Yang harus dijelaskan pada pasien tifoid

Penatalaksanaan Demam Tifoid yogi 2021-07-30T11:15:33+07:00 2021-07-30T11:15:33+07:00

Penatalaksanaan utama demam tifoid adalah terapi dengan antibiotika sesuai dengan profil sensitivitas bakteri untuk tiap-tiap daerah endemik. Kasus ringan dapat dilakukan rawat jalan di rumah dengan pemberian antibiotik oral dan antipiretik. Pasien dengan tanda komplikasi dan gejala klinis signifikan seperti vomitus dengan tanda dehidrasi, diare berat, disentri dan tanda kegawatan abdomen harus dirawat inap.

Kriteria Pasien Rawat Jalan

Ada berbagai kriteria yang harus dipenuhi sebelum memutuskan bahwa pasien demam tifoid dapat menjalani rawat jalan di Rumah.

Persyaratan perawatan rawat jalan tersebut antara lain adalah :

  • Penderita memiliki gejala klinis yang ringan, tidak ada tanda komplikasi dan penderita tidak memiliki komorbid yang membahayakan
  • Penderita dalam keadaan compos mentis (sadar penuh) dan dapat makan dan minum dengan baik
  • Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang cukup mengenai tata cara perawatan demam tifoid serta tanda bahaya yang harus dipantau
  • Rumah tangga penderita dapat memenuhi persyaratan yang baik dalam melaksanakan pembuangan ekskreta (muntahan, feses, urin)
  • Penderita dan keluarga bersedia menjalani program pengobatan yang dianjurkan oleh dokter[9]

Terapi Antibiotik

Penatalaksanaan dengan antibiotik merupakan lini utama terapi pasien demam tifoid. Antibiotik memiliki peran terapi dan menurunkan risiko komplikasi berat pada pasien demam tifoid. Modalitas pilihan antibiotik pada demam tifoid bergantung pada sensitivitas organisme terhadap antibiotik. Namun saat ini terapi demam tifoid menjadi lebih sulit karena mulai berkembangnya strain Salmonella typhi yang resisten obat terutama di India dan negara Asia tenggara.[1]

Pilihan Antibiotik Demam Tifoid pada Dewasa

Dulu pilihan antibiotik utama sebagai terapi demam tifoid adalah chloramphenicol, ampisilin dan co-trimoxazole, namun saat ini telah banyak ditemukan strain MDR Salmonella typhi yang resistan terhadap obat-obatan tersebut. Saat ini antibiotik yang paling sering digunakan dan terbukti efektif sebagai pilihan terapi utama pada demam tifoid adalah golongan fluorokuinolon, kecuali terbukti strain yang dihadapi resistan terhadap fluorokuinolon.[4]

Fluorokuinolon merupakan antibiotika pilihan utama pada demam tifoid pasien dewasa dan terbukti menyembuhkan penderita demam tifoid dengan angka kesembuhan hingga 98% dengan angka relaps dan karier kronik kurang dari 2%. Antibiotik fluorokuinolon yang paling efektif adalah ciprofloxacin dengan dosis 500 mg per oral dua kali sehari selama 5-7 hari.[1,3]

Selain fluorokuinolon, amoxicillin 750 mg peroral 4 kali sehari selama 2 minggu, trimethoprim-sulfamethoxazole 160 mg dua kali sehari selama 2 minggu dan chloramphenicol 500 mg 4 kali sehari selama 2-3 minggu dapat menjadi alternatif terapi pada pasien dewasa yang masih sensitif terhadap obat-obatan tersebut.[1]

Pilihan Antibiotik Demam Tifoid pada Anak

Pada pasien anak, saat ini pilihan terapi demam tifoid yang umum digunakan adalah chloramphenicol peroral selama 10-14 hari dengan dosis untuk anak berusia 1-12 tahun : 100 mg/kg/hari dalam 3 dosis terbagi sedangkan anak berusia ≥ 13 tahun, dosisnya adalah 3 gram/ hari dalam 3 dosis terbagi.[5,15]

Tetapi berdasarkan studi, penggunaan sefalosporin generasi ketiga dapat menjadi alternatif pilihan terapi karena studi menunjukkan bahwa penggunaan sefalosporin generasi ketiga seperti cefriaxone dengan dosis 75 mg/kg sehari sekali terbukti lebih efektif sebagai terapi demam tifoid dibanding kloramfenikol pada anak.[5,15]

Pada pasien yang diketahui memiliki Multidrug-resistant (MDR) dan extremely drug-resistant (XDR) strains dari hasil kultur, pilihan terapi antibiotik utama pada kasus MDR adalah sefalosporin generasi ketiga (seperti ceftriaxone, cefotaxime, dan cefixime 2g sekali sehari selama 2 minggu) dan azithromycin. Selain itu fluorokuinolon seperti ciprofloxacin dapat menjadi alternatif terapi. Tingkat kegagalan terapi pada kondisi ini adalah 5% hingga 10%, dengan angka relaps hingga 3% sampai 6%.[1]

Pasien dengan infeksi salmonella resistan obat strain XDR yang diketahui resistan terhadap sefalosforin generasi ketiga, pada kasus berat atau dengan komplikasi, antibiotik yang menjadi pilihan utama adalah golongan carbapenem seperti meropenem. Bila pasien belum membaik dengan pemberian carbapenem, antibiotik dapat diberikan dalam bentuk kombinasi dua obat dengan azitromisin.[16]

Terapi Tambahan Lainnya

Selain pemberian antibiotik, terapi simptomatik dan terapi yang bersifat suportif juga sangat penting bagi kesembuhan pasien demam tifoid. Terapi tersebut antara lain adalah tindakan hidrasi adekuat pada pasien dengan gejala diare, mempertahankan oksigenasi dan ventilasi adekuat pada pasien dengan komplikasi pulmonal, serta pemberian analgesik dan antipiretik sesuai kebutuhan. Bila terjadi komplikasi berupa ensefalitis, pemberian kortikosteroid dapat menjadi pilihan.[1]

Dosis kortikosteroid (dexamethasone) yang diberikan adalah 3 mg/kg dan kemudian 1 mg/kg setiap 6 jam yang diberikan selama dua hari. Bila terjadi komplikasi berupa peritonitis maupun perforasi ileum, Tindakan pembedahan dapat diindikasikan.[1,15]

1. Bhandari, Jenish et al. Typhoid Fever. Statpearl. 2020. Tersedia di: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557513/ 3.Hartanto, Darius. Diagnosis dan Tatalaksana Demam Tifoid pada Dewasa. CDK-292/ vol. 48 no. 1 th. 2021. Tersedia di: http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1255 4. Muresu,Narcisa et al. Travel-Related Typhoid Fever: Narrative Review of the Scientific Literature. Int J Environ Res Public Health. 2020 Jan; 17(2): 9.Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. 2006. Tersedia di: https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/kmk3642006.pdf 15. Rahmasari, Vani and Lestari, Keri. Review: Manajemen Terapi Demam Tifoid: Kajian Terapi Farmakologis Dan Non Farmakologis. Farmaka. Suplemen Volume 16 Nomor 1. 2018. Tersedia di: http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/17445

16.CDC. Extensively Drug-Resistant Salmonella Typhi Infections Among U.S. Residents Without International Travel. 2021. Tersedia di: https://emergency.cdc.gov/han/pdf/CDC-HAN-439-XDR-Salmonella-Typhi-Infections-in-U.S.-Without-Intl-Travel-02.12.2021.pdf

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, makanan ini sebaiknya dibuat lebih lunak dan berukuran lebih kecil. Anda bisa merebusnya, dibuat menjadi sup, atau dikukus.

Anda sebaiknya menghindari metode masak dengan cara digoreng. Menggoreng produk makanan tersebut akan membuatnya lebih keras dan sulit dicerna oleh pencernaan orang yang sakit tipes.

Tak hanya itu, telur, yogurt, dan keju sangat mudah untuk dicerna dan bisa menjadi sumber protein yang baik. Yogurt dapat membantu Anda meringankan gejala tipes yang mengganggu, yaitu diare.

3. Makanan rendah serat

Salah satu pantangan makanan yang tidak boleh dikonsumsi sementara waktu untuk penderita tifus adalah mengonsumsi makanan yang mengandung kadar serat tinggi. Pasalnya, makanan yang mengandung serat tinggi sulit dicerna dan dapat mengiritasi usus Anda yang sudah meradang.

Apabila Anda ingin mengonsumsi buah dan sayur, Anda disarankan untuk mengonsumsi jenis buah dan sayur yang memiliki kandungan serat yang rendah. Selain itu, pastikan sayur-sayuran yang Anda konsumsi telah dimasak untuk menghindari kontaminasi.

Di bawah ini saran yang bisa Anda lakukan untuk mengonsumsi sayur dan buah saat menderita tipes.

  • Juah buah tanpa ampas
  • Pisang
  • Alpukat
  • Saus apel
  • Buah masak tanpa kulit atau biji
  • Kentang tanpa kulit
  • Tomat tanpa kulit dan biji

Anda juga bisa mengonsumsi makanan yang rendah serat lainnya seperti pasta, nasi putih, kentang, roti tawar, dan lain sebagainya.

4. Cairan

Keseimbangan elektrolit dan air di dalam tubuh sangat penting untuk dijaga agar Anda cepat sembuh dari penyakit tifus. Nah, minum banyak air putih adalah suatu kewajiban yang harus Anda lakukan demi mempercepat penyembuhan tipes.

Salah satu akibat dari penyakit tipes adalah diare dan gangguan pada pencernaan ini bisa membuat Anda dehidrasi. Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan cairan adalah hal yang penting. Minumlah minimal 6-8 gelas air dalam sehari.

Selain minum air putih, Anda juga bisa mengonsumsi kuah sayur atau air perasan buah. Keduanya dapat menggantikan elektrolit yang hilang akibat diare. Jika dehidrasi semakin parah, segera ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.

Demam tifoid atau yang lebih sering dikenal tipes merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi. Bakteri ini biasanya ditemukan di air atau makanan yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri ini juga bisa ditularkan dari orang yang terinfeksi.

Seseorang yang terinfeksi bakteri penyebab tipes bisa menyebar ke seluruh tubuh yang dapat mempengaruhi banyak organ tubuh penderitanya. Orang yang terinfeksi penyakit demam tifoid / tipes dapat menularkan bakteri melalui fases dan urine, makan dan minuman yang sudah terkontaminasi dengan urine atau fases penderita tipes. Ataupun mengkonsumsi makanan yang ditangani oleh orang yang sedang mengalami tipes dan belum dinyatakan sembuh  oleh dokter,   Demam tifoid termasuk infeksi bakteri yang bisa menyebar ke seluruh tubuh dan memengaruhi banyak organ. Tanpa perawatan yang cepat dan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi serius yang berakibat fatal.

GEJALA

Begitu Anda terinfeksi, tubuh biasanya akan mengalami berbagai tanda dan gejala awal seperti:

  1. Demam yang meningkat setiap hari hingga mencapai 39o – 40o celcius
  2. Sakit kepala
  3. Lemah dan lelah
  4. Nyeri otot
  5. Berkeringat
  6. Batuk kering
  7. Kehilangan nafsu makan dan menurunkan berat badan
  8. Sakit perut
  9. Diare atau sembelit
  10. Muncul ruam pada kulit berupa bintik-bintik kecil berwarna merah muda
  11. Perut yang membengkak
  12. Jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat, Anda akan mengalami kondisi seperti:
  13. Mengigau
  14. Berbaring lemah dengan mata setengah tertutup

Selain itu, komplikasi yang bisa di timbulkan seperti perdarahan pada usus dan pecahnya usus.

PENYEBAB

Penyebab dari penyakit tipes atau demam tifoid ini adalah bakteri Salmonella typhi. Biasanya bakteri ini disebarkan melalui:

  1. Feses dan urine penderita yang mengkontaminasi air atau makanan
  2. Bakteri Salmonella typhi juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan orang yang telah terinfeksi (penyajian makanan oleh orang yang sedang mengalami demam tifoid).

PENGOBATAN

Antibiotik menjadi satu-satunya pengobatan paling efektif untuk demam tifoid. Biasanya dokter akan meresepkan berbagai antibiotik. dan ada beberapa penangaan yang dapat dilakukan yaitu :

Minum air saat sakit tipes membantu mencegah dehidrasi yang diakibatkan oleh demam dan diare yang berkepanjangan. Jika mengalami dehidrasi parah, doker akan memberikan cairan melalui pembuluh vena (infus).

Supaya lekas sembuh istirahat merupakan hal yang membantu proses pemulihan penyakit ini. Usahakan untuk tidak melakukan berbagai kegiatan berat yang menguras tenaga agar kondisi tubuh bisa segera fit dan terhindar dari komplikasi tipes.

  1. Makan makanan yang mudah dicerna

Tipes merupakan salah satu penyakit gangguan pada usus, maka untuk itu dianjurkan makan makanan yang mudah dicerna, seperti bubur dan makanan lunak lain. Dengan begitu, kerja usus menjadi lebih ringan. Makan makanan yang mudah dicerna juga membuat nutrisi di dalam makanan lebih cepat diserap oleh tubuh.

PENCEGAHAN

Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah mencuci tangan dengan rutin sebelum dan sesudah makan, setelah melakukan kegiatan dan saat melakukan penyajian makanan/memasak. Bersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir. Dalam keadaan darurat, tangan dapat dibersihkan dengan hand sanitizer yang mengandung setidaknya 70% alkohol.

Selain itu, menjaga kebersihan diri terutama setelah bepergian ke luar rumah apalagi pasar. Usahakan untuk tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang kotor. Pastikan juga untuk mencuci kaki setiap habis keluar rumah.

  1. Hindari kontak dengan orang sakit

Bakteri sangat mudah menyebar dari satu orang ke orang lainnya. Untuk itu, hindari kontak terlalu dekat dengan orang yang sedang sakit. Berciuman dan menggunakan peralatan makan atau mandi yang sama dengan orang sakit dapat meningkatkan risiko penularan penyakit.

     Salah satu cara untuk mencegah penyakit tipes adalah dengan vaksin tifoid. Vaksin ini dapat dilakukan jika memang diperlukan jika rentan atau berisiko tinggi tertular penyakit ini dengan terlebih dahulu mengkonsultasikan dengan dokter .

  1. Mengonsumsi makanan dan minuman yang terjamin kebersihannya

     Makanan dan minuman menjadi salah satu media penularan yang paling sering untuk tipes. Maka dari itu, usahakan untuk selalu makan dan minum yang telah terjaga kebersihannya. Makan makanan yang dimasak dan disajikan panas jauh lebih baik dibandingkan dengan makanan mentah atau setengah matang.

  1. Tidak menyiapkan/menyajikan makanan ketika masih sakit

Usahakan untuk tidak memasak atau menyiapkan makanan sampai dokter menyatakan bahwa bakterinya tak akan lagi menular. Agar tidak menularkan / menginfeksi penyakit tipes kepada orang lain.