Secara bahasa, waqaf berarti menahan atau menghentikan. Dalam ilmu tajwid, waqaf berarti menghentikan bacaan al-Qur’an sejenak untuk mengambil nafas, sebelum melanjutkan bacaan kembali. Dengan mengikuti aturan waqaf ini, kita tidak diperkenankan sembarangan mengambil nafas saat membaca al-Qur’an, sehingga bacaan kita menjadi tidak teratur. Dengan aturan waqaf ini, bacaan al-Qur’an kita pun semakin sempurna, insya Allah…. *** Dalam membaca al-Qur’an, biasanya kita menghentikan bacaan pada akhir ayat. Tapi tidak jarang, karena ayat yang lebih panjang daripada nafas, kita menghentikan bacaan di tengah ayat. Nah, waqaf merupakan salah satu seni dalam ilmu tajwid yang membahas tentang bagaimana menghentikan bacaan yang benar, baik di tengah ayat maupun di akhir ayat. Ibarat sebuah kendaraan, waqaf adalah rem yang kita gunakan untuk menghentikan kendaraan dengan benar. Selain membuat penumpang (bersama pemakai jalan yang lain) tetap aman dan nyaman, rem juga membuat kendaraan menjadi lebih awet. Apa jadinya bila kendaraan tidak dilengkapi dengan rem, tentu tidak diharapkan oleh siapapun. Berikut beberapa cara membunyikan kata yang diberhentikan (waqaf), berdasarkan macam-macam keadaan huruf pada saat bacaan diwaqafkan: Apabila akhir kata berupa huruf berharakat sukun (huruf mati), huruf yang terakhir itu dibaca apa adanya, tanpa ada perubahan. Kita perhatikan contoh berikut ini: فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . Dibaca: Fa-shal-li-li-rab-bi-ka-wan-har. Contoh ayat yang lain: لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ . Dibaca: Lam-ya-lid(k)-wa-lam-yuu-lad(ek). *** Apabila akhir kata itu berupa huruf yang berharakat fathatain, maka fathatain itu dibaca sebagai fathah yang dipanjangkan menjadi 2 harakat. Bacaan ini disebut mad ‘iwadh. وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا . Dibaca: Wa-ra-ai-tann-naa-sa-yad-khu-luu-na-fii-dii-nil-laa-hi-af-waa-jaa. Contoh ayat yang lain: وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا . فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا . Dibaca: Wal-‘aa-di-yaa-ti-dhab(k)-haa. Fal-muu-ri-yaa-ti-qad(k)-haa. Atau: Wal-‘aa-di-yaa-ti-dhab(k)-hang-fal-muu-ri-yaa-ti-qad(k)-haa. *** Apabila akhir kata berupa huruf hidup selain fathatain (berharakat fathah, kasrah, dhammah, kasratain, atau dhammatain), huruf yang terakhir itu dibaca seakan-akan berharakat sukun (huruf mati). قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ . Dibaca: Qul-hu-wallaa-hu-a-had(ek). Contoh ayat yang lain: أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ . حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ . Dibaca: Al-haa-mut-ta-kaa-tsur. Hat-taa-zur-tu-mul-ma-qaa-bir. Bila kedua ayat di atas disambung menjadi: Al-haa-mut-ta-kaa-tsu-ru-hat-taa-zur-tu-mul-ma-qaa-bir. *** Apabila akhir kata itu berupa ta’ marbuthah, maka huruf itu dibaca seperti huruf ha’ yang mati. الْقَارِعَةُ . مَا الْقَارِعَةُ . Dibaca: Al-qaa-ri’ah. Mal-qaa-ri-’ah. Bila bacaan kedua ayat itu disambung: الْقَارِعَةُ مَا الْقَارِعَةُ . Dibaca: Al-qaa-ri’a-tu-mal-qaa-ri-’ah. *** 5. Sebelum Huruf Terakhir Ada Huruf MatiApabila akhir kata itu berupa huruf yang didahului huruf mati (berharakat sukun), maka kedua huruf itu dibaca mati semua; huruf yang terakhir itu dibaca mati dengan setengah suara.
Contoh ayat yang lain:
*** 6. Sebelum Huruf Terakhir Ada Mad Thabi’i atau Mad LayinApabila akhir kata itu berupa huruf yang didahului mad thabi’i atau mad layin, maka huruf yang terakhir itu dibaca sukun (mati). Adapun mad thabi’i atau mad layin-nya dibaca apa adanya, atau dipanjangkan menjadi empat atau lima harakat. Bacaan ini disebut mad ‘aridh lis-sukun.
Bila kedua ayat di atas disambung menjadi:
*** PenutupDemikian aturan waqaf dalam tajwid. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua. ________________ Sumber: Buku Mudah, Cepat & Praktis Belajar Tajwid, Ahda Bina A. Artikel al-Waqf wal Ibtida’, qurankarim.org TerkaitHarakat (bahasa Arab: حركات, translit. harakaat), atau tasykil, adalah tanda baca atau diakritik yang ditempatkan pada huruf Arab untuk memperjelas gerakan dan pengucapan huruf tersebut. Huruf-huruf dalam abjad Arab biasa hanya melambangkan konsonan tanpa vokal, sehingga harakat digunakan sebagai penjelas pengucapannya. Harakat yang digunakan adalah fathah (dalam bahasa Arab klasik melambangkan vokal -a yang mengikuti konsonan yang ditandainya), kasrah (-i), dhammah (-u), dan sukun (menandai konsonan tanpa vokal). Selain itu terdapat harakat tanwin (untuk menandai bahwa bunyi -n ditambahkan setelah vokal sehingga menjadi -an, -in, atau -un), serta modifikasi untuk menunjukkan vokal yang dibaca panjang.
Harakat dipakai untuk mempermudah cara membaca huruf Arab bagi orang awam, pemula atau pelajar dan biasanya dituliskan pada buku-buku pendidikan, buku anak-anak, dan kitab suci al-Quran, walaupun dalam penulisan sehari-hari tidak menggunakan harakat, karena pada umumnya orang Arab sudah paham dan mengerti akan tulisan yang mereka baca, tetapi kadang juga digunakan sebagai penekanan dari suatu kata terutama pada kata-kata yang kurang umum digunakan agar menghindari kesalahaan pembacaan.
Fathah (فتحة) adalah harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal kecil ( َ ) yang berada di atas suatu huruf Arab yang melambangkan fonem /a/. Secara harfiah, fathah itu sendiri berarti membuka, layaknya membuka mulut saat mengucapkan fonem /a/. Ketika suatu huruf diberi harakat fathah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-a/, contonya huruf lam (ل) diberi harakat fathah menjadi /la/ (لَ).
Fathah juga ditulis layaknya garis vertikal seperti huruf alif kecil ( ٰ ) yang disebut dengan mad fathah atau alif khanjariah yang melambangkan fonem /a/ yang dibaca agak panjang. Sebuah huruf berharakat fathah jika diikuti oleh Alif (ا) juga melambangkan fonem /-a/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /laa/ (لاَ)
Kasrah (كسرة) adalah harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal kecil ( ِ ) yang diletakkan di bawah suatu huruf arab, harakat kasrah melambangkan fonem /i/. Secara harfiah, kasrah bermakna melanggar. Ketika suatu huruf diberi harakat kasrah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-i/, contonya huruf lam (ل) diberi harakat kasrah menjadi /li/ (لِ).
Sebuah huruf yang berharakat kasrah jika bertemu dengan huruf ya (ي
) maka akan melambangkan fonem /-i/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /lii/ ( لي)
Dammah (ضمة) adalah harakat yang berbentuk layaknya huruf waw (و) kecil yang diletakkan di atas suatu huruf arab ( ُ ), harakat dammah melambangkan fonem /u/. Ketika suatu huruf diberi harakat dammah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-u/, contonya huruf lam (ل) diberi harakat dammah menjadi /lu/ (لُ).
Sebuah huruf yang berharakat dammah jika bertemu dengan huruf waw (و
) maka akan melambangkan fonem /-u/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /luu/ (لـُو).
Sukun (سکون) adalah harakat yang berbentuk bulat layaknya huruf ha (ه) yang ditulis di atas suatu huruf Arab. Harakat sukun melambangkan fonem konsonan atau huruf mati dari suatu huruf, misalkan pada kata mad (مـَدْ) yang terdiri dari huruf mim yang berharakat fathah (مَ) sehingga menghasilkan bunyi /ma/, dan diikuti dengan huruf dal yang berharakat sukun (دْ) yang menghasilkan konsonan /d/ sehingga menjadi /mad/.
Harakat sukun juga misa menghasilkan bunyi diftong, seperti /au/ dan /ai/, cotohnya pada kata (نـَوْمُ) yang berbunyi /naum(u)/ yang berarti tidur, dan juga pada kata (لَـيْن) yang berbunyi /lain/ yang berati lentur, santai atau lembut.
Tasydid ( تشديد) atau syaddah ( شدة) adalah harakat yang berbentuk layaknya huruf w atau seperti kepala dari huruf sin (س) yang diletakkan di atas huruf arab (ّ) . Harakat tasydid melambangkan penekanan pada suatu konsonan yang dituliskan dengan simbol konsonan ganda, sebagai contoh pada kata ( شـَـدَّةٌ) yang berbunyi /syaddah/ yang terdiri dari huruf syin yang berharakat fathah ( ش) sehingga menghasilkan bunyi /sya/, diikuti dengan huruf dal yang berharakat tasydid fathah ( دَّ) yang menghasilhan bunyi /dda/, diikuti pula dengan ta marbuta ( ةٌ) di akhir kata yang menghasilkan bunyi /h/, sehingga menjadi /syaddah/.
Tanwin (bahasa Arab: التنوين, "at tanwiin") adalah tanda baca/diakritik/harakat pada tulisan Arab untuk menyatakan bahwa huruf pada akhir kata tersebut diucapkan layaknya bertemu dengan huruf nun mati. [1] Gambar Alif wasal Wasal (bahasa Arab: وصلة, washlat) adalah tanda baca atau diakritik yang dituliskan pada huruf Arab yang biasa dituliskan di atas huruf alif atau yang disebut juga dengan Alif wasal. Secara ilmu tajwid, wasal bermakna meneruskan tanpa mewaqafkan atau menghentikan bacaan. Harakat wasal selalu berada di permulaan kata dan tidak dilafazkan manakala berada di tengah-tengah kalimat, tetapi akan berbunyi layaknya huruf hamzah manakala dibaca di mula kalimat. Contoh alif wasal: ٱهدنا ٱلصرط "ihdinas shiraat" Bacaan tersebut memiliki dua alif wasal, yang pertama pada lafaz ihdinaa dan as shiraat yang manakala kedua lafaz tersebut diwasalkan atau dirangkaikan dalam pembacaannya maka akan dibaca ihdinas shiraat dengan menghilangkan pembacaan alif wasal pada kata as shiraat. Lihat pula contoh berikut: نستعين ٱهدنا ٱلصرط "nasta'iinuh dinas shiraat" Bacaan di atas terdiri dari kata nasta'iin, ihdinaa dan as shiraat, dengan mewasalkan lafaz ihdina dengan lafaz sebelumnya, sehingga menghasilkan lafaz nasta'iinuh dinaa, dengan mewasalkan lafaz as shiraat dengan lafaz sebelumnya, maka akan menghasilkan lafaz "nasta'iinuh dinas shiraat". Alif wasal lebih sering dijumpai bersamaan dengan huruf lam atau yang disebut juga dengan alif lam makrifah pada lafaz dalam bahasa Arab yang mengacu kepada kata yang bersifat isim atau nama. Contoh alif wasal dalam alif lam makrifah: ٱلصرط "as shiraat" ٱلبقرة "al baqarah" ٱلإنسان "al insaan"Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis waqaf yaitu:
Tanda-tanda Wakaf
|