Home / GEOGRAFI / GEOGRAFI KELAS XII Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh, dan Sistem Informasi Geografis [SIG] Kompetensi Dasar KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 PEMANFAATAN PETA UNTUK JARINGAN TRANSPORTASI A. Tujuan Pembelajaran B. Uraian Materi 1. Konsep Transportasi a. Pengertian Jaringan Transportasi Istilah transportasi berasal dari kaat berasal dari bahasa Latin, yaitu yaitu transportare, terdiri atas kata trans yang berarti seberang atau sebelah lain dan kata portare yang berarti mengangkut atau membawa. Jaringan transportasi adalah serangkaian simpul dan ruang kegiatan atau kawasan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas. Prasarana transportasi diantaranya terdiri dari jalan, terminal, dan sebagainya.
Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan ‘’mudah’’ atau ‘’susahnya’’ lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi [Black dalam Tamin, 2000:32]. Gerak manusia kota dalam kegiatannya adalah dari rumah ke tempat bekerja, ke sekolah, ke pasar, ke toko, ke tempat hiburan, kemudahan bagi penduduk untuk menjembatani jarak antara berbagai pusat kegiatan disebut tingkatan daya jangkau atau aksesibilitas [Jayadinata, 1992:156]. Selain itu komponen sistem transportasi terliput adanya unsur kemajuan teknologi, keterbatasan sistem jaringan , sistem operasi dan lain sebagainya. Implikasi dari perubahan atau perkembangan sistem aktivitas adalah meningkatkan kebutuhan prasarana dan sarana dalam bentuk pemenuhan kebutuhan aksesibilitas, peningkatan aksesibilitas ini selanjutnya akan memicu berbagai perubahan tata guna lahan. Proses perubahan yang saling mempengaruhi ini akan berlangsung secara dinamis. Apabila tata guna lahan saling berdekatan dan jaringan transportasi antar tata guna lahan tersebut mempunyai kondisi baik, maka aksesibilitas tinggi, sebaiknya, jika aktivitas tersebut saling terpisah jauh, dan hubungan transportasi jelek, maka aksesibilitas rendah. Sedangkan kombinasi antar keduanya mempunyai aksesibilitas menengah. 2] Bangkitan dan pergerakan Bangkitan dan tarikan tergantung pada dua aspek tata tata guna lahan menurut [Tamin, 2000:41], yaitu : Setiap moda mempunyai kekhususan dalam transportasi kota dan mempunyai beberapa keuntungan disamping sejumlah kekurangan. Permasalahan dalam perencanaan transportasi yaitu pada sifat tansportasi yang lebih sebagai suatu sistem dengan pola interaksi yang kompleks, sehingga perencanaan transportasi dapat menjadi suatu kegiatan yang rumit dan memakan waktu, serta usaha dan sumber daya yang besar. Oleh karena itu dalam perencanaan transportasi dilakukan pembatasan-pembatasan terhadap tingkat maupun lingkup analisisnya, sehingga hasil perencanaan transportasi lebih bersifat indikatif dibandingkan sifat kepastiannya. Perencanaan transportasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk merencanakan dan memprediksi kebutuhan tansportasi di masa yang akan datang. Data yang dibutuhkan dalam perencanaan transportasi meliputi data kependudukan [demografi], penggunaan lahan, kondisi ekonomi dan data kebutuhan perjalanan [demand travel]. Data ini digunakan untuk anlisis pola mobilitas penduduk. Selain itu ada yang digunakan dalam kajian transportasi yaitu lokasi pekerjaan, waktu yang diperlukan untuk tiba di lokasi pekerjaan, kepemilikan kendaraan, dan jenis kendaraan digunakan. Menurut Tamin [2000], model perencanaan ini merupakan gabungan dari beberapa seri submodel yang masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Adapun keempat dari submodel tersebut yaitu sebagai berikut Data atau informasi yang digunakan dalam penentuan bangkitan dan tarikan pergerakan, yaitu penggunaan lahan, penduduk, dan kondisi sosial ekonomi.
b] Pemodelan sebaran/distribusi pergerakan [Trip Distribution] Tahap distribusi pergerakan merupakan interaksi antar penggunaan lahan, angan transportasi, dan arus lalu lintas. Pola distribusi [sebaran] arus lalulintas antara tempat asal [i] ke tempat tujuan [d] merupakan hasil interaksi antara lokasi dan penggunaan lahan. Di dalam pemodelan distribusi pergerakan dikenal istilah interaksi spasial. Interaksi spasial dalam geografi adalah arus manusia, barang, uang, atau informasi. Interaksi ini dikarenakan adanya perbedaan potensi wilayah. Misalnya indramayu merupakan salah satu wilayah penghasilan beras sedangkan Jakarta tidak. Maka dari itu terjadi distribusi pergerakan dari Indramayu ke Jakarta. c] Pemodelan pemilihan moda [Model Split] Pemilihan moda merupakan bagian terpenting dalam perencanaan transportasi karena dilakukannya pemilihan jenis angkutan umum. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan rute pergerakan, yaitu waktu tempuh, jarak, biaya [bahan bakar dan lainnya], kemacetan dan antrian, jenis jalan raya [jalan tol, arteri], pemandangan kawasan tertib lalu lintas dan marka jalan, serta kebiasan. Pemilihan rute sangat diperlukan untuk dapat menghindari kemacetan dan kendala-kendala lain yang biasa terjadi di jalan misalnya saat akan melakukan perjalanan yang harus melewati jalan yang sudah teridentifkasi macet maka kita bisa mencari jalur alternatif lain untuk mencapai tempat tujuan. Tujuan perencanaan transportasi adalah untuk mencari penyelesaian masalah transportasi dengan cara yang paling tepat dengan menggunakan sumber daya yang ada. Penyediaan ruang gerak bagi alat angkut merupakan kebutuhan mutlak yang banyak merombak bentuk jaringan ’urat nadi’ kota besar dunia, dan juga telah melanda Indonesia. Ada beberapa aspek penting yang mempengaruhi kemacetan lalu lintas, yaitu: Tingkat pelayanan jalan dapat digunakan untuk mengetahui kondisi lalu lintas pada suatu jalan dan dapat digunakan sebagai indikator kemacetan yang didasarkan pada kondisi lalu lintas pada suatu jalan yang dibedakan menjadi enam tingkatan. 3] Volume lalu lintas Menurut Silva Sukirman [1994] Volume lalu lintas adalah jumlah dari arus lalu lintas yang menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satuan waktu [hari, jam, menit]. Dalam pengambilan data, setiap kendaraan yang dicatat masih memakai ekuivalensi mobil penumpang [emp]. Hasil tersebut kemudian dikonversikan menggunakan nilai satuan mobil penumpang [smp] perjam. Tujuan mengubah emp menjadi smp adalah untuk menyamakan Tabel 2. Nilai Ekuivalensi Kelas Kendaraan 4] Kapasitas jalan Kapasitas jalan dapat diartikan sebagai kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam [kendaraan/jam], atau dengan mempertimbangkan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan mobil penumpang per jam [smp/jam]. Menurut Dirjen Bina Marga [1997] hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja dari aktivitas samping segmen jalan, hambatan samping tersebut antara lain adalah pejalan kaki, angkutan umum dan kendaraan lain parkir atau berhenti, kendaraan masuk atau keluar sisi jalan, dan kendaraan lambat seperti becak dan kereta kuda.
Berikut ini beberapa hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan transportasi: Data penggunaan lahan dapat menentukan harga lahan yang sangat penting dalam perencanaan dan pengembangan kawasan perdagangan, permukiman, industri, dan jasa. Kemudian data lokasi tempat tinggal penduduk [permukiman], dan lokasi beraktivitas penduduk [bekerja, sekolah, rekreasi] merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pergerakan penduduk sehingga data penggunaan lahan sangat penting untuk perencanaan transportasi. Setiap citra penginderaan jauh dapat menampilkan data penggunaan lahan dengan waktu perekaman yang berbeda sehingga dapat digunakan untuk memperoleh informasi perubahan penggunaan lahan dalam perencanaan transportasi. b. Pengumpulan data sosial ekonomi dan jumlah penduduk Kondisi sosial ekonomi dan karakteristik penduduk pada suatu wilayah mencerminkan pola penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi, misalnya menentukan jumlah bangkitan pergerakan.
Penginderaan jauh merupakan sumber data yang dapat digunakan dalam memperkirakan jumlah penduduk. Untuk memperkirakan jumlah penduduk melalui citra penginderaan jauh yaitu dengan menghitung jumlah unit bangunan dan tipe ukuran bangunan rumah dikalikan dengan jumlah penghuni tipe rumah tersebut. Kategori untuk setiap rumah, yaitu jumlah keluarga besar, keluarga sedang, dan keluarga kecil. Sedangkan kepadatan, kategorinya padat, sedang, dan jarang. Untuk mengetahui pola persebaran penduduk dapat diestimasi dari pola permukiman penduduk. Selain jaringan jalan, pada citra juga dapat ditampilkan persimpangan jalan, tempat parkir, terminal, bandar udara, dan stasiun kereta api. Informasi yang detail dan akurat tentang jaringan jalan merupakan dasar untuk manajemen dan perencanaan transportasi. Citra satelit penginderaan jauh dapat menyediakan sumber informasi spasial jaringan jalan seperti lokasi, panjang jalan, lebar jalan, kualitas jalan [jalan beraspal, jalan paving blok, jalan tanah]. Informasi tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki data sistem transportasi yang sudah ada. C. Rangkuman Berdasarkan uraian materi maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Video yang berhubungan |