Apa akibatnya jika kamu bergaul dengan adab yang baik dan apa akibatnya jika kamu bergaul dengan adab yang tidak baik?

5. Bersabar Terhadap Isteri Dan Memaklumi Setiap Kekeliruannya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِي جَارَهُ وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا. (رواه البخاري)

dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan juga kepada hari akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya. Pergaulilah wanita kaum wanita dengan baik, sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. Dan sesuatu yang paling bengkok yang terdapat tulang rusuk adalah bagian paling atas. Jika kamu meluruskannya dengan seketika, niscaya kamu akan mematahkannya, namun jika kamu membiarkannya maka ia pun akan selalu dalam keadaan bengkok. Karena itu pergaulilah wanita dengan penuh kebijakan.” (HR.Al-Bukhari (no.4787), Muslim (no.1468), Ahmad (no.9240), at-Tirmidzi (no.1188) dan ad-Darimi (no.2222)).

Sabda beliau ﷺ : jika kamu meluruskannya dengan seketika, niscaya kamu akan mematahkannya, yakni apabila engkau bersikeras memperbaiki akhlaknya, maka hal itu tidak mungkin engkau lakukan. Bahkan upaya itu hanya akan mematahkannya, yaitu mentalaknya. Sebagaimana yang diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim :

إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ لَنْ تَسْتَقِيمَ لَكَ عَلَى طَرِيقَةٍ فَإِنْ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَبِهَا عِوَجٌ وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلَاقُهَا. (رواه مسلم)

“Sesungguhnya seorang wanita di ciptakan dari tulang rusuk, dan tidak dapat kamu luruskan dengan cara bagaimanapun, jika kamu hendak bersenang-senang dengannya, kamu dapat bersenang-senang dengannya dan dia tetap saja bengkok, namun jika kamu berusaha meluruskannya, niscaya dia akan patah, dan mematahkannya adalah menceraikannya.” (HR. Muslim (no.2670)).

Hadis Anas akan memberikan penjelasan kepada kita dengan detail, betapa sabarnya Nabi ﷺ menghadapi sebagian isteri beliau akibat kecemburuan mereka yang berlebihan :

عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ بَعْضِ نِسَائِهِ فَأَرْسَلَتْ إِحْدَى أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ بِصَحْفَةٍ فِيهَا طَعَامٌ فَضَرَبَتْ الَّتِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِهَا يَدَ الْخَادِمِ فَسَقَطَتْ الصَّحْفَةُ فَانْفَلَقَتْ فَجَمَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِلَقَ الصَّحْفَةِ ثُمَّ جَعَلَ يَجْمَعُ فِيهَا الطَّعَامَ الَّذِي كَانَ فِي الصَّحْفَةِ وَيَقُولُ غَارَتْ أُمُّكُمْ ثُمَّ حَبَسَ الْخَادِمَ حَتَّى أُتِيَ بِصَحْفَةٍ مِنْ عِنْدِ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا فَدَفَعَ الصَّحْفَةَ الصَّحِيحَةَ إِلَى الَّتِي كُسِرَتْ صَحْفَتُهَا وَأَمْسَكَ الْمَكْسُورَةَ فِي بَيْتِ الَّتِي كَسَرَتْ. (رواه البخاري)

dari Anas ia berkata; Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berada di tempat isterinya. Lalu salah seorang Ummahatul Mukminin mengirimkan hidangan berisi makanan. Maka isteri Nabi yang beliau saat itu sedang berada dirumahnya memukul piring yang berisi makanan, maka beliau pun segera mengumpulkan makanan yang tercecer ke dalam piring, lalu beliau bersabda: “Ibu kalian rupanya sedang terbakar cemburu.” Kemudian beliau menahan sang Khadim (pembantu) hingga didatangkan piring yang berasal dari rumah isteri yang beliau pergunakan untuk bermukim. Lalu beliau menyerahkan piring yang bagus kepada isteri yang piringnya pecah, dan membiarkan piring yang pecah di rumah isteri yang telah memecahkannya. (HR.Al-Bukhari (no.4824), Ahmad (no.11616), at-Tirmidzi (no.1359), an-Nasa’i (no.3955), Abu Dawud (no.3567), Ibnu Majah (no.2334), dan ad-Darimi (no.2598)).

6. Menggauli isteri merupakan hak yang wajib bagi suami

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan : Seorang laki-laki wajib menggauli istrinya dengan baik, karena hal ini merupakan hak isteri yang paling utama. Lebih besar daripada memberi makan kepadanya. Ada yang berpendapat bahwa pergaulan suami isteri (Jima’) yang wajib dilakukan adalah setiap empat bulan sekali. Ada pula yang mengatakan, disesuaikan denngan kebutuhan isteri dan kesanggupan suami. Seperti halnya suami memberi makan kepada isteri, disesuaikan dengan kebutuhan isteri dan kemampuan suami. Inilah pendapat yang paling benar dari kedua pendapat diatas. (Al-Fataawa (XXXII/271).

Faidah : Diantara Adab-Adab Berhubungan Suami Isteri (Bersenggama):

a. Membaca Basmalah Sebelum Melakukannya

Seperti diterangkan dalam sunnah yang shahih. Ibnu Abbas dan selainnya meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ يَقُولُ حِينَ يَأْتِي أَهْلَهُ بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي الشَّيْطَانَ وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا ثُمَّ قُدِّرَ بَيْنَهُمَا فِي ذَلِكَ أَوْ قُضِيَ وَلَدٌ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا. (رواه البخاري)

dari Ibnu Abbas ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sekiranya saat mereka mendatangi isterinya membaca: ‘BISMILLAHI ALLAHUMMA JANNIBNISY SYAITHAANA WA JANNIBISY SYAITHAANA MA RAZAQTANAA.’ Lalu mereka pun ditakdirkan mendapat keturunan dari hasil pergaulan itu, atau mereka dikaruniyai anak, maka ia tidak akan diganggu oleh syetan selama-lamanya.” (HR.Al-Bukhari (no.4767), Muslim (no.1434), Ahmad (no.1870), at-Tirmidzi (no.1092), Abu Dawud (no.2161), Ibnu Majah (no.1919), dan ad-Darimi (no.2212)).

Catatan penting : Do’a ini diucapkan ketika hendak memulai hubungan suami isteri, yakni sebelum memulainya, bukan ketika telah melakukannya. Hal tersebut diambil dari sabda beliau ﷺ dalam hadis diatas : “sekiranya saat mereka mendatangi isterinya.” Riwayat Ibnu Abbas ini menafsirkan riwayat-riwayat lain yang secara zhahir menunjukkan bahwa do’a tersebut dibaca ketika seseorang telah melakukan hubungan intim suami isteri, seperti sabda beliau : “sekiranya saat mereka mendatangi isterinya membaca : “BISMILLAHI ALLAHUMMA….(Al-Hadis). (Al-Bukhari (no.141)).

b. Disunnahkan Memakai Penutup Ketika Melakukan Hubungan Suami Isteri

Hal ini diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan :

عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَوْرَاتُنَا مَا نَأْتِي مِنْهَا وَمَا نَذَرُ قَالَ احْفَظْ عَوْرَتَكَ إِلَّا مِنْ زَوْجَتِكَ أَوْ مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِذَا كَانَ الْقَوْمُ بَعْضُهُمْ فِي بَعْضٍ قَالَ إِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ لَا يَرَيَنَّهَا أَحَدٌ فَلَا يَرَيَنَّهَا قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِذَا كَانَ أَحَدُنَا خَالِيًا قَالَ اللَّهُ أَحَقُّ أَنْ يُسْتَحْيَا مِنْهُ مِنْ النَّاسِ. (رواه أبوا داود)

dari Bahz bin Hakim dari Bapaknya dari Kakeknya ia berkata, “Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, tentang aurat kami, siapakah yang boleh kami perlihatkan dan siapa yang tidak boleh?” beliau menjawab: “Jagalah auratmu kecuali kepada isteri atau budak yang kamu miliki.” Ia berkata, “Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan suatu kaum saling bercampur dalam satu tempat (yang mereka saling melihat aurat antara satu dengan yang lain)?” beliau menjawab: “Jika kamu mampu, maka jangan sampai ada seorang pun yang melihatnya.” Ia berkata, “Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika salah seorang dari kami sedang sendiri?” beliau menjawab: “Allah lebih berhak untuk kamu malu darinya dari pada manusia.” (HR. Ahmad (no.19530), at-Tirmidzi (no.2794), dan ia berkata : Hadits Hasan, Abu Dawud (no.3501), Syaikh al-Albani mengatakan : Hasan, Ibnu Majah (no.1920)).

c. Disunnahkan Berwudhu’ Terlebih Dahulu Apabila Hendak Mengulangi Jima’

Hal ini diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ أَهْلَهُ ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يَعُودَ فَلْيَتَوَضَّأْ زَادَ أَبُو بَكْرٍ فِي حَدِيثِهِ بَيْنَهُمَا وُضُوءًا وَقَالَ ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يُعَاوِدَ. (رواه مسلم)

dari Abu Sa’id al-Khudri dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian menyenggamai istrinya, kemudian berkehendak untuk mengulanginya lagi maka hendaklah dia berwudhu.” Abu Bakar menambahkan dalam haditsnya, “Antara keduanya ada wudhu.” Dan dia berkata, “Kemudian dia ingin mengulanginya.” (HR. Muslim (no.466)), Ahmad (no.10777), at-Tirmidzi (no.141), an-Nasa’i (no.262),  Abu Dawud (no.220), Ibnu Majah (no.587)).

Catatan penting : Al-‘azl diharamkan oleh sebagian ulama, akan tetapi madzhab para imam yang empat membolehkannya atas izin isteri. Demikian yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. (Al-Fataawa (XXXII/108)).

Al-‘azl berasal dari kalimat ‘azala ‘anil mar’ah, yaitu apabila tidak menghendaki anak darinya….Al Azhari mengatakan : “ ‘azalur rojulul maa’ ‘an jaariyatihi, apabila ia melakukan hubungan suami isteri dan berharap tidak hamil. (Lisanul ‘Arab (XI/440)), topik : عزل.

7. Seorang Laki-Laki Diharamkan Menyebarluaskan Apa Yang Telah Dilakukan Ketika Berhubungan Suami Isteri (Jima’)

Diriwayatkan :

قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا. (رواه مسلم)

Saya mendengar Abu Sa’id Al Khudri berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada Hari Kiamat ialah seseorang yang menyetubuhi istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya, kemudian suami menyebarkan rahasia istrinya.” (HR. Muslim (no.2597), dan lafazh diatas menurut riwayat beliau, Ahmad (no.11258), dan  Abu Dawud (no.4870)).

Imam An-Nawawi mengatakan : Hadis ini menunjukkan bahwa seorang laki-laki menyebarluaskan hubungan suami isteri yang telah dilakukannya bersama isterinya dan menyifatkan perkataan, perbuatan dan lain sebagainya yang telah terjadi antara dia dan isterinya. Adapun perihal menyebutkan perihal hubungan suami isteri, jika memberikan faidah maka hal tersebut dimakruhkan karena bertentangan dengan adat kebiasaan. Nabi ﷺ bersabda :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ. (رواه البخاري)

barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau diam.” (HR.Al-Bukhari (no.6018), dan lafazh diatas menurut riwayat beliau,  Muslim (no.47), Ahmad (no.7571)).

Catatan penting : Larangan memperbincangkan hubungan suami isteri antara laki-laki dan isterinya, hukumnya disamakan anatara laki-laki dan perempuan. Walaupun teguran tersebut tertuju pada laki-laki, akan tetapi berlaku umum mencakup laki-laki dan juga wanita.

8. Kewajiban Berbuat Adil Di Antara Para Isteri

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَشِقُّهُ مَائِلٌ. (رواه أبوا داود)

dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata: “Barangsiapa yang memiliki dua orang isteri kemudian ia cenderung kepada salah seorang diantara keduanya, maka ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan sebelah badannya miring.”

مَنْ كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ يَمِيلُ لِإِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَجُرُّ أَحَدَ شِقَّيْهِ سَاقِطًا أَوْ مَائِلًا. (رواه أحمد)

“Barangsiapa memiliki dua istri kemudian ia lebih condong kepada salah satu darinya, maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan menarik salah satu rusuknya sehingga jatuh atau miring.”

وَلَن تَسْتَطِيعُواْ أَن تَعْدِلُواْ بَيْنَ النِّسَاء وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلاَ تَمِيلُواْ كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَة ا.ا.ا.ا.ا

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung….(An-Nisaa  : 129)).

Bagaimana cara menyelaraskan antara ayat dalam surah An-Nisa ayat 129 dengan hadis riwayat Abu Dawud dan Ahmad, sementara konteks keduanya seolah-olah bertentangan ??

Jawab : Keduanya tidak saling bertentangan. Keadilan yang ditiadakan atau yang di maksud dalam ayat 129 dalm surah An-Nisa’ adalah keadilan dalam hal cinta (kecondongan hati). Di mana laki-laki tidak akan sanggup melakukannya, karena cinta adalah di dalam hati. Tidak ada yang mampu menguasai kecintaan di dalam hati.

Adapun perlakuan adil yang diperintahkan dalam hadis diatas adalah perlakuan adil dalam memberikan pembagian kepada sesama isteri, baik pembagian rumah, nafkah, pekaian, dan lain sebagainya yang disangkakan dapat berbuat adil dalam perkara tersebut. Dengan demikian jelaslah bagaimana menyelaraskan kedua nash tersebut dan keduanya tidak bertentangan antara keadilan yang ditiadakan dalam ayat dan keadilan yang diperintahkan dalam hadits.

SELESAI….

Digubah dan diringkas secara bebas oleh ustadz Abu Nida Chomsaha Shofwan, Lc., dari buku Kitabul ‘Adab karya Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub.