Apa dampak dari pemborosan energi listrik menurut bacaan di atas

Wednesday, 27 April 2011 - Dibaca 11500 kali

JAKARTA. Menurut Undang-Undang (UU) Energi No.30/2007 dan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Konservasi energi, definisi konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Sedangkan efisiensi energi bisa diartikan sebagai upaya untuk mengurangi konsumsi energi yang dibutuhkan dalam menghasilkan suatu jenis produk maupun jasa tanpa mengurangi kualitas dari produk dan jasa yang dihasilkan.Perlu diketahui bahwa masalah pemborosan energi secara umum sekitar 80 persen oleh faktor manusia dan 20 persen disebabkan oleh faktor teknis. Efisiensi energi penekanannya lebih ke demand side management (DSM), di masyarakat kadangkala efisiensi energi diartikan juga sebagai penghematan energi. Menggunakan energi secara efisien bukan berarti penggunaan energi harus mengorbankan kenyamanan misalnya membaca buku di ruangan gelap untuk menghemat lampu atau mematikan seluruh AC di gedung demi menghemat biaya listrik. Contoh tindakan yang menggunakan energi secara efisien adalah menggunakan lampu tipe compact fluorescent lamp (CFL) sebagai pengganti lampu pijar yang bisa menghemat penggunaan energi hingga 40 persen untuk menghasilkan intensitas cahaya yang sama, atau memperbanyak jendela di langit-langit (skylights), sehingga bisa menghindari penggunaan lampu di siang hari.Keberhasilan penggunaan energi secara efisien sangat dipengaruhi oleh perilaku, kebiasaan,kedisplinan dan kesadaran akan hemat energi. Bukan hanya itu cara efisiensi energi, cara lain diantaranya melakukan perawatan dan perbaikan pada alat-alat yang mengkonsumsi energi, menggunakan teknologi yang efisiensi energi, mengaplikasikan teknologi proses produksi di industri yang hemat energi dan lain-lain.Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat serta bertambahnya gedung-gedung di Indonesia, penerapan efisiensi energi di gedung-gedung yang sesuai dengan standar nasional Indonesia menjadi hal yang sangat penting. Pada umumnya gedung di negara tropis seperti Indonesia paling banyak menggunakan energi untukm sistem tata udara (45-70 persen), sistem tata cahaya (10-20 persen), lift dan eskalator (2-7 persen) serta alat-alat kantor dan elektronik (2-10 persen). Gedung yang boros energi bukan hanya mahal biaya operasionalnya namun juga menghasilkan emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan. Tipe-tipe gedung yang masih boros energi meliputi perkantoran, gedung pemerintah, pusat perbelanjaan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan perhotelan.Beberapa langkah utama untuk meningkatkan efisiensi energi di gedung diantaranya melalui : Peningkatan performa gedung yaitu bertujuan untuk mengidentifikasi secara keseluruhan masalah-masalah efisiensi energi, tingkat kenyamanan dan produktifitas gedung lalu memperbaikinya. Peningkatan performa gedung difokuskan pada perbaikan sistem dalam gedung (sistem tata udara dan tata cahaya), operasional dan pemeliharaan gedung, langkah-langkah yang umumnya dilakukan yaitu dengan, pertama, Retrofitting Gedung yaitu merupakan proses merombak ulang sebuah bangunan, atau sebagai bagian dari bangunan yang telah dibangun, guna memaksimalkan performa gedung. Proses ini meliputi analisa kondisi gedung pada saat ini dan implementasi solusi-solusi yang memungkinkan gedung untuk beroperasi secara maksimal.Retrofitting ini juga meliputi beberapa pendekatan terintegrasi yang terdiri dari ilmu-ilmu yang berbeda seperti arsitektur, struktur gedung dapat dirombak agar lebih efisien misalnya dalam pemanfaatan cahaya alami, selain itu penempatan dinding yang strategis, langit cahaya alami di dalam ruangan. Sementara dari segi mekanikal dan elektrikal, teknologi seperti sensor okupansi dan stabilitasi voltase pada gedung dapat membantu mengurangi konsumsi energi. Sedangkan dari segi desain interior, penempatan furnitur dan pemilihan bahan bangunan juga mempengaruhi tingkat kenyamanan penggunaan gedung. Cara kedua, agar hemat energi gedung harus memiliki sistem operasional dan peralatan yang juga hemat energi misalnya sistem HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning) yang efisien, pencahayaan alami yang maksimal serta peralatan yang hemat energi.(FT)

Share This!

Energi listrik berperan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Foto: Pixabay

Kehadiran energi listrik di kehidupan manusia telah banyak membantu kelancaran kegiatan sehari-hari. Listrik dapat membuat alat-alat rumah tangga, seperti alat elektronik dan lampu, menyala.

Mengutip dalam buku Kiat Hemat Bayar Listrik yang diterbitkan oleh Niaga Swadaya, listrik dimanfaatkan untuk menunjang berbagai kegiatan rumah tangga. Terdapat dua kelompok pemanfaatan energi listrik, yaitu:

  1. Manfaat primer, yaitu manfaat listrik dalam kegiatan pokok rumah tangga, yang meliputi pencahayaan, pengudaraan, dan tata air.

  2. Manfaat sekunder, yaitu pemanfaatan listrik yang dapat digunakan sebagai penghasil energi untuk menyalakan berbagai alat listrik yang lain.

Penggunaan energi listrik di kehidupan sehari-hari memerlukan bahan bakar dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, perlu menanamkan kesadaran manusia untuk menggunakan energi listrik seperlunya saja, tidak boros dalam pemakaiannya.

Saat ini, mayoritas pembangkit listrik yang ada menggunakan bahan bakar fosil. Jumlahnya sangat terbatas dan tidak dapat diperbaharui dalam waktu yang singkat, serta termasuk ke dalam energi yang tidak dapat perbarui.

Sebaliknya, pertambahan penduduk di dunia menyebabkan peningkatan akan permintaan daya listrik yang berkembang setiap tahunnya. Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, maka wajib masyarakat untuk melangsungkan gerakan hemat energi listrik.

Dampak boros listrik adalah pemanasan global. Foto: Pixabay

Sebelumnya telah disinggung bahwa pembangkit listrik yang ada saat ini berasal dari bahan bakar fosil, yang jumlahnya sangat terbatas dan sulit mengalami pembaruan. Jika manusia tidak bisa mengontrol penggunaan listriknya, akan menimbulkan dampak dari hal itu.

Tri Julianto dalam Modul SD Kelas VI Tema 4 Subtema 2 Pembelajaran 1, 2, dan 3 mengatakan bahwa salah satu dampak boros listrik adalah terjadinya pemanasan global, yang disebabkan peningkatan suhu Bumi.

Meningkatnya suhu Bumi terjadi karena beberapa faktor, antara lain berasal dari gas buangan dari produk elektronik seperti AC dan kulkas, serta gas hasil pembakaran dari kendaraan bermotor.

Hal itu semakin diperparah dengan kondisi lahan hijau yang tidak berfungsi dengan baik. Lahan hijau diciptakan sebagai pencuci udara kotor, tapi beberapa lahan hijau justru dihilangkan, dibakar, dan ditebangi pohonnya oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Pemanasan global di Bumi akan mengakibatkan timbulnya cuaca tidak teratur, musim panas yang lebih panjang dari biasanya, hingga mengakibatkan kekeringan yang terjadi di mana-mana, khususnya di wilayah yang tidak mempunyai lahan hijau,

Menghiduplan lampu pada siang hari adalah bentuk penyebab boros listrik. Foto: Pixabay

Mengutip dari skripsi yang berjudul Analisis Potensi Pemborosan Energi Listrik di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia milik Ramadhani Deniarto, contoh penyebab boros listrik berkaitan dengan kebiasan yang dilakukan, di antaranya:

  • Menghidupkan lampu pada siang hari

  • Menggunakan AC walau tidak ada orang

  • Menggunakan AC, tapi tidak menutup dengan rapat pintu dan jendela-jendela yang terbuka

  • Menghidupkan peralatan elektronik walau tidak digunakan.