Apa fungsi atap Rumah Gadang yang berbentuk lancip?

Jika Anda melihat bentuk atap atau rumah di berbagai warung makan masakan Padang, satu hal yang langsung terlihat adalah bentuk atap rumah adat Minangkabau yang unik.

Atap rumah yang disebut atap bergonjong ini seakan menjadi simbol identitas masyarakat Minangkabau di luar daerah Sumatera Barat.

Simbol identitas masyarakat Minangkabau

Atap bergonjong merupakan simbol yang menandakan identitas orang Minang. Misalnya hanya dengan sekilas melihat bentuk atap meruncing tersebut, orang akan langsung tahu bahwa pemiliknya pasti orang Minang atau memiliki keturunan Minangkabau.

Atap bergonjong juga digunakan untuk menunjukkan status sosial. Bentuk atap yang mirip dengan tanduk itu merupakan representasi kerbau yang menjadi binatang paling dihormati oleh masyarakat adat.

Konon bentuk tanduk kerbau ini dilatarbelakangi oleh peristiwa adu kerbau yang dibawa oleh utusan dari Majapahit dan kerbau Minang.

Dalam peristiwa tersebut, utusan dari Majapahit membawa kerbau besar sedangkan kerbau dari Minang hanya menggunakan anak kerbau yang sengaja tak diberi makan agar kelaparan.

Anak kerbau tersebut kemudian diberi tanduk buatan dari besi yang terdiri dari enam besi tajam. Pertarungan pun dimenangkan oleh kerbau Minang.

Bentuk atap bergonjong

Bentuk atap bergonjong mirip seperti susunan sirih. Gonjong merupakan bagian yang menjulang dan dihiasi ornamen pada puncaknya. Ornamen ini memiliki makna hirarki dalam kekuasaan pengambilan keputusan.

Bentuk lengkung dan dominan bermakna segala sesuatu tidak disampaikan secara langsung, namun diplomatis.

Bentuk perahu merupakan wujud kenangan masyarakat Minangkabau terhadap leluhur yang berlayar ke daerah ini. Sedangkan bentuk topi Iskandar Zulkarnain melambangkan kekuasaan.

Peninggalan tertua dari bangunan dengan atap bergonjong adalah Balairung Sari, di Kabupaten Tanah Datar yang dibangun sekitar lima abad silam.

Masuknya Islam pada akhir abad ke-17 memperlihatkan perubahan sedikit ornamen pada puncak atap yang berubah menjadi bulan sabit dan bintang.

Atap bergonjong dengan bentuk runcing khas Minangkabau sempat populer di Indonesia selain atap dengan bentuk joglo.

Atap bergonjong atau atap gonjong ini dulunya hanya digunakan pada rumah gadang di daerah dataran tinggi Minangkabau.

Model atap ini tidak penah ditemukan di daerah pesisir, apalagi di kota-kota besar. Masyarakat pesisir Minangkabau memiliki tipe rumahnya sendiri.

Namun kini model atap bergonjong mudah ditemui di berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan atap bergonjong juga menjadi penanda bagi rumah makan yang menyediakan masakan khas Minangkabau.

Di luar Sumatera Barat, atap bergoonjong dipopulerkan oleh orang Minang yang merantau, terutama yang membuka warung makan. bahkan di negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, atap berrgonjong mernjadi ciri khas rumah makan padang. kompas

Apa fungsi atap Rumah Gadang yang berbentuk lancip?

Apa fungsi atap Rumah Gadang yang berbentuk lancip?
Lihat Foto

IWAN SETIYAWAN

Rumah-rumah dengan atap berbentuk bagonjong di Kawasan Seribu Rumah Gadang, Muaralabuh, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, Jumat (26/1). Di kawasan ini masih banyak ditemui rumah-rumah gadang khas Minangkabau dengan atap berbentuk bagonjong. Kompas/Iwan Setiyawan (SET) 26-01-2018 Untuk lipsus Hari Pers Nasional

KOMPAS.com - Jika Anda melihat bentuk atap atau rumah di berbagai warung makan masakan Padang, satu hal yang langsung terlihat adalah bentuk atap rumah adat Minangkabau yang unik. 

Atap rumah yang disebut atap bergonjong ini seakan menjadi simbol identitas masyarakat Minangkabau di luar daerah Sumatera Barat.

Simbol identitas masyarakat Minangkabau

Atap bergonjong merupakan simbol yang menandakan identitas orang Minang. Misalnya hanya dengan sekilas melihat bentuk atap meruncing tersebut, orang akan langsung tahu bahwa pemiliknya pasti orang Minang atau memiliki keturunan Minangkabau.

Atap bergonjong juga digunakan untuk menunjukkan status sosial. Bentuk atap yang mirip dengan tanduk itu merupakan representasi kerbau yang menjadi binatang paling dihormati oleh masyarakat adat.

Konon bentuk tanduk kerbau ini dilatarbelakangi oleh peristiwa adu kerbau yang dibawa oleh utusan dari Majapahit dan kerbau Minang.

Dalam peristiwa tersebut, utusan dari Majapahit membawa kerbau besar sedangkan kerbau dari Minang hanya menggunakan anak kerbau yang sengaja tak diberi makan agar kelaparan.

Anak kerbau tersebut kemudian diberi tanduk buatan dari besi yang terdiri dari enam besi tajam. Pertarungan pun dimenangkan oleh kerbau Minang.

Apa fungsi atap Rumah Gadang yang berbentuk lancip?

Apa fungsi atap Rumah Gadang yang berbentuk lancip?
Lihat Foto

KOMPAS/RINI KUSTIASIH

Rumah gadang di Sumatera Barat bukan hanya rumah biasa karena menjadi simbol adat Minang-kabau yang menganut kultur matrilineal. Kebertahanan rumah gadang berarti masih langgengnya adat Minangkabau. Namun, kini kian jarang rumah gadang yang terawat dengan baik di Sumbar.

Bentuk atap bergonjong

Bentuk atap bergonjong mirip seperti susunan sirih. Gonjong merupakan bagian yang menjulang dan dihiasi ornamen pada puncaknya. Ornamen ini memiliki makna hirarki dalam kekuasaan pengambilan keputusan.

Rumah Gadang berasal dari Provinsi Sumatera Barat. Rumah adat suku Minangkabau ini memiliki keunikan di bagian atap. Bentuk atap memanjang ke samping dan bergonjong runcing seperti tanduk kerbau.

Rumah suku Minangkabau ini bentuknya hampir sama seperti rumah panggung pulau Sumatera. Tetapi, rumah ini memiliki keunikan tersendiri mulai dari bentuk, bahan bangunan, sampai motif ukiran kayu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gonjong artinya makin ke ujung semakin lancip, seperti atap rumah Gadang semakin ke atas semakin lancip.

Melansir buku "Buku Rumah Gadang yang Tahan Gempa"  diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, atap gonjong ini berhubungan dengan cerita rakyat.

Menurut cerita, dahulu suku Minangkabau meraih kemenangan adu kerbau melawan raja dari Jawa. Akhirnya masyarakat Minangkabau terinspirasi membuat rumah yang atapnya menyerupai tanduk kerbau.

Baca Juga

Jika dilihat bentuk rumah Gadang seperti badan kapal. Bagian rumah ini bentuknya persegi empat tetapi tidak seimbang. Atapnya melengkung ke arah samping, sedangkan badan rumah landai seperti kapal.

Advertising

Advertising

Rumah Gadang memiliki jendela miring dan tidak simetris. Bentuk jendela ini mengikuti bangunan dinding rumah. Ukuran rumah Gadang terbuat dari papan dan berukuran besar.

Ada 12 jendela rumah dibagi menjadi 2 jendela bagian kiri, 2 jendela bagian kanan, dan 8 jendela bagian depan. Jendela ini berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya sinar matahari ke rumah.

4. Tiang dibangun untuk antisipasi gempa

Konstruksi rumah Gadang dibuat sesuai kondisi tempat tinggal. Daerah Minangkabau terletak di dataran tinggi dan dataran rendah yang rawan gempa.

Bentuk bangunan rumah Gadang dibuat tinggi untuk mengatasi hembusan angin kencang yang datang dari berbagai tempat. Bagian tiang rumah tidak ditanamkan ke tanah melainkan bertumpu di atas batu datar yang kuat dan lebar.

Tiang rumah tidak lurus dan memiliki kemiringan. Bagian tiang penyangga rumah menyerupai kapal. Filosofinya, kapal berlayar ke lautan dan terombang-ambing oleh ombak. Prinsip pembuatan kapal ini menjadi inspirasi bangunan rumah Gadang.

Batu yang menjadi tumpuan tiang disebut sandi. Fungsi sandi antara lain menahan air tanah ke tiang, memperlebar luas permukaan yang bersentuhan dengan tanah, dan menjaga tiang bangunan tetap stabil ketika ada gempa.

5. Rankiang

Rangkiang atau lumbung adalah rumah kecil yang berada di pinggir rumah Gadang. Rankiang dipakai untuk menyimpan padi dan sumber makanan lain.

Bentuk Rangkiang disesuaikan dengan rumah Gadang. Ruangan ini memiliki pintu kecil untuk ke atas. Terdapat loteng berbentuk segitiga yang disebut singkok.

Setiap rumah Gadang, memiliki jumlah Rangkiang berbeda yang memberi gambaran keadaan suku. Ada 4 jenis kegunaan Rangkiang, antara lain:

  • Sitinjau lauik (si tinjau laut)

Tempat menyimpan padi yang digunakan untuk membeli barang atau keperluan rumah tangga. Tipe Rangkian ini lebih pipih dan berdiri di atas empat tiang.

Rangkiang ini adalah tempat penyimpanan padi untuk makanan sehari-hari. Ukuran bangunan lebih besar dan dibangun di bagian kanan rumah Gadang.

  • Si Tangguang lapa (Si tanggung lapar)

Bagian lumbung untuk menyimpan padi cadangan untuk musim paceklik. Bentuk tiang bangunan ini persegi.

  • Rangkiang Kaciak (rangkiang kecil)

Rangkiang untuk menyimpan benih padi dan berbagai perawatan untuk pertanian. Bentuk bangunan lebih pendek dan lebih kecil.

6. Pintu Rumah Gadang tidak menghadap ke jalan

Pintu rumah Gadang tidak menghadap ke jalan karena ada aturan yang dijalankan hingga kini. Aturan tersebut dibuat supaya pintu tidak terlihat langsung dari luar rumah. Selain itu untuk mengurangi penyimpangan dan penilaian buruk dari masyarakat yang lewat didepan rumah.

7. Ukiran rumah Gadang

Rumah Gadang memiliki tiga jenis ukiran untuk tiang yaitu tumbuhan, hewan, dan benda-benda yang digunakan  sehari-hari. Ukiran tradisional ini merupakan gambaran kehidupan masyarakat Minangkabau.

Baca Juga

Dari buku elektronik "Keajaiban Arsitektur Rumah Gadang" karya Chandra Okta Fiandi, ada tiga jenis rumah Gadang, yaitu:

1. Rumah Gadang Gajah Maharam

Bagian ujung kanan dan kiri rumah Gadang, memiliki ruangan yang seolah-olah seperti sambungan bangunan utama. Ruangan ini dipakai sebagai tempat bersanding pengantin atau ninik mamak ketika upacara adat.

Selain upacara adat, ruangan ujung dipakai untuk menenun dan bermain anak-anak. Ruangan bagian ujung ini disebut anjungan.

2. Rumah Gadang Rajo Babandiang

Jenis rumah Gadang ini tidak memiliki anjuang. Namun, salah satu ruangan di bagian ujung tingginya mencapai 20-30 cm. Ruangan yang ditinggikan ini disebut tingkah. Bagian atap biasanya lebih tinggi dan makin lancip.

3. Rumah Gadang Bapaserek

Rumah Gadang Bapaserek memiliki ruangan yang ditinggikan (tingkah) di sebelah kiri. Jenis rumah ini masih ada di daerah Koto Nan Ampek dan Kota Payakumbuh.

Berdasarkan masa kepemimpinan Kerajaan Minangkabau, rumah Gadang dibentuk dari dua aliran. Dahulu ketika masa Pemerintahan Datuk Katumanggungan pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah, namun keputusan tertinggi ada pada pemimpin.

Ketika Pemerintahan Datuk Parpatiah Nan Sabatang, musyawarah diputuskan secara mufakat. Dua aliran ini mempengaruhi tipe rumah Gadang.

1. Rumah Gadang Pola Koto Piliang (Aristokrat)

Rumah Gadang ini terdiri dari 3 gonjong, yaitu 3 gonjong di kiri dan di kanan, 1 gonjong depan, dan 1 gonjong belakang. Bagian anjungan (ujung) berada di kiri dan kanan.

Anjungan ini dipakai tempat tertinggi para pemimpin. Sehingga ruangan agak ditinggikan. Rumah ini memperlihatkan bahwa pimpinan tidak sejajar dengan masyarakat sehingga derajatnya lebih tinggi.

2. Rumah Gadang Pola Budi Caniago (Demokrat)

Rumah ini dibagi menjadi 2 gonjong kanan, 2 gonjong kiri, 1 gonjong depan dan 1 gonjong belakang. Rumah Gadang model Budi Caniago tidak memiliki anjungan, sehingga posisi duduknya sejajar. Rumah Gadang ini menerapkan semua keputusan musyawarah secara mufakat. Sehingga semua orang memiliki kesempatan sama untuk menyampaikan aspirasi.