Yang bukan bukti masuknya agama Islam ke Indonesia adalah

Masjid Agung Ksepuhan Cirebon. Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id

Indonesia adalah sebuah negara dengan penduduk pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Masuknya Islam ke Indonesia tidak lepas dari sejarah panjang. Berikut ini pemaparan mengenai sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan bukti-bukti sejarahnya berdasarkan buku Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia oleh Binuko Amarseto (2015: hlm 1-9), yaitu

Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Menurut catatan sejarah, berikut ini adalah saluran-saluran penyebaran agama Islam di Nusantara.

Banyak sejarawan dan peneliti yang sepakat bahwa Islam datang dan berkembang di Nusantara melalui jalur perdagangan. Hal ini sesuai dengan kondisiadanya kesibukan lalu lintas perdagangan abad ke-7 dampai abad ke-16. Pada saat itu terjadi perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, tenggara, dan timur benua Asia. Di lokasi-lokasi tersebut para pedagang Muslim baik dari Arab, Persia, mapun India turut serta mengambil bagian di Nusantara

Secara umum proses penyebaran Islam jalur perdagangan dapat digambarkan sebagai berikut: Pada mulanya mereka berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan, kemudian di antaranya ada yang tinggal, baik untuk sementara atau untuk menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka menjadi perkampungan golongan pedagang Muslim dari negeri asing yang disebut sebagai pekojan.

Dalam saluran pernikahan, wanita pribumi yang menikah dengan para pedagang Muslim harus diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, anak mereka pun juga akan memeluk agama Islam hingga akhirnya membentuk generasi Muslim selanjutnya dan lingkungan mereka menjadi semakin luas.

Dengan semakin banyaknya keluarga Muslim, maka akhirnya timbul kampung-kampung dengan mayoritas penduduk Muslim yang kemudian meluas menjadi daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan Muslim.

sumber foto: //unsplash.com/

Para ulama dan guru agamaberperan besar dalam proses penyebaran agama Islam. Mereka menyebarkan agama Islam melalui jalur pendidikan yaitu dengan mendirikan surau-surau dan pesantren-pesantren. Di pesantren, para santri belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab. Setelah menyelesaikan pendidikan, mereka akan kembali ke kampung atau desanya masing-masing untuk menjadi ulama dan mendirikan atau menyelenggarakan pesantren lagi.

Tasawuf adalah salah satu jalan yang penting dalam proses penyebaran agama Islam. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia. Perkembangan Tasawuf dapat dilihat dari peninggalan bukti-bukti yang jelas pada tulisan-tulisan antara abad ke-13 dan ke-18. Hal tersebut berkaitan langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia.

Proses penyebaran agama Islam juga dilakukan melalui seni seperti seni bangunan, seni ukir, seni musik dan seni sastra. Pada seni bangunan tampak arsitektur Islami seperti Masjid Kuno Demak, Masjid Agung Banten, Masjid Agung Kasepuhan di Cirebon, Masjid Agung Banten, Masjid Baiturrahman di Aceh dan masjid-masjid lainnya di Nusantara. Contoh lain proses penyebaran agama islam melalui kesenian adalah melalui pertunjukan wayang yang digemari masyarakat yaitu dengan menyisipkan ajaran agama Islam dalam cerita wayang. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk datang melihat pertunjukan, kemudian pertunjukan tersebut disisipin dakwah keagamaan Islam saat masyarakat telah berkumpul.

Pengaruh kekuasaan raja kepada rakyat sangat besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka dengan otomatis rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Pada saat itu rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi pada rajanya. Raja dianggap sebagai panutan bagi rakyatnya.

Bukti-Bukti Peninggalan Sejarah

Makam Siti Fatimah binti Maimun. Sumber: //disparbud.gresikkab.go.id/

Terdapat sumber-sumber sejarah yang berasal dari dalam negeri yang menerangkan tentang berkembangnya pengaruh Islam di Nusantara. Keterangan sumber-sumber tersebut berdasarkan pada bukti sejarah yaitu sebuah batu bersurat yang ditemukan di Leran, Kabupaten Gresik. Batu bersurat tersebut dituliskan dengan menggunakan huruf dan bahasa Arab. Walaupun sebagian tulisannya telah rusak tetapi dapat menceritakan meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 1028. Bukti-bukti sejarah lainnya adalah makam Sultan Malik Al-Saleh di Sumatra Utara yang meninggal pada bulan ramadan tahun 676 H atau tahun 1297 M. Ada pula makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419 M yang juga menjadi bukti masuknya Islam pada masa tersebut.

Semoga pemaparan mengenai sejarah masuknya Islam ke Indonesia berikut bukti-bukti sejarahnya dapat menambah wawasan Anda tentang sejarah di Nusantara.(IND)

Bukti Masuknya Islam Di Indonesia adalah sebagai berikut:

  1. Berita Cina dari Dinasti Tang
  2. Berita Jepang dari tahun 749 M
  3. Batu Nisan Fatimah Binti Maimun, di Leran (Gresik) berangka tahun 475 H (1082 M)
  4. Berita Marcopolo dari Venesia, ltalia
  5. Makam Sultan Malik Ash Shaleh yang meningal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M.
  6. Berita dari MA-HUAN, 1416 M
  7. Komplek Makam Tralaya, di Trowulan, Mojokerto, berangka tahun 1300-an s/d 1600-an.

Ada beberapa sumber yang mendukung sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia, di antaranya sebagai berikut: Peta penyebaran islam ke Indonesia

Peta penyebaran islam ke Indonesia

Menyatakan bahwa orang-orang Ta Shih (orang-orang Islam dari Arab/Persia) yang mau menyerang kerajaan Ho Ling (Kalingga) pada masa pemerintahan Ratu Sima (674 M), membatalkan niatnya, karena kerajaan Holing masih sangat kuat.

Berita Jepang Dari Tahun 749 M

Menjelaskan bahwa di Kanton terdapat kapal-kapal Po-sse Ta-Shih Kuo. Istilah Po-sse ditafsirkan sebagai orang Melayu, sedangkan Ta-Shih ditafsirkan sebagai orang Arab dan Persia. Bahkan banyak ahli menduga bahwa pada abad ke-7 dan 8 di Kanfu (Kanton) sudah ada perkampungan-perkampungan muslim.

Nisan Fatimah Binti Maimun, (1082 M)

Hal ini membuktikan bahwa pada masa Kerajaan Kediri, sebelum berdirinya Kerajaan Singasari, agama Islam sudah masuk ke Pulau Jawa, walaupun belum menyebar luas di daerah Jawa Timur.

Berita Marcopolo dari Venesia, ltalia

Marcopolo mendapat tugas dan Kaisar Cina untuk mengantar putrinya yang dipersembahkan kepada Kaisar Romawi. Dalam perjalanan menuju Romawi,1292 dan perjalanan pulang kembali ke Cina,1297, ia singgah di Sumatera bagian Utara.

la menuliskan bahwa wilayah itu sudah ada beberapa kerajaan Islam seperti: Lamuzi, Fansur, Barus, Perlis, Kerajaan Perlak, dan Samudra Pasai. Walaupun demikian masih banyak juga wilayah yang belum menganut agama Islam.

Makam Sultan Malik Ash Shaleh 1297 M

Baik batu nisan Fatimah Binti Maimun maupun nisan Sultan Malik Ash Sholeh terbuat dari batu pualam dari Gujarat. Berdasarkan peninggalan tersebut, banyak ahli menyimpulkan bahwa agama Islam di Indonesia berasal dari Gujarat.

Berdasarkan peninggalan ini juga dapat disimpulkan bahwa untuk pertama kalinya muncul seorang raja yang beragama Islam dengan gelar “sultan”.

Berita dari MA-HUAN, 1416 M

Ma – Huan adalah seorang penulis yang mengikuti perjalanan laksamana Cheng – Ho 1400-an, ia menuliskan bahwa sudah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat tinggal di pantai utara Jawa (Gresik).

Komplek Makam Tralaya, 1300-an s/d 1600-an

Hal ini membuktikan bahwa di Ibukota Kerajaan Majapahit, Trowulan, pada masa puncak kejayaan Majapahit, sudah ada masyarakat Islam. Saluran-saluran atau cara-sara Islamisasi adalah sebagai berikut:

  1. Melalui perdagangan
  2. Melalui perkawinan
  3. Melalui Pendidikan di Pondok Pesantren
  4. Melalui Seni Budaya
  5. Melalui ajaran Tasawuf

Cara masuknya Islam ke Indonesia adalah sebagai berikut:

Melalui Perdagangan

Pedagang-pedagang Islam dari Arab, Persia dan Gujarat singgah berbulan-bulan di Malaka dan di Indonesia. Mereka menunggu angin muson yang berubah arah setiap 6 bulan sekali.

Selama menunggu terjadilah proses interaksi dengan masyarakat setempat, para bangsawan dan para raja. Kesempatan ini mereka pergunakan untuk menyebarkan lslam.

Melalui Perkawinan

Ada pedagang Arab, Persia dan Gujarat tinggal lama di Indonesia bahkan menetap. Banyak diantara mereka yang menikah dengan wanita-wanita Indonesia. Dengan perkawinan terbentuklah ikatan kekerabatan besar beragama Islam yang merupakan awal terbentuknya masyarakat Islam.

Maka sampai sekarang di beberapa kota di Indonesia ditemukan kampung Pekojan. Adapula pernikahan yang berlangsung pada golongan bangsawan.

Misalnya: Raden Rakhmat menikah dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan Putri Kawungaten, Raja Brawijaya dengan Putri Ceumpa yang beragama Islam, kemudian berputra Raden Fatah, dan lain-lain.

Melalui Pendidikan di Pondok Pesantren

Di Pondok Pesantren para santri dari berbagai daerah mendapatkan pendidikan agama Islam. Setelah tamat mereka menyebarkan ajaran Islam. Hal ini mendorong munculnya pondok-pondok pesantren baru, misalnya: Pesantren Ampel Denta yang didirikan oleh Raden Rahmat mempunyai murid Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Bonang dan Raden Fatah.

Sunan Giri mempunyai murid Fatahillah dari Pasai, yang kelak di kenal sebagai Sunan Gunung Jati.

Melalui Seni Budaya

Seni Gamelan dan Wayang mengundang masyarakat untuk berkumpul, saat itulah dilakukan dakwah keagamaan. Seringkali ajaran Islam diselipkan dalam cerita-cerita wayang, seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga.

Pengaruh Islam juga berkembang melalui seni sastra, seni rupa, kaligrafi, seni ukir dan lain-lain

Melalui ajaran Tasawuf

Tasawuf mengajarkan umat Islam agar selalu membersihkan jiwanya dan mendekatkan diri dengan Tuhannya. Kaum Sufi (penganut Tasawuf) hidup sederhana dan sering kali memiliki keahlian yang bersifat magis.

Hal ini sesuai dengan keadaan masyarakat saat itu yang banyak dipengaruhi oleh ajaran dan budaya Hindu-Budha yang juga mengajarkan untuk memelihara kehidupan batiniah dan bersifat magis.

Ahli-ahli tasawuf pada saat itu misalnya: Hamzah Fansuri, Nurrudin ar – Raniri di Sumatera, Sunan Panggung di Jawa, dan lain-lain.

Golongan Pembawa Dan Penerima Islam

Golongan pembawa Islam: Golongan Pedagang, Golongan Mubaligh, Golongan Sufi, dan Para Wali. Golongan penerima Islam: Golongan Raja dan Bangsawan, Golongan masyarakat daerah pesisir, Para Wali dan Masyarakat pedalaman lewat para wali, yaitu:

Penyebar Islam Di Luar Jawa

Datuk Ri Bandang dan Datuk Sulaeman, pembawa dan penyebar Islam di daerah Sulawesi. Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Ri Parangan, penyebar Islam ke Kalimantan Timur. Penghulu Demak, pembawa Islam ke daerah Banjar.

Islam mudah diterima

Syarat masuk agama Islam sangat mudah, yaitu hanya mengucapkan dua kalimat syahadat, tidak perlu ada upacara khusus. Upacara-upacara peribadatan dalam Islam sangat sederhana.

Ajaran Islam tidak mengenal Sistem Kasta. Islam bersifat terbuka, penyebaran Islam dapat dilakukan oleh setiap orang Islam. Penyebaran agama Islam di Indonesia disesuaikan dengan adat dan tradisi.

Ajaran Islam berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat dengan adanya kewajiban membayar zakat. Keruntuhan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha, seperti Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit memberikan kesempatan yang luas bagi perkembangan Islam.

Baca juga artikel yang berkaitan dengan masuknya islam ke Indonesia, yaitu: 2 pendapat masuknya Islam ke Indonesia

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai Cara masuknya islam ke Indonesia ke Indonesia, semoga menjadi tambahan catatan sejarah.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA