Apa bahaya formalin dan Boraks jika digunakan untuk mengawetkan makanan

Apa bahaya formalin dan Boraks jika digunakan untuk mengawetkan makanan

boraks atau bleng berhaya untuk bahan makanan formalin sendiri merupakan pengawet mengakibatkan keracunan jika dosis yg dimakan terlalu banyajtanda" nya adalah nafsu makan turun drastiscenderung kebodohan Krena gangguan syaraf

anemia bahkan kanker

Formalin adalah bahan kimia untuk perekat kayu lapis dan desinfektan yang kadang digunakan untuk mengawetkan tahu dan mie basah. Di dalam tubuh, formalin bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein. Hingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang mengisap formalin terus menerus terserang kanker dalam hidung dan tenggorokan.

Masyarakat yang mengkonsumsi makanan mengandung formalin, menurut Dra. Erna Suryati, Apt., M.Kes. dari Dinas Kesehatan DIY, bisa menyebabkan gangguan persyarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Dan pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilitas.

Ciri-ciri umum pada beberapa makanan yang diduga mengandung formalin untuk jenis mie basah adalah tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25 derajat celcius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celcius). Bau mie agak menyengat yakni bau khas formalin, dan mie basah tersebut tidak lengket serta lebih mengkilap dibanding mie tanpa formalin.

Sedangkan tahu yang mengandung formalin tidak rusak hingga 3 hari pada suhu kamar dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es. Tahu keras namun tidak padat dan bau agak menyengat khas formalin.

Bakso yang mengadung formalin tidak rusak sampai 5 hari pada suhu kabar dan memeliki tekstur sangat kenyal. Sedangkan ikan segar berformalin tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, warna insang merah tua dan tidak cemerlang serta bau menyengat khas formalin.

Sementara ikan asin mengandung formalin dengan ciri-ciri tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar, warna ikan asin bersih cerah namun tidak berbau khas ikan asin.

Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan, tetapi ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta merta berakibat buruk terhadap kesehatan, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan hingga kematian.

Bleng atau boraks biasanya dipakai dalam pembuatan makanan : karak/ lempeng (kerupuk beras), sebagai komponen pembantu pembuatan gendar (adonan calon kerupuk), mie, lontong, (sebagai pengeras), ketupat (sebagai pengeras), bakso (sebagai pengawet dan pengeras), kecap (sebagai pengawet).

Pewarna sintetis pada umumnya terbuat dari bahan-bahan kimia. Misalnya tartrazin untuk warna kuning, allura red untuk warna merah, dan seterusnya. Misalnya penggunaan rhodamin B yang sering digunakan untuk mewarnai terasi, kerupuk dan minuman sirup. Penggunaan pewarna jenis ini dilarang keras, karena bisa menimbulkan kanker dan penyakit-penyakit lain.

(Sumber : MEDIAKOM, Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan RI)

Untuk mengawetkan makanan, pedagang yang nakal terkadang menambahkan formalin buatan, bahan pemutih dan pengawet yang telah dilarang penggunaannya untuk makanan oleh Kementerian Kesehatan.

Kasus penyalahgunaan formalin kerap terjadi di masyarakat. September lalu, misalnya, muncul pemberitaan tentang penyalahgunaan penggunaan formalin pada buah anggur yang diimpor dari Cina. Pedagang sengaja menambahkan formalin pada anggur untuk memperpanjang masa simpan dari anggur.

Banyak penjual makanan dan buah-buahan tetap menggunakan formalin untuk memperpanjang masa simpan karena bahan ini mudah digunakan, gampang didapat, dan harganya relatif murah dibanding bahan pengawet lain. Selain itu, formalin merupakan senyawa yang dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang menarik, misalnya, pada mie, kerupuk, dan bakso.

Apa itu formalin? Apa dampak formalin terhadap kesehatan? Dan bagaimana cara mengenali makanan yang telah ditambahkan formalin?

Join 175,000 people who subscribe to free evidence-based news.

Formalin alami vs buatan

Formalin, merupakan larutan formaldehid dengan konsentrasi sekitar 37%.

Di alam, semua bentuk kehidupan – bakteri, tanaman, ikan, hewan dan manusia – secara alami menghasilkan formaldehid, gas yang tidak mudah terbakar dan sangat reaktif, sebagai bagian dari metabolisme sel. Senyawa ini juga merupakan bahan kimia pembangun yang penting seperti produksi vaksin.

Formalin dapat ditemukan secara alamiah dalam makanan hingga 300-400 ppm (part per million), termasuk pada buah-buahan, sayuran, daging, dan ikan laut. Sebagai hasil antara dalam metabolisme, sebagian besar organisme mengandung formaldehide dalam kadar rendah.

Kadar formalin yang terjadi secara alami dapat bervariasi tergantung dari jenis dan kondisi makanan. Misalnya, riset Farrhin Nowshad dan koleganya (2018) dari Bangladesh University dan P. Wahed dan koleganya (2016) dari Bangladesh menemukan beberapa jenis buah yang memiliki kandungan formalin alami seperti apel, pisang, pir, semangka, dan anggur.

Di dalam buah anggur, formalin alami dapat ditemukan sekitar 22,4 ppm. Untuk makanan yang mengandung formalin alami, tidak ada peraturan internasional tentang tingkat referensinya.

Satu studi menunjukkan bahwa formaldehid tidak menumpuk pada tubuh manusia karena cepat terurai oleh proses metabolisme alami tubuh. Begitu masuk ke tubuh, formaldehid dengan cepat dipecah menjadi bahan kimia lain. Sebagian besar bahan kimia ini dengan cepat meninggalkan tubuh melalui urin. Formaldehid juga dapat dikonversi menjadi karbon dioksida dan dikeluarkan oleh tubuh melalui pernafasan.

Sedangkan di lingkungan, formaldehid cepat terurai di udara oleh kelembaban dan sinar matahari, atau oleh bakteri di tanah atau air.

Formaldehid memiliki bau menyengat, dapat menyebabkan iritasi mata, dan uapnya bereaksi cepat dengan selaput lendir hidung, tenggorokan, dan saluran pencernaan pada konsentrasi tinggi. Senyawa kimia ini memiliki titik didih 90-100 derajat Celsius, pH 2,8-4,0 dan dapat bercampur dengan air, alkohol, dan aseton.

Selain diproduksi di alam, formalin dapat diproduksi secara massal di pabrik. Formalin buatan pabrik umumnya digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga, dan pengawet dalam industri pembuatan resin plastik, industri kayu, kertas dan tekstil. Bahan kimia ini kerap dipakai untuk mengawetkan mayat. Formalin buatan inilah yang kerap disalahgunakan untuk pengawet makanan dan buah-buahan.

Pengaruh formalin terhadap kesehatan

Berdasarkan standar Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA), batas maksimum formalin yang diperbolehkan dikonsumsi dalam makanan adalah 100 ppm (part per million) yaitu 100 mg/kg makanan per orang per hari. Jika dikonsumsi pada konsentrasi yang lebih tinggi dari batas tersebut, formalin dapat menyebabkan kerusakan pada saluran pencernaan, ginjal, hati dan paru-paru, bahkan dapat menyebabkan kanker. (Penggunaan formalin buatan untuk pengawet makanan jelas-jelas dilarang).

Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) telah mengelompokkan formalin sebagai zat karsinogenik berdasarkan studi paparan melalui pernafasan. Sebagai contoh, kanker nasofaring yang merupakan bentuk kanker yang sangat langka berhubungan dengan paparan formaldehid.

Beberapa pengaruh formalin terhadap kesehatan:

  1. Jika terhirup akan menyebabkan iritasi dan bahkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-paru. Pada konsentrasi sangat tinggi akan menyebabkan kematian.

  2. Jika kontak dengan kulit. Uap atau larutannya dapat menyebabkan rasa sakit, keras, mati rasa, kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit terbakar.

  3. Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata, penglihatan kabur, bahkan kebutaan.

  4. Jika tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.

Mengenali makanan yang berformalin

Ada beberapa penanda bahwa makanan dan buah-buahan telah ditambahi formalin non-alami.

Secara alamiah buah-buahan segar biasanya dikelilingi oleh banyak serangga pecinta buah, tapi buah-buahan yang telah dicelup/disemprot formalin akan bebas dari lalat, lebah, semut atau serangga pecinta buah lainnya. Buah yang dicelupkan ke dalam larutan formalin terasa keras saat disentuh. Warna kulit buah menjadi kusam dan tidak akan berubah seiring waktu.

Sementara, ikan yang terkontaminasi formalin, teksturnya kaku, sisik keras, insang merah, mata jernih, dan tidak memiliki ‘bau amis’ sehingga bebas dari lalat yang terbang di sekitarnya.

Formalin memiliki sifat kimia yang mudah larut dalam air, sehingga sebelum memakan buah-buahan sebaiknya dicuci terlebih dulu dengan air mengalir. Anda juga bisa merendam buah dalam air, kemudian buang air hasil rendaman.

Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi paparan formalin pada makanan adalah memasaknya sampai suhu 90-100 derajat celsius sehingga formalin akan menguap terbawa udara.

If so, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. With the latest scientific discoveries, thoughtful analysis on political issues and research-based life tips, each email is filled with articles that will inform you and often intrigue you.

Editor and General Manager

Find peace of mind, and the facts, with experts. Add evidence-based articles to your news digest. No uninformed commentariat. Just experts. 90,000 of them have written for us. They trust us. Give it a go.

If you found the article you just read to be insightful, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. Each newsletter has articles that will inform and intrigue you.

Komentari artikel ini