Yang tidak termasuk dalam contoh bahan anorganik adalah

Limbah adalah sisa proses produksi. Berdasarkan sifatnya, limbah dapat dibedakan menjadi limbah organik dan limbah anorganik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal bukan dari makhluk hidup.

Limbah anorganik merupakan limbah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Contoh limbah anorganik adalah plastik, kaca, baterai, logam, dan styrofoam (gabus sintetis).

Adapun contoh limbah anorganik dijelaskan sebagai berikut.

1. Limbah Plastik

Limbah plastik adalah limbah yang terbuat dari plastik yang sudah tidak terpakai. Limbah plastik sangat berbahaya jika dibuang sembarangan. Limbah plastik tidak bisa membusuk karena tidak dapat didaur ulang oleh alam.

Akibatnya, limbah plastik dapat merusak ekosistem. Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa sampah plastik di Indonesia mencapai 64 ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton di antaranya dibuang ke laut.

Mengutip National Geographic, limbah plastik yang berada di laut terpapar oleh sinar matahari, angin, dan gelombang sehingga memecah sampah plastik menjadi partikel-partikel kecil. Akibatnya, ikan dan satwa laut turut mengonsumsi. Ikan yang mengonsumsi limbah plastik kemudian dikonsumsi oleh manusia sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.

Advertising

Advertising

Baca Juga

Bahaya limbah plastik bagi lingkungan, antara lain:

  • Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang meresap ke dalam tanah.
  • Menurunkan kesuburan tanah karena plastik menghalangi sirkulasi udara dalam tanah.
  • Hewan-hewan dapat terjerat dan mati karena limbah plastik.
  • Pembuangan sampah plastik menyebabkan aliran sungai tersumbat sehingga berpotensi menimbulkan banjir.
  • Menghirup asap dari pembakaran limbah plastik dapat menyebabkan kanker dan gangguan sistem pernapasan.

2. Limbah Kaca

Limbah kaca tergolong sampah yang berbahaya bila dibuang di sembarang tempat, karena dikhawatirkan terinjak atau melukai manusia atau hewan sekitar. Sampah kaca juga sangat sulit terurai di dalam tanah.

Kaca terbuat dari pasir silika yang dicampur dengan abu soda dan batu kapur. Melalui pemanasan, ketiga bahan tersebut dicampur dan dijadikan kaca. Mengutip Buku Pintar Etiket Hijau, bahan kaca bahkan butuh satu juta tahun untuk bisa terurai tanpa sisa.

Baca Juga

Oleh sebab itu, limbah kaca dapat digunakan kembali atau didaur ulang menjadi barang yang bermanfaat. Limbah gelas atau kaca yang sudah pecah dapat didaur ulang menjadi barang-barang sama seperti barang semula atau menjadi barang lain, seperti botol yang baru, vas bunga, cindera mata, atau hiasan-hiasan lainnya yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis.

3. Limbah Logam

Sampah atau limbah dari bahan logam seperti besi, kaleng, alumunium, timah, dan lain sebagainya dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar. 

Limbah logam dapat dipisahkan dari timbunan sampah dan dapat didaur ulang menjadi barang-barang yang bernilai seni, dilebur kembali sebagai menjadi material asalnya, dan dimanfaatkan sebagai campuran semen dan sebagainya.

Baca Juga

Mengutip buku Sustainable Me, limbah logam sebisa mungkin dipipihkan untuk menghemat ruang di tempat sampah. Kaleng logam yang mengandung lem, residu pelarut, dan larutan kimia berbahaya harus dibuang pada tempat sampah terpisah.

Sampah dari bahan kaleng dapat didaur ulang menjadi barang kerajinan yang bermanfaat, seperti vas bunga, gantungan kunci, celengan, dan lain-lain.

4. Limbah Baterai

Baterai dan lampu merupakan jenis limbah elektronik yang mengandung substansi berbahaya. Ketika baterai habis dibuang ke tempat pembuangan akhir atau landfill, baterai akan membusuk dan bocor. Saat baterai mengalami korosi, bahan kimianya meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah dan air permukaan.

Baca Juga

Mengutip Aspek Teknis Daur Ulang Limbah, banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang bahan ini relatif sulit. Limbah baterai harus dipilih sesuai kesamaan jenisnya, karena tiap jenis memiliki teknik daur ulang yang berbeda. Baterai-baterai yang mengandung asam timbal dari kendaraan bermotor sering didaur ulang untuk diambil logam-logam yang ada di dalamnya.

Keuntungan Daur Ulang Limbah Anorganik

Keuntungan daur ulang limbah anorganik dijelaskan sebagai berikut.

  • Menghemat sumber daya alam. Daur ulang limbah anorganik dapat mengurangi penggunaan sumber daya alam sehingga lebih hemat.
  • Mengurangi pencemaran lingkungan. Limbah anorganik tidak dapat terurai sehingga dapat mencemari lingkungan. Dengan daur ulang, lingkungan menjadi bersih dari limbah anorganik.
  • Menciptakan lapangan kerja. Pengelolaan limbah anorganik membutuhkan sumber daya manusia. Maka dari itu, daur ulang limbah anorganik dapat menciptakan lapangan kerja dan berpotensi mengurangi pengangguran.
  • Melindungi ekosistem dan satwa liar. Daur ulang mengurangi kebutuhan untuk bahan mentah baru, sehingga mengurangi bahaya dan kerusakan yang terjadi pada ekosistem dan satwa liar.

Baca Juga

Demikian penjelasan tentang limbah anorganik beserta contoh dan keuntungan dari hasil daur ulang limbah tersebut.

Masalah limbah anorganik hingga kini belum menemukan titik terang. Meskipun beberapa ikhtiar telah dilakukan, jumlah sampah di Indonesia masih saja terbilang besar.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanaan (KLHK) pada 2019, jumlah sampah sebesar 67,8 juta ton, yang terdiri atas 57% sampah organik, 15% sampah plastik, 11% sampah kertas, dan 17% sampah lainnya.

Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Minderoo Foundation, setiap warga negara Indonesia menghasilkan kurang lebih 9 kg sampah plastik sekali pakai. Indonesia bahkan menjadi negara yang membuang sampah plastik sekali pakai per kapita terbesar nomor enam di Asia Tenggara.

Pengertian Limbah Anorganik

Limbah anorganik merupakan jenis sampah yang sulit untuk terurai. Berbeda dengan limbah organik, limbah ini bukan berasal dari mahluk hidup. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari bahan non hayati termasuk produk sintesis dan hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang.

Contoh sampah anorganik yaitu sampah logam dan produk olahannya, sampah plastik, kaca, keramik, dan detergen. Sebagian besar sampah non organik ini tidak bisa diurai oleh alam atau mikroorganisme.

Perbedaan Limbah Anorganik dan Organik

Ada empat perbedaan mendasar antara limbah anorganik dengan limbah organik yang dapat dilihat dari sumber, kandungan yang dimiliki, ketahanan terhadap panas, dan reaksi yang dihasilkan.

Advertising

Advertising

Perbedaan yang pertama bisa dilihat dari sumbernya. Sampah organik berasal dari sisa-sisa organisme hidup baik manusia, hewan, atau tumbuhan. Sedangkan sampah anorganik berasal dari organisme tidak hidup.

Sampah organik umumnya mengandung karbon dan ikatan hidrogen. Sampah organik juga mengandung komposisi yang lebih kompleks dibandingkan limbah anogranik. Sementara itu, sampah anorganik tidak memiliki kandungan karbon. Sampah ini memiliki materi tidak hidup dan mengandung mineral.

Sampah organik mudah terbakar jika terkena panas. Berbeda dengan sampah anorganik yang lebih tahan panas.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa sampah organik memiliki laju reaksi yang lambat dan tidak menghasilkan garam. Sedangkan sampah anorganik memiliki laju reaksi lebih cepat dan dapat membentuk garam.

Jenis Limbah Anorganik dan Contohnya

Limbah anorganik dibagi menjadi dua jenis, yaitu limbah lunak dan limbah keras.

1. Limbah Lunak Anorganik

Limbah lunak anorganik adalah limbah yang bersifat lunak atau lentur serta mudah dibentuk. Adapun contohnya yaitu sampah plastik, baik yang berbentuk kantong plastik, styrofoam, sedotan plastik, atau bungkus makanan cepat saji. Selain itu, ada juga limbah cair, seperti bekas air deterjen, sabun cuci, minyak goreng, dan sebagainya.

2. Limbah Keras Anorganik

Kebalikan dari limbah lunak, limbah keras anorganik bersifat tidak mudah dihancurkan karena mengandung bahan yang kuat. Limbah ini hanya dapat dihancurkan dengan metode penghancuran tertentu, pemanasan, atau pembakaran. Adapun contoh limbah keras, antara lain pecahan keramik, kaca, paku berkarat, dan bekas kaleng.

Selain kedua jenis limbah anorganik di atas, ada juga limbah anorganik gas atau angin yang tidak dapat terjamah oleh indra. Limbah jenis ini berasal dari cerobong asap pabrik-pabrik produksi yang berbahaya bagi kesehatan dan dapat mengakibatkan bumi semakin panas.

Mengolah Limbah Anorganik

Pengelolaan limbah anorganik dapat dilakukan dengan menerapkan sistem 3R (reuse, reduce, dan recycle).

Reuse berati menggunakan kembali sampah anorganik yang masih bisa berfungsi. Reduce berarti mengurangi penggunaan barang sekali pakai. Sementara, recycle berarti mendaur ulang sampah anorganik menjadi benda-benda bermanfaat dan memiliki nilai baru.

Selain itu, berdasarkan penjelasan dalam Jurnal Formatif 4 (2), ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan saat mengelola sampah anorganik.

  • Mencegah dan Mengurangi Sampah dari Sumbernya

Mencegah dan mengurangi sampah dari sumbernya bisa dengan melakukan pemilahan atau pemisahan sampah organik dengan anorganik. Pemisahan tersebut bisa dilakukan dengan menyediakan tempat sampah khusus untuk setiap jenis sampah yang berbeda.

Cara mengolah sampah anorganik berikutnya yaitu dengan memanfaatkan kembali produk tersebut. Misalnya dengan menggunakan kertas hasil daur ulang atau membuat aneka kerajinan dari sampah plastik.

Bank Sampah sebagai upaya mengurangi limbah anorganik

Bank sampah menjadi salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi tumpukan sampah anorganik. Dengan berpegang pada prinsip 3R, kehadiran bank sampah mampu memberikan peluang menabung sekaligus menjaga lingkungan dari dampak buruk limbah anorganik.

Secara umum, sistem bank sampah di Indonesia dibagi menjadi tiga tahap, yakni pemilihan sampah, penyortiran, dan penjualan sampah.

Di tahap ini sampah dipisahkan menjadi dua kategori, yakni organik dan anorganik. Untuk anorganik, sampah dipilah kembali dalam beberapa jenis, yakni kertas, plastik, botol, maupun besi. Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos, sementara sampah non-organik inilah yang disetor ke bank sampah.

Setelah sampah anorganik terkumpul, sampah bisa langsung disetor ke bank sampah terdekat yang nantinya dikategorikan sebagai deposit atau semacam uang yang disetor ke bank konvensional.

Sampah akan ditimbang di bank dan dikonversikan ke dalam bentuk uang ke rekening bank sampah. Jika Anda merupakan nasabah baru, petugas akan meminta Anda untuk membuat rekening. Perlu diingat, harga sampah di setiap bank sampah bisa berbeda-beda tergantung ketentuan masing-masing bank sampah. Namun, ketiga tahap ini umumnya diterapkan secara luas oleh bank sampah.