Alasan yang mendasari Kerajaan Sriwijaya dikatakan menguasai jalur perdagangan di Asia Tenggara dan apa dampaknya bagi perekonomian Indonesia pada masa itu?

tirto.id - Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu pemerintahan besar dalam sejarah Indonesia yang berdiri sejak abad ke-7 Masehi. Pernah berpusat di Palembang, Sumatera Selatan, kerajaan ini memiliki sistem ekonomi maritim dan menganut kepercayaan agama Buddha.

Menurut catatan Paul Michel Munoz dalam Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula (2006), terungkap bahwa Kerajaan Sriwijaya mempunyai kekuasaan meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, sebagian Jawa, bahkan hingga Kamboja dan Thailand bagian selatan.

Luasnya kekuasaan Kerajaan Sriwijaya tersebut tidak terlepas dari kekuatan pasukan militer laut (maritim) yang kuat. Selain itu, Sriwijaya juga mendapat keuntungan karena menguasai jalur pelayaran serta perdagangan strategis di Selat Malaka dan Sunda.

Sistem Kepercayaan Kerajaan Sriwijaya

Veni Rosfenti dalam Modul Sejarah Indonesia (2020:25) menyebutkan, penduduk Sriwijaya menganut ajaran Buddha. I Tsing, seorang pengelana dari Cina, mencatat Kerajaan Sriwijaya punya peran penting sebagai pusat pengajaran agama Buddha.

Aliran Buddha yang dipelajari di Sriwijaya meliputi Mahayana dan Hinayana. Kerajaan Sriwijaya punya beberapa pemuka atau pengajar agama Buddha yang kesohor, yakni Dharmapala, Sakyakirti, dan Dharmakirti.

Baca juga:

  • Sejarah Kerajaan Sriwijaya, Lokasi, & Pusat Agama Buddha
  • Kerajaan Malaka: Sejarah, Pendiri, Letak, & Masa Jaya Kesultanan
  • Daftar Kerajaan Bercorak Islam di Sumatera dan Sejarah Singkat

Dharmapala pernah mengajar di Benggala (Bangladesh ), Sakyakirti adalah sosok guru besar yang menulis sejumlah kitab, termasuk Hastadandasastra.

Sementara Dharmakirti, dikutip dari tulisan berjudul "Kehidupan Beragama di Sriwijaya" dalam laman Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Kemdikbud RI, adalah biksu Buddha yang punya pengetahuan luas dan merupakan salah satu biksu tertinggi di Sriwijaya.

Dharmakirti adalah guru dari Atisa, biksu asal Tibet yang belajar agama sampai ke Sriwijaya. Selama tahun 1011 sampai 1023 M, Atisa tinggal di Sriwijaya untuk berguru kepada Dharmakirti .

Baca juga:

  • Sejarah Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya & Silsilah Raja-Raja
  • Sejarah Runtuhnya Kesultanan Malaka, Peninggalan, & Silsilah Raja
  • Sejarah Kerajaan Samudera Pasai: Pendiri, Masa Jaya, & Peninggalan

Sistem Ekonomi Kerajaan Sriwijaya

Amurwani Dwi dan kawan-kawan dalam Sejarah Indonesia (2014:103) mengungkapkan, pada awalnya Kerajaan Sriwijaya menekankan perekonomiannya dari sektor pertanian.

Namun, karena lokasi Sriwijaya yang berada di pesisir alias dekat laut, kerajaan ini pada akhirnya berkembang menjadi kerajaan maritim.

Pelabuhan milik Kerajaan Sriwijaya juga menjadi salah satu bandar dagang tersibuk di Asia kala itu. Banyak saudagar atau pedagang dari berbagai negeri yang datang. Bahkan, Sriwijaya menguasai perdagangan dari Pulau Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa.

Kuasa atas perdagangan ini akhirnya membawa Kerajaan Sriwijaya menuju masa kejayaan. Pemasukan kerajaan bukan hanya didapat dari perdagangan, namun juga dari pajak-pajak kapal yang singgah untuk berdagang di pelabuhan milik Sriwijaya.

Baca juga:

  • Sejarah Penyebab Keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai
  • Teori Sejarah Masuknya Agama Hindu dan Buddha ke Indonesia
  • Sejarah Kerajaan Tulang Bawang: Letak, Prasasti, & Faktor Sriwijaya

Baca juga artikel terkait KERAJAAN SRIWIJAYA atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/isw)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Sriwijaya pernah menjadi pusat pengajaran agama Buddha.

Jakarta -

Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Budha yang berdiri sekitar abad ke-7 M. Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya di masa kejayaan membentang dari Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, hingga Filipina, sebelum runtuh pada abad 13-14 M. Apa penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya?

Kerajaan Sriwijaya berdiri dengan raja pertama Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada abad 9-10 M di bawah kepemimpinan Balaputradewa hingga Sri Marawijaya, seperti dikutip dari Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia oleh Situ Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia.

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Sriwijaya menguasai jalur perdagangan laut di Asia Tenggara. Tidak heran, wilayah kekuasaannya menjangkau area di luar Indonesia saat ini.

Kerajaan Sriwijaya pada masa kejayaan juga menguasai Selat Malaka yang merupakan jalur utama perdagangan antara India dan China. Maharaja Sriwijaya mendapat kekayaan dari barus, cengkih, cendana, pala, dan gajah. Kapal pengawal pedagang menjaga wilayah perdagangan dari orang yang singgah tanpa izin.

Sementara itu, secara kebudayaan, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pembelajaran Budha. Hal ini disebabkan karena wilayah kerajaan menjadi tempat perteuan pendeta India dan China yang berlayar. Sejumlah pendeta Budha kelak menjadi salah satu sumber sejarah keberadaan Kerajaan Sriwijaya, di antaranya yaitu I-Tsing, Sakyakirti, Dharmakirti, dan Atisa.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Peperangan dengan Jawa

Kendati makmur, raja-raja setelah generasi Sri Marawijaya disibukkan oleh peperangan dengan Jawa pada tahun 922 M dan 1016 M.

Tingginya Bea Masuk Pelabuhan

Bea masuk ke pelabuhan dan kondisi politik di Asia Barat dan Asia Tengah mengakibatkan lesunya pelayaran di wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Bea masuk pelabuhan merupakan sumber perekonomian penting bagi Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, seperti dikutip dari Sejarah Islam Indonesia I oleh Prof. Dr. Ahwan Mukarrom, MA.

Serangan Kerajaan Cholamandala

Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran ketika diserang Raja Rajendra Chola, penguasa Kerajaan Cholamandala, India. Penyerangan Cholamandala ke Sriwijaya terjadi dua kali pada tahun 1007 dan 1023 M, disusul penawanan raja Sri Sanggramawijaya.

Menurut Mahadewa Adi Seta dalam Mengenal Kerajaan-Kerajaan Besar Nusantara, penyerangan Cholamandala terhadap armada Kerajaan Sriwijaya disebabkan persaingan bidang perdagangan dan perlayaran.

Lepasnya Wilayah Kekuasaan

Penyerangan oleh Kerajaan Cholamandala tersebut membuat Kerajaan Sriwijaya lemah dan banyak daerahnya melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan. Sejumlah kekuatan di wilayah Kerajaan Sriwijaya pun mulai berani berekspansi ke luar nusantara, seperti Jambi yang mengirim utusan sendiri ke China pada 1082.

Ekspedisi Singasari

Ekspedisi Pamalayu dari Singasari, Jawa Timur terjadi pada 1275 M. Ekspedisi ini merupakan siasat untuk melemahkan kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya atas Selat Malaka dan daerah jajahannya. Di samping itu, ekspedisi ini merupakan alat Kerajaan Singasari untuk meluaskan wilayah kekuasaan ke Sumatera.

Ekspansi China ke Asia Tenggara

Ekspansi China ke Asia Tenggara pada masa Kubilai Khan dari Mongol diteruskan oleh dinasti Ming. Ekspansi ini melemahkan kekuatan Kerajaan Sriwijaya yang semula berkuasa hingga Filipina.

Masuknya Pengaruh Islam

Menguatnya koloni muslim di daerah-daerah jajahan Kerajaan Sriwijaya membuat pengaruh kerajaan ini secara perdagangan dan budaya menurun. Salah satu daerah yang kuat terpengaruh kedatangan Islam, yaitu di Aceh Timur.

Pendukungan separatisme darah-daerah jajahan Sriwijaya oleh koloni muslim kelak memicu kemunculan kerajaan-kerajaan kecil bercorak Islam. Contohnya, yakni berpisahnya Kerajaan Samudera Pasai di pesisir Timur Aceh hingga kelak menjadi kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Melemahnya Kerajaan Sriwijaya karena faktor-faktor di atas memudahkan penyerangan Kerajaan Majapahit pada kerajaan bercorak Budha tersebut. Nah, itu dia penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya. Selamat belajar, detikers!

Simak Video "Dubes Ukraina Minta Indonesia Lantang Bersuara Soal Invasi Rusia"



(twu/pay)


Page 2

Jakarta - Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Budha yang berdiri sekitar abad ke-7 M. Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya di masa kejayaan membentang dari Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, hingga Filipina, sebelum runtuh pada abad 13-14 M. Apa penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya?

Kerajaan Sriwijaya berdiri dengan raja pertama Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada abad 9-10 M di bawah kepemimpinan Balaputradewa hingga Sri Marawijaya, seperti dikutip dari Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia oleh Situ Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia.

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Sriwijaya menguasai jalur perdagangan laut di Asia Tenggara. Tidak heran, wilayah kekuasaannya menjangkau area di luar Indonesia saat ini.

Kerajaan Sriwijaya pada masa kejayaan juga menguasai Selat Malaka yang merupakan jalur utama perdagangan antara India dan China. Maharaja Sriwijaya mendapat kekayaan dari barus, cengkih, cendana, pala, dan gajah. Kapal pengawal pedagang menjaga wilayah perdagangan dari orang yang singgah tanpa izin.

Sementara itu, secara kebudayaan, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pembelajaran Budha. Hal ini disebabkan karena wilayah kerajaan menjadi tempat perteuan pendeta India dan China yang berlayar. Sejumlah pendeta Budha kelak menjadi salah satu sumber sejarah keberadaan Kerajaan Sriwijaya, di antaranya yaitu I-Tsing, Sakyakirti, Dharmakirti, dan Atisa.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Peperangan dengan Jawa

Kendati makmur, raja-raja setelah generasi Sri Marawijaya disibukkan oleh peperangan dengan Jawa pada tahun 922 M dan 1016 M.

Tingginya Bea Masuk Pelabuhan

Bea masuk ke pelabuhan dan kondisi politik di Asia Barat dan Asia Tengah mengakibatkan lesunya pelayaran di wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Bea masuk pelabuhan merupakan sumber perekonomian penting bagi Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, seperti dikutip dari Sejarah Islam Indonesia I oleh Prof. Dr. Ahwan Mukarrom, MA.

Serangan Kerajaan Cholamandala

Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran ketika diserang Raja Rajendra Chola, penguasa Kerajaan Cholamandala, India. Penyerangan Cholamandala ke Sriwijaya terjadi dua kali pada tahun 1007 dan 1023 M, disusul penawanan raja Sri Sanggramawijaya.

Menurut Mahadewa Adi Seta dalam Mengenal Kerajaan-Kerajaan Besar Nusantara, penyerangan Cholamandala terhadap armada Kerajaan Sriwijaya disebabkan persaingan bidang perdagangan dan perlayaran.

Lepasnya Wilayah Kekuasaan

Penyerangan oleh Kerajaan Cholamandala tersebut membuat Kerajaan Sriwijaya lemah dan banyak daerahnya melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan. Sejumlah kekuatan di wilayah Kerajaan Sriwijaya pun mulai berani berekspansi ke luar nusantara, seperti Jambi yang mengirim utusan sendiri ke China pada 1082.

Ekspedisi Singasari

Ekspedisi Pamalayu dari Singasari, Jawa Timur terjadi pada 1275 M. Ekspedisi ini merupakan siasat untuk melemahkan kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya atas Selat Malaka dan daerah jajahannya. Di samping itu, ekspedisi ini merupakan alat Kerajaan Singasari untuk meluaskan wilayah kekuasaan ke Sumatera.

Ekspansi China ke Asia Tenggara

Ekspansi China ke Asia Tenggara pada masa Kubilai Khan dari Mongol diteruskan oleh dinasti Ming. Ekspansi ini melemahkan kekuatan Kerajaan Sriwijaya yang semula berkuasa hingga Filipina.

Masuknya Pengaruh Islam

Menguatnya koloni muslim di daerah-daerah jajahan Kerajaan Sriwijaya membuat pengaruh kerajaan ini secara perdagangan dan budaya menurun. Salah satu daerah yang kuat terpengaruh kedatangan Islam, yaitu di Aceh Timur.

Pendukungan separatisme darah-daerah jajahan Sriwijaya oleh koloni muslim kelak memicu kemunculan kerajaan-kerajaan kecil bercorak Islam. Contohnya, yakni berpisahnya Kerajaan Samudera Pasai di pesisir Timur Aceh hingga kelak menjadi kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Melemahnya Kerajaan Sriwijaya karena faktor-faktor di atas memudahkan penyerangan Kerajaan Majapahit pada kerajaan bercorak Budha tersebut. Nah, itu dia penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya. Selamat belajar, detikers!

Simak Video "Dubes Ukraina Minta Indonesia Lantang Bersuara Soal Invasi Rusia"


[Gambas:Video 20detik]
(twu/pay)