekarang!

atau

Saya Mau Bertanya Ke Sales Jurnal Sekarang!

  1. Perusahaan yang Menjual Produk Bertanggal Kadaluarsa

Produk makanan juga masuk dalam kategori ini. Akan tetapi, perusahaan seperti warung kelontong, minimarket, dan supermarket memiliki produk yang lebih beragam jenisnya dengan batasan kadaluarsa yang berbeda pula.

Maka dari itu, metode FIFO sejalan dengan konsep penjualan mereka.

Jika Anda merupakan pengusaha di bidang ini, Anda pasti akan meletakkan produk yang terlebih dahulu masuk ke gudang atau ke catatan inventaris pada bagian paling depan rak display agar produk tersebut diambil lebih dulu oleh pembeli.

Rata-rata, semua staf yang bertugas mendisplay produk akan membongkar sisa produk di rak, memasukkan produk baru di bagian paling belakang, baru kemudian memasukkan kembali produk terlama di bagian depan.

Dengan metode pencatatan seperti itu, persediaan akhir barang di gudang penyimpanan akan tetap tinggi dan cenderung stabil tapi pengeluaran tetap bergantung pada produk yang tersedia di rak display.

Baca juga:5 Cara Sederhana Mengelola Stok Barang pada Gudang

Metode Persediaan Last In First Out (LIFO)

Apabila perusahaan menggunakan metode LIFO maka barang dagang yang akan keluar dari gedung adalah

LIFO artinya adalah yang masuk terakhir keluar pertama. Metode ini mengasumsikan unit persediaan yang dibeli pertama akan dikeluarkan di akhir.

Artinya, unit yang dijual pertama adalah unit persediaan yang terakhir masuk ke gudang. Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang pertama atau awal masuk.

Metode biaya persediaan LIFO ini adalah didasarkan pada asumsi bahwa aliran keluar biaya persediaan adalah kebalikan dari kronologi terjadinya biaya.

Pada metode ini, harga beli terakhir dibebankan ke operasi dalam periode kenaikan harga (inflasi), sehingga laba yang dihasilkan akan kecil dan pajak yang terutang juga menjadi lebih kecil.

Namun, berdasarkan PSAK 14 metode LIFO tidak boleh digunakan lagi. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan metode LIFO.

Kelebihan Kekurangan
  • Mudah membandingkan cost saat ini dengan pendapatan sekarang.
  • Apabila harga naik maka harga barang jadi konservatif.
  • Laba operasional tidak terpengaruh oleh untung atau rugi dari fluktuasi harga.
  • Menghemat pajak
  • Bertolak belakang dengan aliran fisik persediaan sesungguhnya.
  • Biaya pembukuan menjadi mahal karena metode ini lebih rumit.
  • Laba atau rugi yang dihasilkan lebih rendah.

Metode Average (Rata-Rata Tertimbang)

Metode average biasa disebut metode rata-rata tertimbang. Metode average membagi antara biaya barang persediaan untuk dijual dengan jumlah unit yang tersedia.

Sehingga persediaan akhir dan beban pokok penjualan dapat dihitung dengan harga rata-rata. Metode average adalah titik tengah atau perpaduan dari metode FIFO dan LIFO.

Jadi kelebihan dan kekurangan metode ini berada diantara metode LIFO dan FIFO.

Dalam penerapan metode Average berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang ada di gudang untuk dijual tanpa memperhatikan barang mana yang masuk lebih awal atau akhir.

Simak: Ingin pelajari metode manajemen inventori. Ikuti kelas online Mekari University, gratis!

Cara Menghitung Persediaan Barang dengan Metode FIFO

Pada awal tahun, perusahaan Anda, misalnya perusahaan roti, memiliki inventaris awal produk. Selama tahun itu, tentu perusahaan Anda membeli produk dan menjualnya.

Pada akhir tahun Anda perlu melakukan pencatatan. Berikut adalah cara menghitungnya menggunakan metode FIFO.

Asumsikan bahwa produk Anda dibuat dalam tiga gelombang selama tahun tersebut. Biaya dan kuantitas setiap gelombangnyayaitu :

Gelombang 1 : Jumlahnya 2.000 roti dengan biaya Rp8.000.000

Gelombang 2 : Jumlahnya 1.500 roti dengan biaya Rp7.000.000

Gelombang 3 : Jumlahnya 1.700 roti dengan biaya Rp7.700.000

Total yang diproduksi yaitu, 5.200 roti dengan biaya Rp22.700.000. Biaya rata-rata untuk memproduksi satu roti yaitu, Rp4.370.

Selanjutnya, Anda perlu menghitung unit biaya untuk setiap gelombangnya.

Gelombang 1 : Rp8.000.000/2.000 roti = Rp4.000

Gelombang 2 : Rp7.000.000/1.500 roti = Rp4.670

Gelombang 3 : Rp7.700.000/1.700 roti = Rp4.530

Asumsikan bahwa pada tahun ini perusahaan Anda berhasil menjual 4.000 roti dari 5.200 roti yang diproduksi. Anda tidak tahu produk dari gelombang mana yang terjual.

Untuk menentukan biaya produk yang terjual menggunakan FIFO, Anda harus menganggap bahwa produk yang terjual merupakan produk tertua (pertama masuk).

Jadi, perhitungan untuk 4.000 roti yang terjual yaitu :

  • 2.000 roti dari gelombang 1 bernilai masing-masing Rp. 4.000 terjual lebih dahulu dengan total Rp. 8.000.000.
  • 1. 500 roti dari gelombang 2 bernilai masing-masing Rp. 4.670 terjual berikutnya dengan total Rp. 7.005.000.
  • 500 roti dari gelombang 3 bernilai masing-masing Rp. 4.530 terjual paling akhir dengan total Rp. 2.265.000.

Jika dijumlah, total biaya dari 4.000 roti yang terjual adalah Rp. 17.270.000. Hasil perhitungan ini yang akan dianggap sebagai biaya pokok produksi.

Penghitungan di atas bisa Anda terapkan dengan penyesuaian untuk perusahaan Anda.

Kelola Bisnis Trading dan Distribusi Secara Efektif. Pelajari Fitur Jurnal Selengkapnya di sini!

Saya Mau Coba Gratis Jurnal Sekarang!

atau

Saya Mau Bertanya Ke Sales Jurnal Sekarang!

Keuntungan Menggunakan Metode FIFO

FIFO dianggap sebagai metode yang lebih logis dan terpercaya. Dengan metode ini, resiko penurunan kualitas barang karena terlalu lama disimpan, bisa diminimalisir.

Selain itu, berikut adalah beberapa keuntungan lain dari metode FIFO dibandingkan metode lain seperti LIFO atau Average.

1. Mudah Dipahami dan Diterima Secara Universal

FIFO mengikuti alur alami inventaris (produk tertua dijual terlebih dahulu, dengan perhitungan mengikuti biaya setiap gelombang produksi).

Hal tersebut membuat pembukuan Anda menjadi lebih simpel juga bisa memperkecil kemungkinan kesalahan yang terjadi. Maka, wajar jika FIFO diterapkan di banyak perusahaan.

2. Meminimalisir Pemborosan

Perusahaan yang benar-benar mengikuti FIFO akan selalu menjual inventaris tertua terlebih dahulu. Dengan begitu, biaya yang terbuang karena penurunan kualitas produk bisa dihindari.

Produk yang tersisa tetap memiliki kualitas bagus dan bisa dijual dengan harga tinggi karena memang baru diproduksi. Pada situasi penjualan yang konstan, Anda bisa sangat diuntungkan.

3. Laporan Keuangan Sulit Dimanipulasi

FIFO memberikan gambaran yang sangat akurat tentang penghitungan biaya perusahaan. Garis pengeluaran biaya bisa ditarik secara urut sejak proses produksi hingga penjualan per gelombang.

Jika terjadi keraguan hasil saat penghitungan keuntungan atau bahkan seluruh penghitungan keuangan, Anda bisa melacaknya secara mudah.

Dengan begitu, jika ada manipulasi yang mungkin dilakukan oleh pihak lain, akan mudah Anda temukan.

Baca juga:Metode Penentuan Biaya Persediaan yang Perlu Anda Ketahui

Kelemahan Metode Persediaan FIFO

Metode ini bisa mengakibatkan penghitungan pajak penghasilan yang lebih tinggi untuk bisnis Anda.

Kesenjangan antara biaya (modal produksi) dan keuntungan dari metode ini adalah lebih luas jika adalah dibandingkan metode LIFO (Last In, First Out), metode kebalikannya.

Anda juga perlu berhati-hati saat perusahaan mengambil keuntungan yang terlalu sedikit. Jika itu terjadi, Anda akan berada pada fase bahaya bahkan mengalami kerugian saat biaya produksi naik sedangkan angka-angka yang terlanjur Anda gunakan dalam perhitungan merupakan harga pokok, bukan harga aktual.

Penjelasan di atas merupakan hal-hal yang perlu Anda pahami sebelum memutuskan untuk menerapkan FIFO pada perusahaan Anda.

Jika Anda sudah tahu jenis perusahaan yang Anda jalankan, pertimbangkan baik-baik kelemahan FIFO untuk menyiapkan solusi saat perusahaan Anda memasuki fase penurunan.

Apabila perusahaan menggunakan metode LIFO maka barang dagang yang akan keluar dari gedung adalah

Mengapa Menggunakan Metode FIFO?

Pasar yang bersifat fluktuatif menyebabkan biaya produksi suatu produk terus naik sejalan dengan inflasi.

FIFO menjadi metode yang dapat membuat catatan keuangan perusahaan terlihat lebih impresif.

Dengan metode persediaan FIFO, produk atau barang yang dijual adalah produk terlama dengan harga produksi yang masih murah.

Hal ini membuat margin dan keuntungan terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan perhitungan metode rata-rata.

Oleh karena itu, FIFO sangat ideal untuk memukau investor, karena dengan FIFO biaya produksi barang terlihat menjadi semakin kecil sehingga membuat penghasilan di luar pajak menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan menggunakan metode rata-rata.

Akan tetapi di sisi lain, dengan tingginya profit (keuntungan) perusahaan, pajak yang harus dibayarkanpun semakin besar.

Teknik rata-rata sendiri merangkum biaya produksi barang yang ada sehingga membuat barang yang dibeli dengan harga lebih murah sama dengan barang yang dibeli dengan harga lebih mahal.

Kekurangan FIFO Dibandingkan Metode Rata-Rata

Seperti yang dijelaskan di atas, FIFO dapat membuat laporan keuangan lebih impresif, karena margin pendapatan yang lebih besar dibanding dengan metode rata-rata.

Namun, karena margin yang besar ini membuat keuntungan yang tercatat menjadi lebih besar pula. Sehingga pajak yang harus dibayarkan menjadi lebih besar.

Sementara, dengan metode rata-rata, margin yang didapatkan relatif lebih kecil sehingga pajak yang dibayarkan menjadi lebih rendah.

Pada saat melakukan pencatatan persediaan, Anda juga harus memperhatikan metode penentuan biaya persediaan yang digunakan. Anda bisa mengikuti kursus online GRATIS untuk memahami lebih lanjut pengelolaan stok persediaan dengan mudah dan efisien.

Kelola Persediaan Barang dengan Aplikasi Stok Barang Jurnal

Jurnal saat ini mendukung metode perhitungan biaya inventory dengan metode rata-rata (average) dan FIFO yang akan menentukan kalkulasi penilaian barang, sehingga pencatatan laporan persediaan yang ada akan dikhususkan sesuai dengan metode penilaian yang Anda pilih.

Pilihan metode penilaian inventory dapat Anda akses melalui pengaturan (settings) kemudian masuk ke menu produk (product), selanjutnya pilih “ubah” di menu metode penilaian inventory.

Setelah itu, Anda akan diminta untuk memilih metode perhitungan inventory yang diinginkan.

Perlu diperhatikan bahwa, jika Anda sudah mengaktifkan fitur monitor persediaan barang pada salah satu produk, maka metode penilaian inventory tidak dapat diubah.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai fitur FIFO, Anda dapat temukan aplikasi stok gudang.

Untuk membantu Anda mempermudah manajemen persediaan, Anda dapat menggunakan bantuan aplikasi inventory barang dari Jurnal by Mekari.

Dengan menggunakan Jurnal, melakukan pengelolaan dan pencatatan persediaan menjadi mudah menggunakan fitur manajemen stok gudang dan aplikasi stok barang, baik memilih metode persediaan FIFO maupun Average.

Untuk memahami metode manajemen inventory secara lebih komprehensif, Anda dapat mengikuti kursus online yang diselenggarakan Mekari University secara gratis.

Mekari University merupakan platform penyedia layanan edukasi berbasis teknologi untuk membantu para pemilik bisnis dan profesional meningkatkan kemampuannya.

Melalui Mekari University, Anda akan memperoleh wawasan lebih luas terkait topik pengelolaan keuangan, manajemen akuntansi, administrasi HR, dan strategi pengelolaan pajak korporasi.

Caranya, cukup mendaftar melalui website Mekari University, kemudian pilih kelas online sesuai dengan topik yang Anda inginkan. Untuk info selengkapnya, tekan banner di bawah ini.

Apabila perusahaan menggunakan metode LIFO maka barang dagang yang akan keluar dari gedung adalah

Di atas adalah penjelasan lengkap tentang perbedaan metode pencatatan persediaan barang seperti FIFO, LIFO, dan Average.

Mudah-mudahan informasi di atas bermanfaat. Ikuti media sosial Jurnal by Mekari untuk informasi lain tentang bisnis, keuangan, dan akuntansi.

Kategori : Bisnis

Artikel Sebelumnya

Artikel Selanjutnya

Apabila perusahaan menggunakan metode LIFO maka barang dagang yang akan keluar dari gedung adalah

Bisnis,Keuangan

5 Langkah Mudah Merencanakan Keuangan Bisnis

Apabila perusahaan menggunakan metode LIFO maka barang dagang yang akan keluar dari gedung adalah

Bisnis

8 Jenis Badan Usaha, Wajib Tahu Sebelum Memulai Bisnis

Apabila perusahaan menggunakan metode LIFO maka barang dagang yang akan keluar dari gedung adalah

Bisnis,Keuangan

Transaksi Derivatif, Apa Saja Jenis-Jenisnya?

Apabila perusahaan menggunakan metode LIFO maka barang dagang yang akan keluar dari gedung adalah

Bisnis

Struktur Modal Perusahaan : Pengertian, Faktor dan Teori

Nama Lengkap

Email

Subscribe