Pada Asy Syariah edisi 112 hlm. 71, terjemahan hadits riwayat Muslim tertulis, “… kemudian Dia melipat bumi dengan kiri-Nya….” Bukankah seharusnya dengan kanan-Nya? Mohon diperhatikan! 085696xxxxxx Dijawab oleh al-Ustadz Qomar Suaidi Allah Memiliki Dua Tangan Di antara sifat Allah ‘azza wa jalla adalah memiliki dua tangan. Hal ini berdasarkan firman Allah ‘azza wa jalla, بَلۡ يَدَاهُ مَبۡسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيۡفَ يَشَآءُۚ “(Tidak demikian), tetapi kedua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki.” (al-Maidah: 64) قَالَ يَٰٓإِبۡلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسۡجُدَ لِمَا خَلَقۡتُ بِيَدَيَّۖ أَسۡتَكۡبَرۡتَ أَمۡ كُنتَ مِنَ ٱلۡعَالِينَ ٧٥ Allah berfirman, “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?” Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, يَطْوِ ى اللهُ السَّمَوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَيْنَ الْجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ؟ ثُمَّ يَطْوِى الْأَرَضِينَ ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ–قَالَ ابْنُ الْعَلاَءِ: بِيَدِهِ الْأُخْرَى–ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَيْنَ الْجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ؟ Allah ‘azza wa jalla melipat langit-langit pada hari kiamat lalu mengambilnya dengan tangan kanan-Nya seraya berkata, “Akulah Sang Raja, di manakah para diktator? Di manakah orang-orang yang sombong?” Lalu Allah ‘azza wa jalla melipat bumi-bumi kemudian mengambilnya.—Ibnul ‘Ala`, salah seorang perawi hadits mengatakan: dengan tangan-Nya yang lain)—Allah berkata, “Akulah Sang Raja, di manakah para diktator? Di manakah orang-orang yang sombong?” ( HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullah) Ibnu Khuzaimah rahimahullah menuliskan dalam Kitab at-Tauhid bahwa Allah ‘azza wa jalla memiliki dua tangan yang terbentang dan berinfak sekehendak-Nya. Dengan kedua tangan-Nya, Allah ‘azza wa jalla menciptakan Adam. Kedua tangan tersebut adalah tangan hakiki yang tidak sama dengan tangan makhluk-Nya. Mahasuci Allah dari kesamaan dengan makhluk. Allah ‘azza wa jalla berfirman, لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١١ “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (asy-Syura: 11) Apakah Dua Tangan Allah Kanan dan Kiri? Adapun terkait dengan pertanyaan di atas, apakah kedua tangan Allah ‘azza wa jalla itu kanan dan kiri, dalam hal ini terdapat beberapa riwayat dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ “Dan kedua tangan Allah itu kanan.” (HR. Muslim) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, يَطْوِى اللهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَيْنَ الْجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ؟ ثُمَّ يَطْوِى الْأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَيْنَ الْجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ؟ Allah ‘azza wa jalla melipat langit-langit pada hari kiamat lalu mengambilnya dengan tangan kanan-Nya seraya berkata, “Akulah Sang Raja, di manakah para diktator? Di manakah orang-orang yang sombong?” Lalu Allah melipat bumi-bumi dengan tangan kiri-Nya seraya berkata, “Akulah Sang Raja, di manakah para diktator? Di manakah orang-orang yang sombong?” (HR. Muslim) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, قَالَ ابْنُ الْعَلاَءِ: بِيَدِهِ الأُخْرَى ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ. Ibnul ‘Ala`, salah seorang perawi hadits mengatakan, “… dengan tangan- Nya yang lain, lalu Allah ‘azza wa jalla berkata, ‘Akulah Sang Raja, di manakah para diktator? Di manakah orang-orang yang sombong?’.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani) Dari beberapa riwayat di atas, para ulama berbeda pendapat setelah ulama Ahlus Sunnah sepakat bahwa Allah memiliki dua tangan. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa Allah ‘azza wa jalla memiliki dua tangan, kanan dan kiri. Hanya saja, tangan kiri Allah ‘azza wa jalla tidak boleh dipahami seperti kiri pada makhluk. Sebab, kiri pada makhluk identik dengan kelemahan dan kekurangan, sementara tangan kiri Allah ‘azza wa jalla tidak memiliki kelemahan dan kekurangan sama sekali. Tangan kiri Allah ‘azza wa jalla tetap sempurna dalam segala hal. Oleh karena itu, riwayat pertama menyebutkan bahwa kedua tangan Allah ‘azza wa jalla kanan, untuk menghilangkan kesan lemah dan kekurangan pada tangan Allah ‘azza wa jalla. Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Dalam hadits terdapat penyebutan dua tangan Allah (kanan dan kiri). Pada hadits lain, ‘dan kedua tangan-Nya kanan’ (tangan yang satu kiri). Akan tetapi, tidak seperti kirinya tangan makhluk. Kiri Allah ‘azza wa jalla tetap kanan. Berbeda halnya dengan makhluk, kirinya bukan kanan. “Sifat semacam ini hanya khusus bagi Allah ‘azza wa jalla, yaitu kedua tangan Allah ‘azza wa jalla kanan. Jadi, Allah ‘azza wa jalla memiliki tangan kanan dan tangan kiri sebagaimana disebutkan dalam hadits; kanan tidak seperti kanannya makhluk dan kiri tidak sepeti kirinya makhluk.” (I’anatul Mustafid) Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Apabila lafal kiri itu sahih, menurut saya tidak bertentangan dengan lafal lain ‘kedua tangan-Nya kanan’. Sebab, maknanya adalah tangan yang lain tidak seperti kiri pada makhluk, yaitu kurang dibanding dengan tangan kanannya. “Oleh karena itu, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘kedua tangan Allah itu kanan’, yakni tiada kekurangan padanya.” (al-Qaul al-Mufid)
Ini adalah pandangan asy-Syaikh al-Albani rahimahullah dan yang sependapat dengan beliau, yaitu asy-Syaikh Shalih Alu Syaikh. Saat menjawab pertanyaan tentang dua riwayat tersebut, asy-Syaikh Albani rahimahullah berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara dua hadits tersebut. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dan kedua tangan Allah itu kanan,” menegaskan firman Allah ‘azza wa jalla, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” Sifat yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beritakan tersebut menegaskan kesucian Allah ‘azza wa jalla dari penyerupaan dengan makhluk. Tangan Allah ‘azza wa jalla tidak sama dengan tangan manusia, kiri dan kanan. Bahkan, kedua tangan Allah ‘azza wa jalla adalah kanan. Selain itu, riwayat “dengan tangan kiri-Nya” adalah syadz (ganjil), seperti yang telah beliau terangkan dalam takhrij beliau terhadap kitab al-Musthalahat al-Arba’ah fil Qur’an, tulisan al-Maududi. Termasuk yang menguatkan pendapat lemahnya (riwayat yang menyebutkan lafal kiri) adalah riwayat Abu Dawud yang menyebutkan dengan lafal “tangan-Nya yang lain” sebagai pengganti riwayat “dengan tangan kiri-Nya,”. Riwayat Abu Dawud tersebut sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kedua tangan Allah kanan.” (Majalah al-Ashalah) Wallahu a’lam.
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما- مرفوعاً: "يَطْوِي الله السماوات يوم القيامة، ثم يَأْخُذُهُنَّ بيده اليمنى، ثم يقول: أنا الملك أين الجبارون؟ أين المتكبرون؟ ثم يَطْوِي الأَرَضِينَ السبع، ثم يأخذهن بشماله، ثم يقول: أنا الملك، أين الجبارون؟ أين المتكبرون؟". Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', "Allah akan melipat semua langit kelak di hari kiamat, kemudian Dia menggenggamnya dengan tangan kanan-Nya dan berfirman, "Akulah Maha Raja, di manakah orang-orang yang bertindak sewenang-wenang? Di manakah orang-orang yang sombong?" Kemudian Dia melipat tujuh lapis bumi dan menggenggamnya dengan tangan kiri-Nya seraya berfirman, "Akulah Maha Raja, di manakah orang-orang yang bertindak sewenang-wenang? Di manakah orang-orang sombong?" Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- mengabarkan kepada kita bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahu mereka bahwa Allah -'Azza wa Jalla- akan melipat tujuh lapis langit pada hari kiamat dan menggenggamnya dengan tangan kanan-Nya, dan melipat tujuh lapis bumi serta menggenggamnya dengan tangan kiri-Nya. Setiap kali Dia melipat salah satu darinya, Dia menyeru orang-orang yang sewenang-wenang dan sombong sambil merendahkan keadaan mereka, dan mendeklarasikan bahwa diri-Nya-lah pemilik kerajaan yang sebenarnya, yang sempurna, yang tidak lemah dan tidak lenyap, dan sesungguhnya segala sesuatu selain-Nya dari kalangan raja dan hamba sahaya, orang adil dan orang zalim akan lenyap dan hilang di hadapan Allah -'Azza wa Jalla-. Dia tidak dipertanyakan mengenai apa yang dikerjakan-Nya, sedangkan mereka ditanya (diminta pertanggungjawabannya). Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Kurdi Hausa Tampilkan TerjemahanPage 2
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: ((كُنْت أَغْسِلُ الْجَنَابَةَ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَيَخْرُجُ إلَى الصَّلاةِ، وَإِنَّ بُقَعَ الْمَاءِ فِي ثَوْبِهِ)). وَفِي رواية: ((لَقَدْ كُنْتُ أَفْرُكُهُ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَرْكاً، فَيُصَلِّي فِيهِ)). Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- ia berkata, "Aku pernah mencuci (bekas) janabah dari baju Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu beliau keluar hendak salat sedang bekas (bintik-bintik) air masih membekas di baju beliau." Dalam riwayat lain, "Sungguh aku pernah menggaruknya dari baju Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu beliau salat dengan baju itu." Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- mengungkapkan bahwa baju Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah terkena mani karena junub. Terkadang mani itu basah sehingga ia mencucinya dengan air, lalu beliau pergi salat sedangkan air belum kering dari baju beliau. Dan terkadang mani tersebut kering. Dalam keadaan ini Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menggosoknya dengan sebenar-benarnya, lalu beliau salat dengan baju tersebut. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Uyghur Kurdi Hausa Portugis Tampilkan TerjemahanPage 3
عن عبد الله بن الشخير -رضي الله عنه- قال: "انطلقت في وفد بني عامر إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقلنا: أنت سيدنا. فقال السيد الله -تبارك وتعالى-. قلنا: وأَفْضَلُنَا فَضْلًا وأَعْظَمُنْا طَوْلًا. فقال: قولوا بقولكم أو بعض قولكم، ولا يَسْتَجْرِيَنَّكُمُ الشيطان". Dari Abdullah bin Asy-Syikhīr -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Saya pernah ikut dalam rombongan Bani 'Āmir yang sowan kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lalu kami berkata, "Engkau adalah sayyid (junjungan) kami." Lantas beliau memotong, "Sayyid yang sebenarnya adalah Allah -Tabāraka wa Ta'ālā-." Maka kami berkata, "Engkau adalah orang yang paling mulia dan agung di antara kami." Lantas beliau bersabda, "Ucapkan itu saja atau sebagian dari itu dan jangan sampai setan menjerumuskan kalian." Ketika rombongan Bani 'Āmir ini berlebihan dalam memuji Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka beliau melarang mereka melakukan itu untuk mengedepankan etika di hadapan Allah dan menjaga kemurnian tauhid. Beliau memerintahkan mereka hanya menggunakan kata-kata pujian yang tidak ada unsur guluw (berlebihan) di dalamnya dan tidak terlarang, seperti memanggil beliau dengan panggilan "Muhammad Rasulullah" sebagaimana panggilan Allah kepada beliau, atau Nabiyyullāh, atau Abul Qāsim. Beliau juga memperingatkan kepada mereka agar jangan sampai menjadi wakil setan yang senatiasa menimbulkan rasa was-was! Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis Sawahili Tampilkan TerjemahanPage 4
1: Perintah untuk mengutus para dai. 2: Mengucapkan syahadat lā ilāha illallāh adalah kewajiban pertama dan perkara pertama yang harus didakwahkan kepada manusia. 3: Makna syahadat lā ilāha illallāh adalah menauhidkan Allah dalam ibadah serta meninggalkan peribadatan kepada selain-Nya. 4: Seseorang kadang bisa membaca tetapi tidak mengerti makna lā ilāha illallāh, atau dia mengerti tetapi tidak mengamalkannya seperti keadaan Ahli Kitab. 5: Berbicara kepada orang berilmu tidak seperti berbicara kepada orang jahil, "Sungguh kamu akan mendatangi sebuah kaum yang merupakan Ahli Kitab." 6: Peringatan bahwa seharusnya seseorang, khususnya seorang dai, memiliki ilmu tentang agamanya agar dia selamat dari syubhat para pembawa syubhat, yaitu dengan menuntut ilmu. 7: Salat adalah kewajiban paling besar setelah dua kalimat syahadat. 8: Kewajiban salat lima waktu. 9: Salat witir tidak wajib. 10: Zakat adalah rukun Islam yang paling wajib setelah salat. 11: Tidak boleh memberikan zakat kepada orang kaya. 12: Menjelaskan salah satu kelompok orang yang berhak menerima zakat, yaitu orang-orang fakir, dan boleh memberikan zakat itu hanya kepada mereka; tidak wajib memberikannya kepada semua delapan kelompok yang berhak menerima zakat tersebut. 13: Disyariatkan agar zakat penduduk sebuah negeri diberikan kepada orang-orang fakir di negeri tersebut berdasarkan hadis ini. Kemudian jika membawa zakat tersebut ke negeri lain memiliki maslahat yang lebih kuat maka yang demikian itu tidak mengapa, misalnya adanya kebutuhan yang tinggi di negeri lain, atau ada kerabat yang fakir, dan maslahat-maslahat lain yang semisalnya. 14: Zakat tidak diberikan kepada orang kafir. 15: Tidak diperbolehkan mengambil zakat berupa harta yang paling baik kecuali dengan keridaan pemiliknya. 16: Diharamkan mengambil zakat dalam bentuk harta-harta terbaik, tetapi hendaknya mengambil yang pertengahan. 17: Peringatan terhadap kezaliman; dan bahwa doa orang yang dizalimi mustajab sekalipun dia pelaku maksiat. Page 5
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً: أخبر النبي -صلى الله عليه وسلم-: "أنه يأتي فيسجد لربه ويحمده [لا يبدأ بالشفاعة أولا]، ثم يقال له: "ارفع رأسك وقل يُسمع، وسَلْ تُعط، واشفع تُشفَّع". Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū': "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa beliau datang (pada hari kiamat) lalu bersujud kepada Rabbnya dan memuji-Nya (beliau tidak memulainya pertama kali dengan syafaat). Lantas dikatakan kepadanya: "Angkat kepalamu dan katakan, pasti engkau didengar; mintalah, pasti engkau diberi; dan mohonlah syafaat, pasti syafaat engkau diperkenankan." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang pada hari kiamat lalu bersujud kepada Allah dan berdoa. Kemudian Allah memberi izin beliau tentang syafaat agung seraya berfirman kepadanya, "Mintalah, pasti engkau diberi; dan mintalah syafaat, niscaya syafaatmu diperkenankan." Yakni, permohonanmu dikabulkan dan syafaatmu diterima. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis Sawahili Tampilkan TerjemahanPage 6
عن عائشة -رضي الله عنها-: "أن أم سلمة ذكرت لرسول الله -صلى الله عليه وسلم- كنيسة رأتها بأرض الحبشة وما فيها من الصور، فقال: أولئك إذا مات فيهم الرجل الصالح أو العبد الصالح بنوا على قبره مسجدا، وصوروا فيه تلك الصور، أولئك شرار الخلق عند الله". Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, bahwa Ummu Salamah menyebutkan kepada Rasulullah (tentang) gereja yang beliau lihat di negeri Ḥabasyah dan gambar (patung) yang ada di dalamnya. Maka (Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-) berkata, “Mereka (orang-orang Nasrani) apabila ada orang saleh yang meninggal di antara mereka, (maka) mereka membangun di atas kuburnya tempat untuk beribadah (gereja) dan mereka membuat di dalam tempat ibadah tadi gambar (patung-patung) tersebut. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah." Bahwa Ummu Salamah menceritakan di sisi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- –saat beliau sakit yang menyebabkan beliau wafat- apa yang ia saksikan di tempat peribadatan kaum Nasrani terkait gambar-gambar (patung-patung) manusia. Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan sebab mereka membuat patung-patung ini, yaitu karena mereka guluw (melampaui batas) dalam mengagungkan orang-orang saleh, hingga menyebabkan mereka membangun tempat-tempat peribadatan di atas kuburan mereka dan meletakkan patung-patung mereka. Kemudian beliau menjelaskan hukum orang yang melakukan hal itu bahwa mereka adalah sejelek-jelek manusia, karena mereka menggabungkan antara dua larangan di dalam perbuatan ini, yaitu, fitnah kuburan dengan menjadikannya tempat peribadatan, dan fitnah mengagungkan patung-patung menghantarkan kepada kesyirikan. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Uyghur Hausa Tampilkan TerjemahanPage 7
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: "إياكم والغُلُوَّ؛ فإنما أهلك من كان قبلكم الغُلُوُّ". Dari Abdullah bin Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jauhilah tindakan melampaui batas! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena tindakan melampaui batas." Dalam hadis ini Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang kita berlebih-lebihan dalam agama, yaitu melampaui batas dalam agama agar kita tidak binasa sebagaimana kebinasaan yang menimpa umat-umat dahulu ketika mereka berlebih-lebihan dalam agamanya dan melampaui batas dalam ibadahnya. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Portugis Sawahili Tampilkan TerjemahanPage 8
عن حُصين بن عبد الرحمن قال: كنتُ عند سعيد بن جُبير فقال: أيكم رأى الكوكب الذي انقَضَّ البارحة؟ فقلتُ: أنا، ثم قلتُ: أما إني لم أكن في صلاة، ولكني لُدغْتُ، قال: فما صنعتَ؟ قلت: ارتقيتُ، قال: فما حَمَلك على ذلك؟ قلت: حديث حدَّثَناه الشعبي، قال: وما حدَّثَكم؟ قلتُ حدثنا عن بريدة بن الحُصيب أنه قال: "لا رُقْية إلا مِن عَيْن أو حُمَة"، قال: قد أحسَن مَن انتهى إلى ما سمع، ولكن حدثنا ابن عباس عن النبي -صلى الله عليه وسلم- أنه قال: "عُرضت عليّ الأُمم، فرأيتُ النبي ومعه الرَّهط والنبي ومعه الرجل والرجلان، والنبي وليس معه أحد، إذ رُفع لي سواد عظيم فظننتُ أنهم أمَّتي، فقيل لي: هذا موسى وقومه، فنظرتُ فإذا سواد عظيم، فقيل لي: هذه أمَّتك، ومعهم سبعون ألفا يدخلون الجنة بغير حساب ولا عذاب، ثم نهض فدخل منْزله، فخاض الناس في أولئك؛ فقال بعضهم: فلعلهم الذين صحِبوا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وقال بعضهم: فلعلهم الذين وُلِدُوا في الإسلام فلم يشركوا بالله شيئا، وذكروا أشياء، فخرج عليهم رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فأخبروه، فقال: هم الذين لا يَسْتَرقون، ولا يَكْتَوُون، ولا يَتَطَيَّرون، وعلى ربهم يتوكلون، فقام عُكاشة بن مِحصَن فقال: ادع الله أن يجعلني منهم، قال: أنت منهم، ثم قام جل آخر فقال: ادع الله أن يجعلني منهم، فقال: سَبَقَك بها عكاشة". Dari Ḥuṣain bin Abdirrahman, ia berkata, "Aku berada bersama Sa'īd bin Jubair lalu ia bertanya, 'Siapakah di antara kalian yang melihat planet jatuh tadi malam?' Aku jawab, 'Aku.' Lalu aku katakan, 'Adapun aku sedang tidak melaksanakan salat karena aku disengat.' Ia bertanya, 'Lantas apa yang kau lakukan?' Aku Jawab, 'Aku meruqyahnya.' Ia bertanya lagi, 'Apa yang mendorongmu melakukan itu?' Aku Jawab, 'Hadis yang diceritakan asy-Sya'bi kepada kami.' Ia bertanya, 'Apa yang dia ceritakan kepada kalian?' Aku jawab, 'Kami mendapatkan kabar dari Buraidah bin Al-Ḥuṣaib bahwasannya dia berkata, 'Tidak ada ruqyah kecuali dari penyakit 'Ain (karena pandangan mata hasad) atau demam.' Ia berkata, 'Sungguh telah berbuat baik orang yang berhenti sampai di dalil yang ia dengarkan. Akan tetapi Ibnu 'Abbās bercerita kepada kami dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, 'Telah diperlihatkan kepadaku umat-umat. Aku melihat seorang Nabi yang memiliki beberapa orang pengikut. Ada juga seorang Nabi yang memiliki satu dan dua orang pengikut saja. Bahkan ada seorang Nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali. Tiba-tiba satu kelompok besar orang diperlihatkan kepadaku hingga aku menduga bahwa mereka itu umatku. Lantas dikatakan kepadaku, 'Ini Mūsa bersama kaumnya.' Aku memandang, ternyata ada sekelompok besar manusia. Lantas dikatakan kepadaku, 'Ini umatmu dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang masuk Surga tanpa hisab dan azab.' Selanjutnya beliau bangkit dan masuk ke rumahnya sehingga orang-orang pun berbicara panjang lebar mengenainya. Sebagian mereka berkata, 'Mungkin saja mereka itu orang-orang yang selalu menyertai Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.' Sebagian lagi berkata, 'Barangkali mereka itu orang-orang yang dilahirkan dalam Islam lalu mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun.' Mereka menyebutkan berbagai hal. Tiba-tiba Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menemui mereka lalu mengabarkannya. Beliau bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta diruqyah, tidak berobat dengan cara kay (sundutan besi panas), tidak pesimis dan mereka bertawakal kepada Allah.' Tiba-tiba 'Ukāsyah bin Miḥṣan berkata, 'Mohonlah kepada Allah agar menjadikanku bagian dari mereka.' Beliau bersabda, Engkau termasuk dari golongan mereka.' Lantas seorang lelaki lain berkata, 'Mohonlah kepada Allah agar menjadikanku bagian dari mereka.' Beliau bersabda, 'Ukāsyah telah mendahuluimu'." Ḥuṣain bin Abdirrahman -raḥimahullāh- mengabarkan kepada kami tentang dialog yang berlangsung antara dirinya dengan Sa'īd bin Jubair -raḥimahullāh- mengenai ruqyah. Hal ini terjadi karena Ḥuṣain disengat kalajengking dan meruqyahnya dengan ruqyah syar'iyyah. Saat Sa'īd bertanya kepadanya mengenai dalilnya, ia memberitahunya dengan hadis asy-Sya'bi yang membolehkan ruqyah dari penyakit 'Ain (karena pandangan mata hasad) dan racun. Sa'īd pun memujinya mengenai hal itu. Akan tetapi dia meriwayatkan hadis lain untuknya yang menganggap bagus meninggalkan ruqyah. Yaitu hadis Ibnu 'Abbās yang mengandung empat sifat. Siapa yang memiliki sifat itu maka dia berhak masuk Surga tanpa hisab dan azab. Sifat itu adalah tidak meminta ruqyah, tidak berobat dengan cara kay (sundutan besi panas), tidak pesimis, dan benar dalam bersandar kepada Allah -Ta'ālā-. Saat 'Ukāsyah meminta kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar mendoakan dirinya menjadi bagian dari mereka, beliau pun memberitahunya bahwa ia bersama mereka. Ketika seorang lelaki lain berdiri untuk tujuan yang sama, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun bersikap ramah kepadanya dalam melarang demi menutup bab ini dan memutuskan kelanjutan permintaan. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia China Persia Indian Sinhala Kurdi Hausa Portugis Sawahili Tampilkan TerjemahanPage 9
1: Perintah bertanya kepada para ulama tentang hukum perkara yang tidak diketahui agar tidak terjatuh dalam larangan. 2: Larangan praktik nusyrah (yakni menolak sihir dengan jenis sihir yang lain), seperti yang dilakukan oleh orang-orang jahiliah, karena itu merupakan sihir, dan sihir hukumnya kufur. 3: Perbuatan setan seluruhnya diharamkan. Page 10
عن عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- قال: سمعت النبي -صلى الله عليه وسلم- يقول: «لا تُطْروني كما أَطْرت النصارى ابنَ مريم؛ إنما أنا عبده، فقولوا: عبد الله ورسوله». Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Saya mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian berlebih-lebihan memujiku seperti orang-orang Nasrani berlebih-lebihan memuji Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku hanya seorang hamba, maka katakan (panggil aku), 'Hamba Allah dan Rasul-Nya'." Begitu antusiasnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam menauhidkan Allah -Ta'ālā- dan karena mengkhawatirkan umat beliau dari kesyirikan yang menimpa umat-umat terdahulu, maka beliau melarang mereka mengultuskan dan berlebih-lebihan memuji dirinya, seperti menyandangkan pada beliau sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan yang khusus untuk Allah, sebagaimana halnya orang-orang Nasrani mengultuskan Isa Almasih dengan memberinya sifat ketuhanan dan putra Allah -Ta'ālā-. Akibatnya, mereka terjerumus dalam kesyirikan; sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, 'Sesungguhnya Allah ialah Almasih putra Maryam', padahal Almasih (sendiri) berkata, 'Hai Bani Israil! Sembahlah Allah Rabb-ku dan Rabb-mu.' Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga untuknya, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun." (QS. Al-Mā`idah: 72). Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya aku hanya seorang hamba-Nya, maka ucapkan (panggil aku), 'Hamba Allah dan Rasul-Nya'." Artinya, sebutlah aku dengan sifat hamba dan rasul sebagaimana yang Allah sandangkan kepadaku. Jangan melewati batas penghambaan dalam memujiku hingga tingkat ulūhiyyah (keilahian) dan rubūbiyyah (ketuhanan), sebagaimana yang dilakukan orang-orang Nasrani. Karena hak para Nabi itu adalah sebagai hamba dan rasul. Sedangkan ulūhiyyah adalah hak Allah semata. Namun, kendati telah ada larangan ini tetap saja sebagian orang terjerumus dalam apa yang telah diperingatkan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tersebut. Jadi, berhati-hatilah, jangan sampai Anda termasuk dari mereka! Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Portugis Malayalam Telugu Sawahili Tamil Burma Tampilkan TerjemahanPage 11
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: "لا عَدْوَى ولا طِيَرَة ولا هَامَةَ ولا صَفَرَ" أخرجاه. زاد مسلم "ولا نَوْءَ ولا غُولَ". Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', (Nabi bersabda), "Tidak ada penyakit menular, tidak ada kesialan, tidak pula burung hantu dan kesialan (bulan) Ṣafar." (HR. Bukhari dan Muslim). Muslim menambahkan: "Tidak ada zodiak (ramalan bintang) dan gūl (nama jin)." Karena masa jahiliah dipenuhi dengan berbagai khurafat dan tahayul/anggapan yang tidak bersandarkan kepada bukti, maka Islam menghendaki agar para pengikutnya terpelihara dari berbagai kebatilan tersebut. Karena itu, Islam mengingkari segala hal yang diyakini oleh orang-orang musyrik dalam hadis tersebut. Sebagian dinafikan secara nyata keberadaanya, seperti ṭiyarah (menggantungkan nasib pada tindakan burung/hewan). Sebagiannya dinafikan dampaknya karena sesunggunya tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Allah dan tidak ada yang mencegah keburukan kecuali Allah. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis Sawahili Tampilkan TerjemahanPage 12
ورُوي عن الحسن أنه قال: "لا يحل السحر إلا ساحر". Diriwayatkan dari Al-Hasan bahwa ia berkata, "Sihir tidak bisa dilepaskan kecuali oleh penyihir (orang yang tahu ilmu sihir)." Nasyrah adalah jampi-jampi penangkal sihir. Arti literal perkataan Al-Hasan ini adalah larangan nasyrah secara mutlak. Sebab, tidak ada yang mampu menguraikan sihir kecuali orang yang memiliki pengetahuan tentang sihir. Ini ditafsirkan menangkal sihir dengan menggunakan sihir pula dan itu termasuk perbuatan setan. Ibnul Qayyim sudah merinci permasalahan ini dengan konklusi bahwa mengobati orang yang terkena sihir dengan obat-obatan yang mubah dan bacaan Al-Qur'an adalah hal yang dibolehkan. Sedangkan pengobatan sihir dengan sihir serupa adalah haram. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Hausa Portugis Sawahili Tampilkan TerjemahanPage 13
عن سهل بن سعد الساعدي -رضي الله عنه- مرفوعاً: "لأعطين الراية غدا رجلا يحب الله ورسوله ويحبه الله ورسوله، يفتح الله على يديه، فبات الناس يدوكون ليلتهم أيهم يعطاها فلما أصبحوا غدوا على رسول الله -صلى الله عليه وسلم- كلهم يرجو أن يعطاها: فقال: أين علي بن أبي طالب؟ فقيل: هو يشتكي عينيه، فأرسلوا إليه فأتي به، فبصق في عينيه، ودعا له فبرأ كأن لم يكن به وجع، فأعطاه الراية فقال: انفذ على رسلك حتى تنزل بساحتهم، ثم ادعهم إلى الإسلام وأخبرهم بما يجب عليهم من حق الله -تعالى- فيه، فوالله لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم". Dari Sahal bin Sa'ad As-Sā'idi -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', (Nabi bersabda), "Aku akan menyerahkan bendera ini besok kepada seorang lelaki yang mencintai Allah dan Rasul-Nya juga sebaliknya Allah dan Rasul-Nya mencintainya. Allah memberikan kemenangan lewat kedua tangannya." Orang-orang pun begadang semalaman dalam keadaan penasaran siapa yang akan diberi bendera itu. Saat pagi tiba, mereka pun datang menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, semuanya berharap dirinyalah yang diberi bendera tersebut. Nabi bertanya, "Di mana Ali bin Abi Ṭālib?" Dijawab, "Dia mengeluhkan kedua matanya." Lantas orang-orang mengirimkan utusan kepadanya dan membawanya ke hadapan beliau. Selanjutnya beliau meludah di kedua matanya dan mendoakan kebaikan untuknya hingga sembuh seakan-akan tidak pernah merasa sakit. Beliau menyerahkan bendera kepadanya lalu bersabda, "Majulah dengan perlahan-lahan sampai engkau tiba di arena mereka lalu serulah mereka kepada Islam dan beritahukan kepada mereka tentang kewajiban yang harus ditunaikan terhadap hak Allah -Ta'ālā-. Demi Allah, bila Allah memberikan hidayah kepada seseorang karena perantaramu, itu lebih baik bagimu dari unta merah." Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberi kabar gembira kepada para sahabat mengenai kemenangan kaum muslimin terhadap orang Yahudi esok hari di tangan seseorang yang memiliki keutamaan besar dan loyalitas kepada Allah dan Rasul-Nya. Para sahabat pun menanti-nanti hal itu. Semuanya ingin agar dirinyalah yang terpilih karena mereka sangat ingin mendapatkan kebaikan. Saat mereka pergi sebagaimana dijanjikan, Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mencari Ali. Secara kebetulan Ali tidak hadir karena menderita sakit mata. Lantas ia hadir lalu Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meludah di kedua matanya dengan ludah yang penuh berkah sehingga hilanglah rasa sakit yang diderita dengan sempurna dan beliau menyerahkan komando pasukan serta menyuruhnya untuk melaksanakan tugas dengan perlahan-lahan sampai mendekati benteng musuh lalu meminta mereka untuk masuk Islam. Apabila mereka menerimanya maka ia harus memberitahu mereka tentang kewajiban yang harus dilaksanakan seorang muslim. Setelah itu Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan kepada Ali tentang keutamaan dakwah kepada Allah dan seorang da'i apabila berhasil menjadikan seseorang mendapat hidayah melalui tangannya, maka hal itu lebih baik baginya dari harta dunia yang paling berharga. Bagaimana jika dia berhasil menjadikan lebih banyak lagi orang untuk mendapatkan hidayah di tangannya. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis Sawahili Tampilkan TerjemahanPage 14
عن سعيد بن المسيب عن أبيه المسيب بن حزن -رضي الله عنه- قال: "لما حضرَتْ أبا طالب الوفاة جاءه رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وعنده عبد الله بن أبي أمية وأبو جهل، فقال له: يا عَمِّ قل لا إله إلا الله، كلمة أُحَاجُّ لك بها عند الله، فقالا له: أَتَرَغَبُ عن ملة عبد المطلب؟ فأعاد عليه النبي -صلى الله عليه وسلم-، فأعادا، فكان آخر ما قال هو على ملة عبد المطلب، وأبى أن يقول لا إله إلا الله، فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: لأستغفرن لك ما لم أُنْهَ عنك، فأنزل الله: {مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قربى...} الآية"، وأنزل الله في أبي طالب: {إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}. Dari Sa'īd bin Al-Musayyib, dari ayahnya Al-Musayyib bin Ḥazn -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Tatkala (tanda) kematian datang kepada Abu Ṭālib, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendatanginya. Beliau mendapati Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berada di sampingnya. Lalu beliau berkata, “Wahai pamanku, katakanlah Lā ilāha illallāh, sebuah kalimat yang aku akan berhujah untukmu dengannya di sisi Allah.” Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah menimpali, "Apakah engkau akan meninggalkan agama Abdul-Muṭṭalib?" Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengulangi kalimat itu kepadanya, sedangkan keduanya juga mengulangi perkataan mereka tersebut. Sehingga akhir perkataan yang diucapkan Abu Ṭālib adalah bahwa dia berada di atas agama Abdul-Muṭṭalib dan enggan mengucapkan Lā ilāha illallāh. Setelah itu, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Demi Allah, aku akan memohonkan ampun untukmu selama aku tidak dilarang untuk melakukannya.” Maka Allah menurunkan (ayat-Nya): “Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya).” Dan Allah menurunkan (ayat-Nya) tentang Abu Ṭālib: “Sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjenguk Abu Ṭālib saat dia mendekati kematiannya dan beliau menawarkan kepadanya agama Islam agar menjadi penutup hidupnya sehingga dengan itu dia akan memperoleh kemenangan dan kebahagiaan (akhirat). Beliau memintanya untuk mengucapkan kalimat tauhid, namun kaum musyrikin membujuknya agar tetap berada di atas agama nenek moyangnya yaitu agama kesyirikan, karena mereka mengetahui konsekuensi dan makna kalimat ini berupa penafian terhadap kesyirikan dan pemurnian ibadah hanya untuk Allah semata. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengulang permintaan beliau kepada pamannya untuk melafalkan syahadat, maka orang-orang musyrik pun mengulangi bujukan mereka sehingga hal itu menjadi sebab terhalangnya Abu Ṭālib dari kebenaran dan sebab kematiannya di atas kesyirikan. Pada saat itu juga Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersumpah untuk memintakan baginya ampunan dari Allah selama beliau tidak dilarang melakukannya. Maka Allah menurunkan larangan tentang hal itu dan Dia menjelaskan kepadanya bahwa hidayah di tangan Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Ia kehendaki karena Allah Maha Mengetahui siapa yang pantas mendapatkannya dan siapa yang tidak pantas. Lalu Allah -'Azzā wa Jallā- menurunkan (ayat-Nya): “Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya).” Dan Allah menurunkan (ayat-Nya) tentang Abu Ṭālib: “Sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis Sawahili Page 15
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما- قال: "ما السماوات السبع والأرضون السبع في كَفِّ الرحمن إلا كَخَرْدَلَةٍ في يد أحدكم". Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-, dia berkata, "Tujuh langit dan tujuh bumi di telapak tangan Allah Yang Maha Pengasih tidak lebih hanya laksana biji sawi di tangan salah seorang di antara kalian." Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- dalam aṡar ini mengabarkan pada kita bahwa perbandingan tujuh langit dan tujuh bumi disertai kebesarannya ke telapak tangan Allah Yang Maha Pengasih, laksana perbandingan biji sawi yang kecil dengan telapak tangan salah seorang dari kita. Ini merupakan pendekatan satu penisbahan dengan penisbahan lainnya, bukan penyerupaan telapak tangan dengan telapak tangan, karena sifat-sifat Allah tidak menyerupai apa pun, sebagaimana pula zat-Nya tidak menyerupai apa pun. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Hausa Portugis Sawahili Tampilkan TerjemahanPage 16
عن أبي ذر الغفاري -رضي الله عنه- مرفوعاً: "ما الكرسي في العرش إلا كحلقة من حديد ألقيت بين ظهري فلاة من الأرض". Dari Abu Żarr Al-Gifāri -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', (Nabi bersabda), "Tidaklah Kursi dibandingkan 'Arasy melainkan seperti cicin dari besi yang dilemparkan di tengah-tengah hamparan padang pasir." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan dalam hadis Abu Żarr bahwa Kursi (milik Allah) meskipun luas dan besar, bila dibandingkan dengan 'Arasy laksana cincin dari besi yang diletakkan di tengah hamparan padang pasir yang luas di muka bumi. Ini menjadi dalil akan keagungan Sang Pencipta dan kekuasaan-Nya yang sempurna. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Sinhala Kurdi Hausa Portugis Sawahili Tampilkan TerjemahanPage 17
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قلت: يارسول الله، "من أسعد الناس بشفاعتك؟ قال: من قال لا إله إلا الله خالصا من قلبه". Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku bertanya, "Wahai Rasulullah! Siapakah manusia yang paling bahagia dengan mendapat syafaatmu?" Beliau bersabda, "Orang yang mengucapkan tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dengan tulus dari hatinya." Abu Hurairah bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang orang yang paling bahagia dengan mendapat syafaatnya dan orang yang paling beruntung dengan syafaat tersebut. Beliau mengabarkan bahwa mereka adalah orang-orang yang mengucapkan syahadat tersebut, yaitu persaksian bahwa tidak ada ilah yang hak kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dengan tulus dari hatinya tanpa dinodai oleh syirik dan ria. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Sinhala Kurdi Hausa Portugis Malayalam Telugu Sawahili Tamil Burma Tampilkan TerjemahanPage 18
عن جندب بن عبد الله -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: "قال رجل: والله لا يغفر الله لفلان، فقال الله: من ذا الذي يتألى عليَّ أن لا أغفر لفلان؟ إني قد غفرت له، وأحبطت عملك". وفي حديث أبي هريرة: أن القائل رجل عابد، قال أبو هريرة: "تكلم بكلمة أوبقت دنياه وآخرته". Dari Jundub bin Abdillah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seorang lelaki berkata, 'Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.' Allah berfirman, "Siapakah yang telah bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan?Sesungguhnya Aku telah mengampuninya dan menggugurkan amalmu." Dalam hadis Abu Hurairah disebutkan bahwa orang yang berbicara ini adalah lelaki ahli ibadah. Abu Hurairah berkata, "Ia berbicara dengan kata-kata yang menghanguskan dunia dan akhiratnya." Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan dalam bentuk peringatan mengenai bahaya lisan, tentang seseorang yang bersumpah bahwa Allah tidak akan mengampuni orang yang berdosa. Seolah-olah ia menghukum Allah dan mengekang-Nya karena meyakini bahwa dirinya memiliki kemuliaan, keberuntungan dan kedudukan di sisi Allah. Sedangkan orang yang berdosa tersebut memiliki kehinaan. Ini merupakan tindakan lancang dan kurang ajar kepada Allah. Karena itu, orang tersebut mendapatkan kesengsaraan dan kerugian di dunia dan akhirat. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Hausa Portugis Sawahili Tampilkan TerjemahanPage 19
عن عبد الله بن عمرو بن العاص - رضي الله عنه- مرفوعاً: "مَن ردته الطِّيَرَة عن حاجته فقد أشرك، قالوا: فما كفارة ذلك؟ قال: أن تقول: اللهم لا خير إلا خيرك، ولا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ ولا إله غيرك". Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū', bahwa Nabi bersabda, "Siapa yang berbalik dari keperluannya karena ṭiyarah (melihat perilaku burung) maka sungguh dia telah berbuat syirik." Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa penebusnya?” Beliau berkata, “Hendaknya dia berucap, 'Ya Allah! Tidak ada kebaikan melainkan kebaikanmu, tidak ada kesialan melainkan kesialan yang Kamu (tetapkan), dan tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain-Mu.'" Dalam hadis ini Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahukan pada kita bahwa orang yang terhalang oleh rasa pesimis untuk melaksanakan tekadnya, maka ia telah melakukan satu macam syirik. Ketika para sahabat bertanya kepada beliau mengenai kafarat (penghapus) dosa besar ini, beliau memberikan bimbingan kepada mereka dengan ungkapan mulia dalam hadis tersebut yang memuat penyerahan urusan kepada Allah dan menafikan kemampuan dari selain-Nya. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Hausa Portugis Malayalam Telugu Sawahili Tamil Burma Tampilkan TerjemahanPage 20
1: Dua kalimat syahadat adalah pondasi agama. 2: Keutamaan tauhid; dengannya Allah akan menghapuskan dosa. 3: Luasnya karunia dan kebaikan Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-. 4: Akidah tauhid berbeda dengan semua agama kafir seperti agama Yahudi, Nasrani, paganisme, dan ateisme. 5: Dua kalimat syahadat tidak sah kecuali bagi orang yang mengerti maknanya serta mengamalkan apa yang menjadi konseksuensinya. 6: Allah menggabungkan pada diri Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebagai hamba sekaligus sebagai rasul agar menjadi bantahan terhadap orang-orang yang guluw (berlebihan mengangkat derajatnya) dan yang tafrīṭ (meremehkan kerasulannya). 7: Wajib menjauhi sikap guluw dan tafrīṭ terhadap para nabi dan orang-orang saleh; kita tidak mengingkari keutamaan mereka, dan tidak juga berlebihan kepada mereka dengan memberikan pada mereka sebagian bentuk ibadah seperti yang dilakukan oleh orang-orang jahil dan sesat. 8: Menetapkan kehambaan dan kerasulan Nabi Isa. Ini adalah bantahan terhadap orang-orang Nasrani yang meyakininya sebagai anak Allah. 9: Nabi Isa diciptakan dari Maryam dengan kalimat "kun" tanpa ayah. Ini adalah bantahan terhadap orang-orang Yahudi yang menuduh Maryam telah berzina. 10: Pelaku maksiat dari kalangan orang-orang yang menauhidkan Allah tidak dikekalkan dalam neraka. 11: Menetapkan sifat kalam (berbicara) bagi Allah -Ta'ālā-. 12: Menetapkan adanya kebangkitan di hari Kiamat. 13: Penetapan sifat surga dan neraka. Page 21
1: Orang yang meninggal di atas tauhid tidak kekal dalam neraka, dan tempat kembalinya adalah surga. 2: Orang yang meninggal di atas kesyirikan akan kekal di dalam neraka. 3: Dekatnya surga dan neraka dari manusia; tidak ada jarak yang memisahkannya dengan keduanya kecuali kematian. 4: Wajib takut terhadap kesyirikan karena syarat selamat dari neraka adalah terbebas dari syirik. 5: Banyak amalan bukan menjadi ukuran, tetapi yang menjadi ukuran adalah selamat dari kesyirikan. 6: Menjelaskan makna lā ilāha illallāh, yaitu meninggalkan syirik dan mengesakan Allah dalam ibadah. 7: Keutamaan orang yang selamat dari kesyirikan. 8: Penetapan adanya surga dan neraka. 9: Yang menjadi ukuran pada amal adalah kesudahannya. Page 22
1: Orang yang meninggal di atas kesyirikan pasti masuk neraka; jika kesyirikannya tersebut syirik besar maka dia kekal di dalamnya, tetapi jika syirik kecil maka Allah akan menyiksanya seperti yang Dia kehendaki kemudian akan keluar. 2: Yang menjadi ukuran pada amal adalah kesudahannya. 3: Doa adalah ibadah yang tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah -Ta'ālā-. Page 23
1: Anjuran agar menjauhi sikap berlebihan dalam semua hal, terutama dalam beribadah dan memuliakan orang saleh. 2: Kegigihan besar yang diperlihatkan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- demi keselamatan umat beliau serta upaya kuat beliau dalam menyampaikan wahyu (berdakwah). 3: Diharamkan berlebihan dalam segala urusan. 4: Anjuran agar mempertegas perkara yang penting. 5: Anjuran bersikap pertengahan dalam semua hal. 6: Kemudahan Islam. Page 24
1: Sikap guluw (berlebihan) kepada orang saleh adalah penyebab mereka disembah selain Allah serta penyebab meninggalkan agama secara keseluruhan. 2: Peringatan terhadap perbuatan menggambar dan memajang gambar, terutama gambar orang-orang besar. 3: Peringatan terhadap tipu daya setan serta tindakannya memaparkan kebatilan dalam rupa kebenaran. 4: Peringatan terhadap bidah dan perkara-perkara baru sekalipun niat pelakunya bagus. 5: Membuat gambar termasuk sarana kepada kesyirikan sehingga harus berhati-hati agar tidak menggambar makhluk bernyawa. 6: Mengetahui nilai keberadaan ilmu dan bahaya ketiadaannya. 7: Penyebab ilmu hilang adalah meninggalnya para ulama. 8: Peringatan terhadap sikap taklid, yaitu dapat membawa pelakunya keluar dari Islam. 9: Kesyirikan telah ada sejak lama pada umat-umat terdahulu. 10: Lima nama yang disebutkan dalam ayat adalah sesembahan kaum Nabi Nuh -'alaihissalām-. 11: Menjelaskan adanya aksi kerja sama dan bahu membahu pelaku kebatilan dalam kebatilan mereka. 12: Diperbolehkan mendoakan keburukan untuk orang-orang kafir secara umum. Page 25
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: "لا عدوى وَلَا طِيَرَةَ، وَيُعْجِبُنِي الفَأْلُ. قالوا: وما الفأل؟ قال: الكلمة الطيِّبة". Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada ‘adwā (penyakit menular), tidak ada ṭiyarah (merasa sial), dan aku menyukai Al-Fa`l (optimis)." Para sahabat bertanya, "Apakah itu Al-Fa’l?" Beliau bersabda, "Perkataan yang baik." Ketika kebaikan dan keburukan semuanya ditentukan oleh Allah, maka dalam hadis ini Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menafikan penularan penyakit menular dengan sendirinya dan juga menafikan adanya pengaruh/efek ṭiyarah (perasaan sial) serta beliau menetapkan sikap optimisme dan menganggapnya baik karena optimisme merupakan bentuk prasangka baik terhadap Allah dan pendorong semangat untuk mewujudkan suatu misi, ini merupakan kebalikan dari perasaan sial dan pesimis. Kesimpulannya, perbedaan antara optimisme dan perasaan sial bisa dilihat dari berbagai segi, yang paling urgen ialah: 1. Optimisme terjadi pada sesuatu yang membahagiakan, sedangkan perasaan sial tidak terjadi kecuali pada sesuatu yang buruk. 2. Dalam optimisme terdapat prasangka baik terhadap Allah, dan seorang hamba memang diperintahkan untuk berprasangka baik kepada Allah, sedangkan di dalam perasaan sial terdapat prasangka buruk terhadap Allah, padahal seorang hamba dilarang untuk berprasangka buruk kepada Allah. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis Sawahili Tampilkan TerjemahanPage 26
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إذا عَطَسَ أَحَدُكُم فَلْيَقُل: الحَمْدُ للهِ، وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أو صاحبُهُ: يَرْحَمُكَ الله، فإذا قال له: يرحمك الله، فَلْيَقُلْ: يَهْدِيكُم الله ويُصْلِحُ بَالَكُم». Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika salah seorang dari kalian bersin, maka hendaklah ia membaca: Al-Ḥamdulillāh. Dan saudaranya atau sahabatnya hendaklah mengucapkan: Yarḥamukallāh (Semoga Allah merahmatimu). Jika ia telah mengucapkan padanya: Yarḥamukallāh, maka hendaklah ia berkata: Yahdīkumullāhu wa yuṣliḥu bālakum (Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu)." Hadis ini menunjukkan bahwa seorang Muslim jika bersin maka hendaknya ia memuji Allah -Ta’ālā- karena dengan bersinnya itu ia telah mendapatkan nikmat dan manfaat yaitu dengan keluarnya uap yang tertahan di kepalanya yang apabila masih bercokol di dalamnya sungguh akan menyebabkan penyakit-penyakit berbahaya. Oleh karena itu, disyariatkan baginya untuk memuji Allah atas nikmat ini. Kemudian wajib bagi orang yang mendengarkannya untuk menjawab dengan mengucapkan, “Yarḥamukallāh (semoga Allah merahmatimu).” Dan orang yang bersin menjawab dengan mengucapkan: “Yahdīkumullāhu wa yuṣliḥu bālakum (Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” Maka dengan bersin didapatkan manfaat yang kembali kepada orang yang bersin dan kepada orang yang mendengarkan. Ini merupakan salah satu keagungan yang menunjukkan keutamaan agama ini atas manusia. Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia China Persia Indian Hausa Tampilkan Terjemahan |