Apa fungsi dari Istana Qusayr dan Istana al- musatta

Qusayr ‘Amra, yang terletak 85 kilometer ke arah timur Amman, merupakan sebuah kediaman kecil pondok perburuan yang ditemukan oleh wisatawan Ceko Alois Musil pada tahun 1898. Bangunan ini juga dianggap telah digunakan sebagai kastil liburan oleh para khalifah dan pangeran. Tempat ini berdiri sejak dari masa Umayyah dan selama bertahun-tahun diperkirakan telah dibangun pada masa pemerintahan Khalifah Walid I (Tahun 705-715 M).

Sebuah prasasti yang ditemukan pada musim semi tahun 2012, bagaimanapun mengungkapkan bahwa bangunan tersebut ditugaskan oleh Walid Ibn Yazid sekitar tahun 723 dan 743 sebelum pemerintahannya yang pendek berakhir sebagai khalifah (743-744 M).

Seperti banyak senyawa pedesaan lainnya yang dibangun oleh Umayyah di padang pasir, Qusayr ‘Amra memiliki banyak komponen termasuk rekreasi, perumahan, pertanian dan agama. Berbagai struktur terletak di sepanjang sisi utara lembah, dan termasuk sisa-sisa dinding yang digunakan untuk mengendalikan banjir sementara dan mengairi lansekap sekitarnya, yang mungkin termasuk kebun atau petak pertanian.

Apa fungsi dari Istana Qusayr dan Istana al- musatta

Kompleks rumah pemandian terletak di sisi timur situs, dan terdiri dari tiga komponen: rumah mandi itu sendiri, operasi hidrolik termasuk sumur, roda air dan penampungan air yang mengalir ke utaranya, dan dinding kandang yang membentuk segitiga kasar di barat laut halaman rumah pemandian.

Sekitar 600 meter di sebelah utara kompleks pemandian terletak sisa-sisa struktur perumahan yang berpusat di halaman yang gerbang depannya menghadap ke selatan menuju lembah. Di dekat struktur ini, sisa-sisa sebuah masjid bertanggal periode Umayyah.

Rumah pemandian adalah struktur terpelihara terbaik di lokasi. Bangunannya didominasi oleh ruang penonton besar persegi panjang yang disekat oleh lemari besi yang membagi ruang menjadi tiga bagian yang mengarah ke utara ke selatan. Pintu masuk utama adalah sebuah pintu di sisi utara. Cahaya memasuki aula melalui jendela klerus.

Di sisi selatan aula dan tepat di seberang pintu masuk adalah ceruk tersembunyi. Dua ruang sisi apsidal mengapit ceruk ini, dan masuk melalui pintu di ceruk itu sendiri. Ruang-ruang ini naik hanya setengah ketinggian aula dan bentuknya terlihat jelas dari bagian luar bangunan, karena mereka memproyeksikan dari blok besar ke arah selatan.

Berdampingan dengan aula penonton di sebelah timur adalah bak mandi itu sendiri, terdiri dari tiga ruangan berurutan, yang konon berfungsi sebagai apodyterium (ruang ganti), tepidarium (ruang hangat), dan kaldera (ruang panas). Apodyterium adalah terowongan berkubah, tepidarium melintang dan caldarium berkubah dengan dua apses di sisi utara dan selatan

Apa fungsi dari Istana Qusayr dan Istana al- musatta

Lima abad sebelum Renaisans awal di Eropa, lukisan dindingnya menggambarkan kualitas manusia yang sangat menyentuh – pegulat yang hangat sebelum kontes berlangsung, seorang wanita mengenakan belaian kain tanpa malu-malu di bawah bayang-bayang sinar matahari.

Apa fungsi dari Istana Qusayr dan Istana al- musatta

Lukisan mural lain menggambarkan adegan berburu dan menari serta pengrajin di tempat kerja, dan menunjukkan peralihan antara budaya Bizantium menuju era Islam yang baru. Lukisan “enam raja” mungkin yang paling terkenal, dan menunjukkan penguasa Umayyah dengan kaisar Bizantium, Raja Sassanian, kaisar China, raja Visigothik Spanyol, dan raja Abyssinia.

Langit-langit calidarium dam kubah menampilkan proyeksi astronomi dimana tanda-tanda zodiak muncul dengan ilustrasi rasi bintang utama yang ditemukan di belahan bumi utara. Penggambaran ini sangat penting karena merupakan contoh representasi bintang paling awal yang diketahui pada permukaan non-datar dan semi-melingkar

Apa fungsi dari Istana Qusayr dan Istana al- musatta

Apa fungsi dari Istana Qusayr dan Istana al- musatta

Qusayr ‘Amra ditempatkan pada Daftar Warisan Dunia pada tahun 1985 karena siklus lukisan mural unik yang meluas pada interior bangunan.

sumber : archnet wmf

You're Reading a Free Preview
Page 3 is not shown in this preview.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW pada 632 H, tongkat kepemimipinan umat islam diberikan kepada para sahabat yang kita kenal dengan sebutan Khulafa ar-Rasyidin. Berawal dari dipillihnya Sayyidina Abu Bakr secara demokrasi lalu penunjukkan Sayyidina Umar Bin Khattab, Sayyidina Usman Bin Affan, dan yang terakhir juga yang paling menegangkan kepemimpinan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib. Setelah masa itu umat muslim dipimpin oleh khalifah dengan bentuk pemerintahan kedaulatan (daulah) yang monarki. Yang dicetuskan pertama kali oleh Muawwiyah Bin Abi Sofyan setelah terjadinya pergulatan besar dengan kelompok Hasan Bin Ali dalam menentukan kekhalifahan pada masa itu.

Umayyah berasal dari nama seorang tokoh kabilah Quraisy pada masa jahiliyyah yang juga merupakan kakek turun dari Muawwiyah dengan jalur keturunan yaitu Mu’awiyah ibn Abi Sofyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abd Al-Syams. Daulah Bani Umayyah mulai berkembang setelah terjadinya tahkim pada Perang Shiffin (nama daerah) 657 M. Setelah sebelumnya pemerintahan berpusat di Kuffah pada masa Bani Umayyah ini kekuasaan berpusat di Damaskus. masa itu, setelah adanya perang ada tiga kelompok besar yang memiliki kepentingan masing-masing diantaranya : golongan pendukung Umayyah , golongan Syiah (pendukung Sayyidina Ali), golongan Khawarij.

Dinasti ini perdiri pada tahun 661 M / 14 H sampai 750 M / 132 H, memiliki dua masa kekhalifahan disebut dengan Dinasti Umayyah I (Damaskus, Syiria) dan Dinasti Umayyah II (Andalusia). Berdiri kurang lebih satu abad (90 tahun) dengan 14 kali pergantian khalifah. Daulah ini terbagi menjadi tiga periode atau fase. Fase yang pertama adalah fase terbentuk, lalu fase kejayaan dan yang terakhir fase kemundurannya.

Fase pembentukan yang diawali oleh Muawwiyah sendiri sampai pada khekahlifahan yang keenam yaitu masa Al-Walid Bin Abdul Malik (Al- Walid I) 715 M / 96 H.

Merupakan Fase Perkembangan / Kemajuan (Kejayaan), pemerintahan Sulaiman Bin Abdul Malik hingga khalifah kedelapan dan yang paling masyhur dalam sejarah Bani Umayyah yaitu Khalifah Umar Bin Abdul Aziz (Umar II) 720 M / 101 H.

Fase Kemunduran atau Keruntuhan. Berawal dari khalifah kesembilan (Yazid Bin Abdul Malik / Yazid II) hingga akhir (Marwan Bin Muhammad / Marwan II) 750 M / 132 H.

Dalam kurun waktu kurang lebih 90 tahun tersebut tentunya bayak sekalli terjadi perubahan dan juga perkembangan dari segala aspek kehidupan dalam setiap bidang. Dari bidang militer, administrasi, perluasan wilayah, keilmuan, sosial politik, ekonomi, juga tentunya dalam bidang agama dan masih ada lainya. Yang mana hal-hal tersebut merupakan hasil kerja setiap pemimpinnya. Berikut merupakan masa kepemimpinan dari keempat belas khalifah sekaligus raja yang pernah memimpin Daulah Umayyah.

Berkuasa sekitar 20 tahun dari tahun 661 M (41 H) sampai 680 M (60 H)

Berkuasa sekitar 3 tahun dari tahun 679 M (60 H) sampai 683 M (64 H)

Hanya menjabat setahun pada 683 M sampai 684 M atau 64 H. Sekaligus akhir dari pemerintahan keturunan Muawwiyah.

Sama dengan pemimpin sebelumnya menjabat hanya satu tahun dari tahun 683 M (64 H) sampai 684 M (65 H)

Kedua terlama setelah Muawwiyah bin Abu Sufyan yaitu 20 tahun masa jabatan 684 M (65 H) sampai 705 M (86 H)

Menjabat selama 10 tahun yaitu tahun 705 M (86 H) - 714 M (96 H)

Merupakan awal dari masa kejayaan atau perkembangan pada tahun 714 M (96 H) -717 M (99 H)

Pada masa beliau gencar akan program pengkodisifikasian haditsnya. Memimpin selama 3 tahun 717 M (99 H) - 719 M (101 H)

Masa ini mulai terjadinya konflik antar kelompok. Menjabat 4 tahun lamanya 719 M (101 H) - 723 M (105 H)

Berlangsung selama 19 tahun antara 723 M (105 H) - 742 M (125 H) sekaligus awal mula terjadinya perselisihan dengan bani Hasyim.

Hanya menjabat selama 1 tahun 742 M (125 H) – 743 M (126 H)

Sama dengan sebelumnya yaitu satu tahun, 743 M (126 H)

Mulai dari 743 M (126 H) sampai 744 M (127 H)

Yang terakhir juga penutup dengan jabatan 6 tahun lamanya, 744 M (127 H) sampai 750 M (132 H).

Pencapaian-Pencapaian Daulah Umayyah

Salah satu bukti dari berkembangnya ilmu tafsir masa itu adalah dengan dibukukannya ilmu tafsir oleh mujahid.

Hadits sebagai sumber kedu.a ajaran islam pada mulanya belum ditulis seperti Al-Quran dikarenakan khawatir akan bercampur dengan Quran. Karenanya Nabi melarang menulis sesuatu selain Quran. Pemeliharaan hadist dilkukan shahabat melalui hafalan. Pembukuan hadist mulai degencarkan secara massal pada masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz dalam rangka menjaga eksistensi hadist sebagai sumber kedua ajaran islam dilakuakan pada abad kedua hijriah. Dengan metode Isnad yaitu membahasa persambungan hadist. Ada juga metode al-jarh wa al-ta’dil yang membahas tentang asal-usul penghafal hadist. Diantara ulama ilmu hadist yang masyhur adalah Ibnu Syihab az-Zuhri (Imam Zuhri) yang juga termasuk shigar tabi’in, lalu ada Al-Auzi Abdurrahman bin Amru, Hasan Basri, Ibnu Abu Malikah, Asya’bi Abu Amru Amir bin Syurahbil.

Didasari pada dibutuhkannya peraturan-peraturan sebagai pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah. Fiqh pada zaman daulah ini melahirkan dua imam madzab yang masyhur Imam Abu Hanifa dan Imam Maliki. Imam Zuhri jjuga termasuk ulama yang berkonsentrasi pada bidang fiqh. Ada juga Sa’ud bin Musib, Abu Bakar bin Abdurahman, Qasim Ubaidillah, Urwah, dan Kharijah.

Ilmu kalam ini membahas masalah-masalah keimanan dengan mempergunakan argumen-argumen akal atau filosofis. Munculnya ilmu ini dalam Islam setelah Islam tersiar kepada bangsa-bangsa non-Arab yang telah lebih tinggi kebudayaannya. Mereka senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai dasar-dasar keimanan dengan mempergunakan argumen-argumen filosofis. Diatara ulama-ulama Ilmu Kalam adalah : Washil bin Atha’, Abu Huzail Al-Jubba’i, dan Al-Nazhamdari kelompok Mu’tazilah, Hasan Basri, Abu Hasan al-Asy’ari, al-Maturidy.

Ilmu yang muncul pertama dari ajaran Zuhd, ajaran yang menekuni ibadah dan menjauhkan diri dari kesenangan hidup duniawi. Dari situlah dikenal adanya sebutan kaum sufi. Diatara tokoh yang terkenal adalah Hasan Al-Basri, Rabiah al-Adawiyyah.

Pada masa Abdul Malik bin Marwan ditetapkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara. Setalah adanya penetapan bahasa arab sebagai bahsa resmi tentunya diperlukan panduan berbahasa yang tepat karena semakin banyak pula orang yang mempelajari bahasa arab. Kemudian muncullah toko bangsawan yang bernama “Sibawaihi” dengan hasil karyanya yang terkenal yaitu “Al-Kitab”. Selain itu ada ulama gramatikal arab Abu Aswad Al-Dua’ly dari Bagdad yang memberikan titik pada huruf-huruf hijaiyyah yang semula tidak ada.

Pada masa Daulah Umayyah ini kesusatraan berkembang pesat. Dalam bidang ini kita bisa melihat dari beberapa tokoh ahli satra seperti Qays bin Mulawwamah yang terkenal dengan gelarnya “Layla Majnun” (699 M), Jamil Al-Uzri (701 M), Al-Akhfal (710 M), Umar bin Abi Rabiah (719 M), Al-Farazdag (732 M), Ibnu Al-Muqaffa (756 M), Jarir (792 M)

Bidang Ilmu Geografi dan Tarikh

Ilmu ini pada masa itu telah menjadi cabang ilmu tersendiri. Melalui ilmu tarkih muncullah pengumpulan tentang kisah-kisah nabi juga para srahabat yang kemudian dijadikan landasan dala penulisan buku-buku tentang penaklukan (maghazi) dan biografi (sirah). Munculnya ilmu biografi dipicu sebab adanya perkembangan dakwah islam ke daerah baru.

Seni bangunan pada masa daulah Umaiyah adalah bangunan sipil berupa kota-kota, dan bangunan agama berupa masjid-masjid. Di masa ini banyak banyak kota-kota baru dibangun dan kota-kota lama diperbarui kembali. Dibangun dengan berbagai sentuhan gaya perpaduan Persia, Romawi, dan Arab, tetapi dijiwai dengan semangat islam. Beberapa hal yang dilakukan diantaranya adalah :

Memeperbaharui Damaskus (bekas kota kerajaaan Romawi di Syam), mendirikan gedung-gedung indah dilengkapi dengan jalan-jalan dan taman-taman rekreasi yang menakjubkan dan bernilai seni. Dilakukan pada zaman Muawwwiyah.

Masih di masa Muawwiyah, dibangun “Istana Hijau” di Miyata lalu diperbaharui oleh Walid bin Abd al-Malik (704 M).

Pembangunan kota Kairawan di Afrika Utara oleh Uqbah bin Nafi’ (gubernur masa Muawwiyah) dengan arsitektur islam dan juga pangkalan militer dan lain sebagainya. Yang kemudian berkembang menjadi kota internasional tempat tinggal berbagai bangsa (Arab,Barbar, Persia, Romawi, Qibthi dan lain-lainnya)

Masa Al-Walid, ada pembangunan masjid agung yang terkenal hingga sekarang dengan nama “Masjid Damaskus” yang diarsitekturi oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Yang dalam pebangunan mendatangkan 12.000 tukang bangunan dari Romawi dengan luas masjid 300x200 dan memiliki 68 pilar beserta dinding-dinding yang berukiran indah. Terdapat 4 mercu peninggalan yahudi yang salah satunya digunakan sebagai menara adzan. Juga ditambah pintu-pintunya yang memakai kaca berwarna-warni.

Khalifah Abd al-Malik, yang melakukan perbaikan-perbaikan masjid tua yang sudah ada sejak masa nabi. Lalu menyediakan dana sebesar 10.000 untuk memperluas Masjid Al-Haram

Kepemimpinan Al-Walid, melakukan menyempurnakan Masjid Al-Haram dengan seni arsiteknya pada pintu, jendela berukir dan tiang-tiangnya dibuat dari batu granit yang indah

Lalu memperluas Masjid Nabawi dan memperindah dengan konstruksi dan arsitektur Syria di bawah pengawasan Umar bin Abd Aziz,ketika itu menjadi gubernur Madinah.

Merubah beberapa gereja menjadi masjid-masjid megah seperti, katedral St. John, Katedral Hims.

Mendirikan Istana Qusayr Amrah istana Al-Musatta (tempat peristirahatan di padang pasir)

Perkembangan arsitektur juga terlihat pada Kuba batu Masjidil al-Aqsha yang dikenal dengan Dome or The Rock (Qubah Ash-Shakhra) di Yerusalem.

Dibuatnya sekolah kedokteran oleh Al-Walid lalu ia melarang penderita kusta meminta-minta di jalanan bahkan memberikan subsidi bagi mereka

Pada masa yang sama juga sudah adanya jaminan sosial bagi anak-anak yatim dan terlantar

Pemindahan sekolah kedokteran dari Iskandaiyyah, Mesir ke Antioka dan Harran, Turki dilakaukan pada masa Umar bin Abdul Aziz.

Dengan membuat tatanan pemerintahan yang baru untuk memenuhi tuntunan perkembangan wilayah juga supaya lebih teraturnya administrasi negara. Dibentuklah pengangkatan penasihat sebagai pendaping juga beberapa sekretaris untuk membantu keberlangsungan politik, diantaranya adalah :

Katib ar-Rasail, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat menyurat

Katib al-Kharaj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan dan pengeluaran negara.

Katib al-Jundi, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan segala hal yang berkaitan dengan ketentaraan luaran negara dengan para pembesar setempat.

Katib asy-Syurtah, sekretaris yangbertugas sebagai pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.

Katib al-Qudat, sekretaris yang menyelenggarakan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hukum setempat.

Pada masa Al-Walid terjadi di perluasan wilayah sekaligus sebagai jasa terbesarnya mulai dari Indus, India sampai Andalusia di Spanyol.

Perluasan wilayah meliputi, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia,Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.

Dilakukan juga perubahan mata uang Byizantium dan Persia di daerah kekuasaan Umayyah dengan mencetetak mata uang sendiri pada tahun 659 M dengan memakai tulisan arab (masa khalifah Abdul Malik). Selain itu pada masa Abdul Malik bin Marwan dibentuk juga Mahkamah Agung bertujuan untuk mengadili para pejabat korup dan mendirikan Jawatan Pos supaya informasi dai pusat ke daerah berjalan dengan lancar dengan fungsi lain untuk mengawasi kinerja para gubernur provinsi.

Sepeninggal Khalifah Umar bin Abdul Aziz yaitu pada masa Yazid bin Abdul Malik (720-724 M) kekacauan mulai terjadi. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politik juga terjadi konfrontasi sebab kekhalifaahan yang mewah dan tak memperhatikan kehidupan rakyat. Berlanjut hinga masa Hisyam bin Abdul Malik, bahkan sampai memunculkan kelompok kekuatan baru yaitu Golongan Mawali (golongan yang berasal dari bangsa asing atau keturunannya). Didukung juga oleh peperang yang dilakukan oleh Abu Abbas As-Saffah tahun 132 H pada masa khalifah Al-Walid bin Yazid. Dianatara sebab lainya adalah karena keabsolutan yang ada, moral pemimpin yang buruk setelah kepemimpinan Hisyam bin Abdul-Malik, kehidupan pemimpin yang suka kemewahan dan berfoya-foya. Terakhir adalah terjadinya pembunuhan khalifah Marwan bin Muhammad yang menjadi tanda selesainya kekhalifahan Bani Umayyah.