Apa tujuan pengubahan nama sekolah istri menjadi sekolah dewi sartika

Sakola Kautamaan Istri, yang sekarang menjadi Sekolah Dewi Sartika didirikan oleh Raden Dewi Sartika pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Tepatnya pada 16 Januari 1904, sekolah ini berdiri dengan nama “Sakola Istri”, yang menempati  ruang Paseban Kulon Pendopo Kabupaten Bandung. Sebelum mendirikan sekolah, ia memang sudah senang mengajar, meski tanpa dinaungi lembaga resmi berlabel sekolah. Berdirinya Sekolah Kautamaan Istri dilatarbelakangi oleh cita-cita Dewi Sartika yang ingin mendidik anak-anak perempuan dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata demi kemajuan harkat dan martabat kaum perempuan itu sendiri, sehingga dapat menjadi manusia berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.

Dengan demikian Sekolah Kaoetamaan Istri didirikan oleh Raden Dewi Sartika di Bandung 1904.

05 Desember 2018 | Oleh : Administrator Website | Dilihat 5358 kali

Kantun jujuluk nu arum

Kari wawangi nu seungit

Nyebar mencar sa Pasundan

Nyambuang sa Nusantara

Sari puspa wangi arum

Seungit manis ngadalingding

Sari sekar nyurup nitis

Kana sukma istri Sunda

Teu kagambar ku rumpaka 

Henteu kasanggi ku dangding

Menggahing jasa-jasana

Bandung yang kala itu terkenal dengan sebutan Paris van Java menjadi salah satu kegiatan kolonial Belanda setelah Batavia.rakyat Parahiyangan dan Jawa Barat hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan. Hal ini disebabkan mereka tidak pernah mengenyam pendidikan, kecuali beberapa orang anak pegawai Belanda atau golongan ningrat. Selain itu hasil bumi rakyat Indonesia dirampas untuk kepentingan penjajah Belanda.

Hal inilah yang membuat salah seorang putra Pasundan menjadi merenung. Beliau bernama Raden Somanagara putra Raden Adipati Aria Martanagara seorang Bupati Bandung ketika itu. Raden Somanagara adalah seorang patih di Bandung yang sangat Nasionalis. Beliau ditangkap dan diasingkan ke ternate (Maluku). Raden Somanagara menikah dengan Raden Ayu Rajapermas yang melahirkan seorang bayi bernama Raden Dewi Sartika. Penangkapan yang dilakukan oleh pihak Belanda membuat seluruh kaum kerabat dan keluarga menjadi gelisah terutama bagi Raden Ayu Rajapermas dan Adipati Martanegara. Hal ini dikarenakan pasangan Raden Somanagara dan Raden Ayu Rajapermas masih mempunyai anak kecil, atas saran keluarga Raden Ayu Rajapermas dengan berat hati menitipkan putri kecilnya kepada adik iparnya istri Aria Cicalengka yang tinggal di Cicalengka. Dewi lahir di Bandung, 4 Desember 1884, 

Dewi Sartika amat gigih dalam memperjuangkan nasib dan harkat kaum perempuan. Pada 16 Januari 1904, dia mendirikan sekolah istri atau sekolah untuk perempuan di bandung. Pada tahun 1910, sekolah istri berganti nama menjadi sakola kautamaan istri.  Sekolah Istri tersebut terus mendapat perhatian positif dari masyarakat. Murid- murid bertambah banyak, bahkan ruangan Kepatihan Bandung yang dipinjam sebelumnya juga tidak cukup lagi menampung murid-murid. Untuk mengatasinya, Sekolah Istri pun kemudian dipindahkan ke tempat yang lebih luas. Seiring perjalanan waktu, enam tahun sejak didirikan, pada tahun 1910, nama Sekolah Istri sedikit diperbarui menjadi Sekolah Keutamaan Istri. Perubahan bukan cuma pada nama saja, tapi mata pelajaran juga bertambah. 

Kemudian pada 1913, berdiri pula organisasi kautamaan istri di Tasikmalaya. Organisasi ini menaungi sekolah-sekolah yang didirikan oleh Dewi Sartika. Pada tahun 1929, Sakola Kautamaan Istri diubah namanya menjadi Sakolah Raden Dewi dan oleh pemerintah Hindia Belanda dan dibangunkan sebuah gedung baru yang besar dan lengkap.

Dia berusaha keras mendidik anak-anak gadis agar kelak bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik, bisa berdiri sendiri, luwes, dan terampil. Maka untuk itu, pelajaran yang berhubungan dengan pembinaan rumah tangga banyak diberikannya. Untuk menutupi biaya operasional sekolah, ia membanting tulang mencari dana. Semua jerih payahnya itu tidak dirasakannya jadi beban, tapi berganti menjadi kepuasan batin karena telah berhasil mendidik kaumnya. Salah satu yang menambah semangatnya adalah dorongan dari berbagai pihak terutama dari Raden Kanduruan Agah Suriawinata, suaminya, yang telah banyak membantunya mewujudkan perjuangannya, baik tenaga maupun pemikiran.

Pada tahun 1947, akibat agresi militer Belanda, Dewi Sartika ikut mengungsi bersama-sama para pejuang yang terus malakukan perlawanan terhadap Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan. Saat mengungsi inilah, tepatnya tanggal 11 september 1947, Dewi sartika yang sudah lanjut usia wafat di Cinean, Jawa Barat. Setelah keadaan aman, makamnya dipindahkan ke Bandung. Diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966.

Lahir : 4 Deember 1884 di Cicalengka Bandung

Meninggal : 11 September 1947 di Kota Tasikmalaya

Pendidikan : Europeesche Lagere School

Pasangan : R.Kd.Agah Suriawinata

Orangtua : Raden Somanagara dan Raden Ayu Rajapermas

Dikutip oleh Pustakawan Madya Dispusipda Jabar, Tuty Juliaty

Apa tujuan pengubahan nama sekolah istri menjadi sekolah dewi sartika

Apa tujuan pengubahan nama sekolah istri menjadi sekolah dewi sartika
Lihat Foto

kemdikbud.go.id

Raden Dewi Sartika

KOMPAS.com - Sakola Kautamaan Istri adalah organisasi yang didirikan oleh Raden Dewi Sartika pada 1904 di Bandung. 

Sakola Kautamaan Istri ini tepatnya berdiri pada 16 Januari 1904 bertempat di Paseban Kulon Pendopo Kabupaten Bandung. 

Sakola Keutamaan Istri ini bertujuan untuk mengajarkan anak-anak gadis agar dapat membaca, menulis, berhitung, dan berumah tangga. 

Baca juga: Raden Dewi Sartika: Kehidupan, Gagasan, dan Kiprahnya

Latar Belakang

Sakola Kautamaan Istri awalnya berdiri dengan nama Sakola Istri yang dibentuk oleh Raden Dewi Sartika semasa pemerintahan kolonial Belanda. 

Berdirinya Sakola Kautamaan Istri ini disebabkan oleh cita-cita Dewi Sartika yang ingin mendidik anak-anak perempuan dari berbagai kalangan.

Tujuannya adalah untuk memajukan harkat dan martabat kaum perempuan itu sendiri, sehingga dapat berguna bagi dirinya sendiri maupun negara.

Sakola Kautamaan Istri ini menjadi sekolah khusus perempuan. 

Adapun mata pelajaran yang diajarkan di sana adalah memasak, mencuci, menyetrika, menjahit, menyulam, dan membatik.

Pertama kali Sakola Kautamaan Istri ini berdiri hanya terdapat 20 murid dengan tiga orang guru di dalamnya.

Namun, pada 1905, jumlah siswanya melonjak, ada dua ruangan belajar yang sudah tidak lagi dapat menampung jumlah siswa yang semakin bertambah. 

Baca juga: Maria Walanda Maramis: Kehidupan, Kiprah, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Siapa sangka, tekad kuat seorang pejuang perempuan mencerdaskan kaum perempuan Sunda dari kalangan rakyat bawah, sungguh berdampak besar pada kemerdekaan berpikir perempuan Indonesia pada awal abad ke-20. Demikianlah Raden Dewi Sartika, pejuang pendidikan kaum perempuan Sunda. Tepatnya di Bandung, 4 Desember 1884 Raden Dewi Sartika atau akrab dengan panggilan Uwi dilahirkan. Uwi merupakan anak kedua dari pasangan Raden Rangga Somanagara dengan Raden Ayu Rajapermas. Raden Somanagara adalah putra dari seorang Hoof Djaksa atau Jaksa Kepala di Bandung Raden Demang Suriapraja, sedangkan Nyi Raden Rajapermas adalah putri Bupati Bandung R.A. Adipati Wiranatakusumah IV (1846-1874).

Meskipun masih keturunan menak atau bangsawan Sunda, tidak membuat Dewi Sartika menjadi besar kepala. Justru menguatkan tekadnya untuk memperjuangkan kemerdekaan kaum perempuan. Dewi Sartika merasa prihatin akan ketidakberdayaan perempuan-perempuan disekitarnya, termasuk ibunya sendiri. Tidak hanya itu, keadaan sosial perempuan pada masa itu masih terikat dengan adat istiadat yang mengikat anak perempuan untuk dipingit ketika menginjak usia 12 tahun. Dalam proses pingitan inilah, perempuan akan berlatih mempersiapkan diri untuk terampil di dapur, sembari menunggu disunting oleh seorang laki-laki. Hanya segelintir perempuan beruntung yang dapat megecap bangku sekolah dan merasakan kemerdekaan berpikir.

Menurut Dewi Sartika, seorang perempuan tidak boleh hanya bergantung dengan suami, keluarga atau orang lain. Perempuan harus mendapatkan pengajaran dan pendidikan sedemikian rupa sehingga ia mampu berdiri di atas kaki sendiri. Cita-citanya ia realisasikan dengan mendirikan sekolah yang diperuntukkan khusus bagi kaum perempuan. Atas bantuan Bupati Bandung, R.A.A. Martanegara yaitu pada tanggal 16 Januari 1904, Dewi Sartika mendirikan sekolah di Paseban Kulon, Kompleks Pendopo Kabupaten Bandung dengan nama “Sakola Istri” dan kemudian diganti dengan nama “Sakola Kautaman Istri”.

Apa tujuan pengubahan nama sekolah istri menjadi sekolah dewi sartika

Tampak Depan Sakola Kautamaan Istri

Ketika berdiri murid Sakola Istri berjumlah 60 orang. Hanya selang setahun kemudian, jumlah murid yang mendaftar meningkat pesat. Akibatnya ruang kelas yang ada di Paseban Timur tidak mencukupi lagi dan sekolah kemudian dipindahkan ke Ciguriangweg. Setelah menempati lokasi yang baru, Sakola Istri pun semakin berkembang. Jumlah muridnya meningkat pesat. Kebanyakan dari para murid sekolah adalah anak-anak perempuan dari kalangan masyarakat biasa di Bandung. Besarnya minat anak perempuan untuk bersekolah menggambarkan betapa kuat keinginan orang Indonesia untuk maju. Kaum perempuan Indonesia ingin menjadi pintar dan berpengetahuan sebagaimana kaum perempuan bangsa-bangsa lain.

Apa tujuan pengubahan nama sekolah istri menjadi sekolah dewi sartika

Dewi Sartika Bersama para Murid

Dalam menghadapi jumlah murid yang meningkat terus, bangunan Sakola Istri juga terus ditambah dan diperluas. Selain sarana fisik yang terus ditingkatkan, jumlah guru yang mengajar juga ditambah. Semua penambahan dan peningkatan kualitas sekolah dilakukan dengan swadaya, dalam arti atas inisiatif dan perjuangan Dewi Sartika dengan dibantu oleh teman-temannya, para guru, dan orang tua murid. Pemerintah kolonial sama sekali tidak campur tangan atau memberi bantuan kepada Sakola Istri. Dengan berjalannya waktu Sakola Istri menjadi semakin populer di Bandung. Anak-anak perempuan dari seluruh penjuru kota berkeinginan untuk menjadi murid sekolah tersebut. Bagi mereka yang sudah bersekolah di sana, ada rasa bangga karena bisa mengecap pendidikan di sakola Istri yang dipimpin oleh Dewi Sartika.

Apa tujuan pengubahan nama sekolah istri menjadi sekolah dewi sartika

Dewi Sartika diantara para Murid