Tujuan PENDIDIKAN Agama Kristen menurut para ahli

 1

  PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan “pedagogi” yang berarti “pendidikan”. Dengan demikian, istilah “pedagogi” berarti ilmu pendidikan. Pedagogi (dalam bahasa Indonesia) atau ilmu pendidikan adalah ilmu pendidikan yang menyelidiki, dan merenungkan tentang gejala - gejala mendidik. Pedagogi berasal dari bahasa Yunani “paedagogia” yang berarti “pergaulan dengan anak-anak” Paedagogos(paedos: “anak” ; agoge: saya membimbing, memimpin”) adalah seorang pelayan dalam zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Di rumah anak - anak tersebut juga selalu dalam pengawasan dan penjagaan para paedagogos. Dengan demikian, tampak nyata bahwa pendidikan anak - anak Yunani kuno sebagian besar diserahkan kepada paedagogos .

Istilah dalam bahasa Latin yang setara dengan makna tersebut adalah “educare”, yang berarti “merawat”, memperlengkapi dengan gizi agar sehat dan kuat”. Jadi, kata educare” artinya “ membimbing keluar dari”. Dalam Ensiklopedi Pendidikan, secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai “ semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman,kecakapan, serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah” penegasan itu menyatakan bahwa pendidikan pendidikan merupakan usaha atau upaya sadar tujuan , atau bersahaja sehingga menuntut perencanaan, strategi, atau pendekatan  .

Berkaitan dengan hal itu, B.S. Mardiaatmadja mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha bersama dalam proses terpadu terorganisasi untuk membantu manusia mengembangkan dan menyiapkan diri guna mengambil tempat semestinya dalam pengembangan masyarakat dan dunianya di hadapan Sang Pencipta

Mengerucutkan berbagai pemikiran tersebut, proses belajar mengajar terjadi karena adanya pendidik dan anak didik. Pendidik (Guru) secara aktif harus dapat menerjemahkan jiwa tujuan umum dalam berbagai bentuk khusus yang dikaitkan dengan tujuan akhir. Tujuan akhir dalam hal ini adalah agar dengan pengetahuan membaca, anak – anak dapat mendalam tata susila, ilmu kebijaksanaan dalam berbagai hasil kebudayaan (Buku dan lain-lain)

Sedangkan anak didik adalah pihak yang menerima didikan. Anak didik berada dalam posisi menyiapkan diri untuk belajar dari pendidik.

Dalam aspek pengetahuan (kognitif), misalnya ada perubahan dari yang belum tahu menjadi tahu. Dalam aspek sikap (afektif), ada perubahan dari sikap anak didik yang tidak baik menjadi baik. Dalam pembelajaran ada perubahan dalam aspek ketrampilan(psikomotor), anak didik yang tidak terampil diharapkan menjadi terampil.

Allah adalah pendidik yang tiada tara (Ayb.36:22) dan tidak ada yang mengajari-Nya (Ayb.21:22; Yes. 40:14). Dia mengajarkan pengetahuan kepada manusia (Mzm.94:10), cara bertani (Yes.28:24-26), dan segala aspek kehidupan. Pengajaran Allah kepada manusia terjadi dalam sepanjang sejarah manusia.

Allah bukan hanya Pendidik, melainkan juga Perencana dan Pelaksana proses pendidikan khusus dengan anak – anak – Nya  - mulai dari penciptaan bumi dan isinya, termasuk menciptakan manusia, dan mengajarkan proses pendidikan kepada manusia.

Pendidikan dalam Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru. Pada masa Perjanjian Baru, Yesus menjadi fokus utama pendidikan. Dalam hal ini pendidikan yang dimaksud termasuk perihal belajar dan mengajar. Kata yang digunakan untuk menjelaskan belajar dan mengajar adalah, pertama, didasko yang artinya “mengajar”. Istilah ini paling banyak digunakan untuk menerangkan tentang tugas Yesus mengajar. Kedua, paideuo yang berarti “ memberikan bimbingan, mengajar, melatih” (Kis.7:22).Ketiga,noutheteo yang berarti “mempertajam pikiran” (1 Kor 4:14). Keempat, katekeo yang berarti “mengemukakan informasi, menyampaikan fakta” (Luk.1:4).Kelima,matheteuo yang berarti “menjadika murid”(Mat.28:19). Keenam,oikodomeo yang berarti “membangun, membentuk” (1 Kor 3:9), dan ketujuh, manthano berarti “ belajar melalui praktik” (Ibr. 5:8)

Para pendidik pada masa Perjanjian Baru diawali oleh Yesus, kemudian dilanjutkan para rasul dan jemaat mula - mula.Yesus adalah Guru yang sempurna dan tidak ada bandingannya di dunia, dengan pengajaran-Nya luar biasa. Tanpa diminta oleh Yesus, banyak orang selalu berbondong – bondong mengikuti Dia ke mana pun Dia pergi (Mrk.1:22; 12:37).

Sebagai Guru Agung, Yesus memberi amanat kepada para murid – Nya untuk mengajar. Hal ini tampak jelas dalam Matius 28:19-20), “... dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Ayat ini merupakan dasar pendidikan bahwa setiap murid Yesus harus mengajarkan segala sesuatu yang Dia perintahkan.

Paulus adalah pendidik yang baik. Ia menganggap pendidikan dan pengajaran dalam gereja sangat penting. Paulus mengatakan, “Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus” (2 Tim.1:13)

Murid paulus adalah Timotius. Ia merupakan buah dari hasil pendidikan agama melalui keluarga dan jemaat seperti dalam : 2 Tim. 1:15 ; 2 Tim 3:14.

Selain Rasul Paulus, Rasul Petrus juga merupakan pendidik. Petrus mengembangkan pendidikan gereja. Kitab 1 dan 2 Petrus menekankan pertumbuhan jemaat. Tujuan pendidikan di sini adalah perubahan, dan dari perubahan itu ada pertumbuhan rohani jemaat. Bila jemaat benar – benar bertumbuh, pendidikan gereja mencapai hasilnya.

2

DASAR – DASAR PAK

Pendahuluan

PAK dalam Alkitab merupakan dasar Alkitabiah yang perlu dijabarkan dan dikembangkan  menjadi pusat proses pendidikan. Alkitab menjadi visi, nilai, dan gerakan dalam kerangka pendidikan. Dengan demikian, Alkitab mengalir dalam proses pembelajaran di mana proses itu bisa berjalan dengan baik bila unsur – unsur yang terkait saling mendukung. Unsur – unsur tersebut menyangkut pendidik, anak didik, kurikulum, tujuan dan metode.

                                                            Pendidik

Pendidik adalah orang yang mengajar. Perlu dipahami bahwa proses pembelajaran pendidik Kristen dan pendidik umum sangat berbeda.

Istilah pendidik Kristen dapat kita pahami dari tiga segi. Pertama, pendidik dalam perspektif Kristen, Kedua, pendidik yang beragama Kristen, dan Ketiga, pendidik yang memberi pengajaran berkaitan dengan iman Kristen

Persyaratan yang dimiliki pendidik Kriten dan tidak dimiliki pendidik umum adalah mengenai kerohanian, serta persyaratan iman Kristen. Supaya dapat mengajar dengan lebih efektif, seorang pendidik harus memiliki persyaratan secara profesional dan persyaratan rohani. Persyaratan secara profesional meliputi keteladanan (menguasai hal yang dikerjakan), layanan yang khas (manfaatnya lebih nyata), serta diakui masyarakat dan pemerintah. Selain itu, juga persyaratan administratif akademik dan ketrampilan teknik mengajar. Sedangkan persyaratan rohani seorang guru Kristen antara lain lebih baru, dewasa rohani, serta berpegang pada Alkitab sebagai sumber utama pengajarannya. Dengan demikian, seorang guru Kristen harus memiliki keseimbangan antara perstaratan profesional dan persyaratan rohani.

                              Anak Didik

Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran, setiap guru perlu memiliki pemahaman komprehensif tentang peserta didik. Pemahaman terhadap anak didik sangat penting bagi pendidik. Jika guru berusaha mengenal peserta didik yang akan ia layani, ia akan lebih tertolong dalam merumuskan tujuan, sasaran, dan materi pengajaran yang relevan dengan kebutuhan mereka.

Menurut B.S. Sijabat, pemahaman utama mengenai peserta didik yang perlu dimiliki dan terus ditingkatkan guru adalah tentang kedudukan anak sebagai makhluk religiusi. Dengan demikian, guru dalam perspektif pendidikan Kristen harus yakin bahwa peserta didik bukan saja sebagai makhluk biologis, psikologis, sosiologis, dan kultural, melainkan juga teutama sebagai makhluk religius. Ini sesuai dengan penjelasan Alkitab bahwa manusia diciptakan sesuai dengan “gambar dan rupa – Nya” (Kej. 1:26 – 27).

Sebagai manusia, guru dan peserta didik merupakan pribadi seutuhnya. Dengan kata lain, guru dan peserta didik sekaligus memiliki dimensi lahiriah atau fisik (fsiologis) dan dimensi batiniah. Dimensi batiniah meliputi aspek jiwa, mental, dan roh. Semua unsur tersebut saling berkaitan dalam aktivitas sehari-hari terutama dalam proses belajar.

Kurikulum

            Kurikulum sebagai alat tansmisi kebudayaan, transaksi dengan masyarakat atau transformasi pribadi peserta didik. Kuikulum merupakan seperangkat program pendidikan berisi alat, tujuan, materi serta berbagai ketentuan lain untuk mengembangkan pendidikan yang disampaikan pendidik kepada peseta didik dalam proses pembelajaran sehingga anak didik akan memahami dan mengaktualisasikan pengetahuan tertentu. Materi atau isi dalam pendidikan Kristen tentu saja menyangkut isi Alkitab, yaitu fiman Tuhan yang disampaikan pengajar kepada peserta didik. Perangkat lain menjadi sarana dan penunjang, tetapi inti pengajaran adalah kebenaran dalam Alkitab yang harus dimiliki peserta didik.

Tujuan

            Tujuan umum bersifat umum seperti membentuk manusia yang bersusila, demokratis, dan menyampaikan kebudayaan. Tujuan lainnya adalah peserta didik menguasai materi pembelajaran sesuai bidang yang dipelajari. Dengan mengevaluasi tujuan pendidikan Kristen, tujuan umum pendidikan Kristen adalah mengarahkan peserta didik agar bermoral, dan berbudi pekerti kristiani sesuai firman Tuhan. Sedangkan tujuan pendidikan Kristen secara khusus menyangkut visi Allah yang datang ke dunia untuk menyelamatkannya (Yoh.3:16). Dengan kata lain, tujuan khusus pembelajaran dalam pendidikan Kristen adalah agar peserta didik mengenal, mengerti, dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi.

Metode

            Metode dapat diartikan  sebagai “teknik”, “cara”, atau “prosedur”. Dalam setiap kegiatan pembelajaran diperlukan metode yang tepat dan relevan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, dalam persiapan mengajar dengan target menghasilkan rencana pengajaran, pendidik harus memikirkan metode pengajaran secara seksama. Apalagi dalam pendidikan Kristen, materi yang disampaikan adalah firman Allah dapat dipahami dan dimengerti, bahkan diterapkan oleh peserta didik. Bukan sebaliknya, metodenya bagus, tetapi firman Tuhan yang utama malah belum dimengerti oleh peserta didik. Ada berbagai metode dapat digunakan, antara lain : ceramah, tanya jawab, diskusi, dialog, demontrasi, dan model lainnnya.

1.      PAK dalam Perjanjian Lama

                                                          Pendahuluan

Setiap manusia pada dasarnya mempunyai kesadaran religius bahwa ada suatu kodrat ilahi di atas realitas dunia, dan dalam berbagai agama. Pendidikan PAK berpangkal pada persekutuan umat Tuhan dalam Perjanjian Lama.

                                                       Latar Belakang

Bangsa Yahudi adalah bangsa yang kecil, tetapi kuat; sedikit, tetapi menyebar ke seluruh dunia; menyebar, tetapi kemurnian mereka terjaga. Mereka kadang tidak memiliki tanah air dan raja, tetapi selalu menonjol dan memberi pengaruh kuat kepada dunia. Mereka adalah bangsa yang memiliki identitas yang kuat. Mereka merupakan penganut agama Yudaisme yang memntingkan ketaatan kepada Hukum Agama. Mereka menjaga kemurnian pengajaran dari generasi ke generasi untuk memberi dasar yang teguh bagi setiap tingkah laku dan tindakan.

Hal yang paling mengesankan dalam budaya Yahudi adalah perhatian mereka terhadap pendidikan. Pendidikan menjadi bagian utama dan terpenting dalam budaya Yahudi. Semua budaya diarahkan untuk menjadi tempat mendidik para generasi muda yang kelak akan memberi pengaruh besar. Objek utama dalam pendidikan adalah mempelajari Taurat. Allah menggunakan taurat sebagai media pengajaran-Nya; pertama-tama Allah memperkenalkan diri-Nya, menyatakan pekerjaan yang telah Dia lakukan, kemudian mengarahkan pengajaran-Nya kepada hubungan Allah (pribadi-Nya) dengan manusia sebagai umat-Nya, serta manusia dengan manusia selaku umat yang telah dibebaskan dan diselamatkan.

Tinjauan Perjanjian Lama Terhadap berbagai Komponen Proses Pembelajaran

Allah sebagai Pengajar

Pengajar dalam Perjanjian Lama sangatlah kompleks, artinya orang yang berperan langsung sangatlah berbeda. Dalam Perjanjian Lama, pribadi yang termasuk pengajar adalah Allah sendiri, para nabi, hakim dan pemimpin lainnya. Sebagai sumber dasar dan prinsip kehidupan kristiani, Alkitab menjelaskan bahwa dalam membimbing manusia untuk lebih mengenal Dia, Allah telah berperan sebagai Pendidik. Sebagai Pendidik, Dia aktif memberitahukan kebenaran itu ada pada Pribadi-Nya, firman-Nya, bahkan perbuatan-Nya. Dia telah dan sedang berkomunikasi kepada manusia dengan berbagai cara dalam sepanjang sejarah (Ibr.1:1-2).

Kitab Ayub mengemukan bahwa Dia adalah Pendidik yang tiada taranya (Ayb.36:22), dan tidak ada yang dapat mengajari – Nya (Ayb.21:22; Yes.40:14). Sebaliknya Dia mengajari manusia supaya berpengetahuan (Mzm. 94:10), termasuk cara bertani (Yes. 28:24-26). Pengajaran Allah dalam sepanjang sejarah manusia dapat kita telusuri sebagai berikut:

1.    Allah mengajar Adam dan Hawa di Taman Eden (Kej. 1 – 2 ).

2.    Allah mengajar generasi berikutnya, Kain dan Habel, serta keturunan Adam lainnya (Kej. 5:22 - 24).

3.    Allah mengajar Nuh beserta keluarganya sekalipun ada tantangan dan kejahatan manusia yang parah. Sebagai akibatnya, akhirnya manusia dimusnahkan dengan air bah (kej. 6-8). Lalu Allah memberikan pendidikan dan perjanjian baru bagi Nuh dan keturunannya (Kej. 9:1-17). Allah mengajar generasi berikutnya sesudah Nuh sekalipun akhirnya mereka memberontak, dengan klimaksnya mendirikaan menara babel (Kej. 11:4)

4.    Allah mengajar Abraham (Kej 12 – 22).

5.    Allah mengajar umat Israel sejak di Mesir dan dalam perjalanan menuju Kanaan, dengan memiilih dan mempersiapkan pemimpin dan pendidik, yaitu Musa, harun, Miriam, Yosua dan Kaleb.

6.      Allah mengankat para Hakim dan iman sebagai pendidik umat.

7.      Allah mengajar umat-Nya melalui para nabi untuk menyampaikan kehendak-Nya.

Pendidikan adalah implikasi dan interpretasi Allah. Sebagai Pengajar atau Pendidik, Allah juga memberikan batasan gerak dengan memperingatkan manusia; hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia, tetapi Allah juga memberikan wewenang dan kebebasan kepada manusia sebagai umat-Nya.

Sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling mulia, manusia adalah makhluk bertanggung jawab yang diciptakan pada hari terakhir dan dalam kapasitas ‘imago Dei’(gambar Allah). Jadi, manusia sebagai peserta didik atau murid bertanggung jawab atas hal yang ia lakukan. Dalam Perjanjian Lama, Allah bukan hanya sebagai Guru yang mendidik dan melindungi, melainkan juga menyelamatkan. Kitab Keluaran 15 merupakan pasal pertama yang mengungkapkan tindakan penyelamatan Allah dalam sejarah umat Israel.

Seluruh Taurat ditulis sebagai pendidikan dasar yang diperlukan umat Allah. Dalam kitab ulangan, seluruh pendidikan yang disampaikan Allah kepada Musa diulangi secra singkat, dan menyampaikan kembali kepada umat Israel sebelum mereka masuk Tanah Kanaan.

Para Nabi sebagai Pengajar

            Menurut Yudas 1:14, daftar para nabi dimulai dari Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, yang mengumumkan peringatan mengenai hukuman yang akan datang, mungkin peristiwa air bah. Nubuat ini mungkin digenapi hingga pada hari penghukuman terakhir bila Tuhan Yesus kembali untuk menghukum segala bangsa.

            Selain itu, dengan jelas Musa ditunjuk sebagai nabi (Ul.18:17,18). Atas perintah Allah, ia telah menulis taurat bagi orang Israel. Dalam tulisannya terdapat sejumlah nubuat hidup mengenai masa depan.

            Begitu juga dengan Samuel, hamba Allah yang kuat pada masa hakim-hakim. Ia menjadi “pelihat” (1 Sam.9:9) sekitar tahun 1000 SM.

Pada awal abad 9 SM, Elia dan Elisa menjadi nabi dan pemimpin besar di Kerajaan Israel (utara). Kemudian datanglah Yoel pada pertengahan abad ke-9 hingga penghabisan abad itu. Nabi Yunus dengan berita “ sifat keistemewaan pemerintahan ilahi bagi Niniwe dan umat Israel. Pelayanannya berlangsug pada permulaan abad  ke-8 SM”.. Amos, sekitar tahun 780 SM, sangat menyadari keadaan rakyat (penyembahan berhala telah menjadi dosa nasional) saat itu sebagai suatu bangsa. Hosea, yang memulai pelayanannya sekitar tahun 745 SM, menyatakan hubungan Yehowa kepada bangsa Israel. Yesaya, nabi “Injil” yang besar dan terutama, menjadi pemberita theokrasi yang melayani Yehuda, mungkin sejak 740 hingga 698 SM. Ia menubuatkan kejatuhan bangs itu yang tidak ssampai menepati perjanjiannya. Namun, ia juga melihat lebih dahulu pekerjaan penebusan yang mulai dari “hamba Yehowa” dan  segala kemuliaan kerajaa-Nya yang akan datang. Mikha, yang hidup sezaman dengan Yesaya, menyalahkan para penguasa Yehuda yang curang dan berkhianat. Ia juga mengumumkan pelantikan orang benar. Zefanya, mungkin merupakan keturunan keempat Raja Hizkia. Yeremia (626-585 SM) adalah jurubicara di Yehuda pada masa kesengsaraan dan malapetaka meliputi seluruh bangsa. Dengan gagah berani ia menjalankan pelayanannya sehingga ia melihat penggenapan sebagai nubuat penghukuman itu. Seratus tahun kemudian, Nahum (625-612 SM) melengkapi berita yang dibawa Yunus dan menubuatkan keruntuan mutlak Niniwe, yang telah dilepaskan dari kebinasaan karena pemberitaan Yunus, nabi yang  sempat tidak taat untuk sesaat. Habakuk (610-605 SM) adalah wakil pada masa penjajahan Kasdim yang hidup sezaman Yeremia. Ia sangat dibingungkan oleh berbagai keadaan pada zamannya. Namun oleh karena Tuhan memperlakukan ia dengan penuh kesabaran, ia keluar sebagai seorang beriman dan mengumumkan solusi masalah ini kepada bangsa itu. Obaja, sedikit sukar untuk menentukan tempat Obaja menurut perhitungan waktu. Namun dalam hal ini, kita mengolongkan ia hidup sezaman dengan Yeheskiel(586). Berita yang ia sampaikan berkaitan dengan sikap bangsa edom yang suka membalas dendam terhadap Israel. Ia mencela sikap itu da menubuatkan penghukuman terhadap bangsa yang tamak. Yehezkiel bernubuat di babel (593 SM). Ia mengakui kemuliaan Allah, baik dalam  penghukuman-Nya atas bangsa yang tidak setia maupun dalam janji pemulian akhir bangsa Yehuda dan perwujudan seluruh berkat atas kerajaan theokratis itu.  Daniel (605-536 SM) bernubuat di Babel. Daniel adalah nabi pengharapan dalam masa yang gelap karena orang Yehuda telah ditawan di negeri yang jauh dari yerusalem. Namun demikian, Nabi Daniel menyatakan kemenangan dari kemuliaan bangsa Israel dalam masa yang akan datang. Kedua hal itu mengairahkan pembangunan kembali Bait Allah. Namum pewahyuan Allah kepada Zakarias meluas ke berbagai peristiwa tentang “hari-hari terakhir” masa kesengsaraan Israel dan pemulihannya yang terakhir. Malekhi, suara nabi yang terakhir dalam Perjanjian Lama, mencela keburukan dan kemunafikan agama yang penuh dengan upacara, tetapi tidak mempunyai kuasa. Beritanya berakhir dengan nubuat tentang kedatangan “surya kebenaran”, yaitu Mesias. (sumber:apuybuku.blogspot.com)

            Seseorang dapat menjadi nabi melalui panggilan Allah, tanpa membedakan suku. Ada orang yang mempunyai panggilan jelas untuk melaksanakan tugas sepanjang hidupnya, seperti Elisa, Yesaya, Yehezkiel, dan Yeremia.  Namun ada pula nabi yang mungkin hanya sekali bertugas. Seorang imam juga dapat menjadi “nabi”, misalnya Yesaya dan Yehezkiel. Ada juga nabi yang menjadi seorang raja, seperti Daud yang dipakai Tuhan untuk menyampaikan firman-Nya, dalam hal ini terutama tampak dalam Kitab Mazmur. Kuasa nabi bergantung langsung pada hubunganya dengan Allah. Nabi adalah “suara Allah”. Orang yang menghargai Tuhan akan menghargai nabi tersebut. Namun ketika seorang nabi harus menghadapi raja yang jahat, hanya Tuhanlah yang akan melindungi mereka. Oleh karena nabi ada di luar sistem pemerintahan, ia sering dipakai Allah untuk mengkritik kelakuan raja dan para imam.

            Lima pengajar yang menjadi bagian penting dalam staf sinagoge dan yang mengklasifikasikan kewajiban guru adalah:

1.      Ahli Taurat, yaitu orang yang mempelajari Taurat Musa dari hari ke hari dan mengajarkan kepada rakyat umum. Mereka sangat disegani rakyat. Mereka dianggap sebagai utusan Allah, “orang-orang alim” yang dipuji para malaikat di surga.

2.      Rabi, yaitu para mahaguru termasyhur, yang dipuji sebagai orang-orang yang sempurna

3.      Orang bijaksana

4.      Para imam

5.      Kaum pria dewasa

Pola Pendidikan Kristen dalam perjanjian Lama

       Pola dasar Pendidikan Kristen dalam Perjanjian Lama meliputi:

1.    Pelajaran yang disampaikan adalah firman Tuhan.

2.    Sumber pelajarannya adalah Allah.

3.    Pengajar yang ditentukan Allah adalah orang-orang yang dipanggil, dan disediakan Allah untuk tugas  - tugas itu. Pengajar anak-anak adalah orang tua mereka.

4.    Pelajar adalah semua umat Allah dari orang paling tua sampai anak kecil.

5.    Tempat yang digunakan adalah rumah umat atau masing-masing kelompok dimana mereka dapat berkumpul. Sedangkan untuk anak – anak, bisa dimana saja berada.

6.    Waktu mengajar adalah saat mereka dikumpulkan. Sedangkan waktu untuk anak – anak, para pengajar harus menggunakan setiap kesempatan.

2.      PAK dalam Perjanjian Baru

          (Halaman 35)

Tema pokok pengajaran agama dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian  Baru adalah karya penyelamatan  Allah bagi manusia. Dalam  Perjanjian  Baru, hal ini dinyatakan dalam pribadi Kristus dan Juruselamat. Dalam Perjanjian Baru, materi utama pendidikan melanjutkan Perjanjian Lama. Namun pada masa Perjanjian Baru, Yesuslah yang menjadi materi utama pendidikan, termasuk dalam hal belajar-mengajar.

Kata yang digunakan untuk menjelaskan belajar dan mengajar adalah “didasko” yang berarti “mengajar”. Istilah ini paling banyak digunakan untuk menerangkan tentang tugas Yesus, yaitu mengajar, “paideuo”(memberikan bimbingan, mengajar, melatih [Kis.7:22]), “noutheteo” (mempertajam pikiran [ 1 Kor. 4:14]), “Katakeo” (mengemukakan informasi, menyampaikan fakta [Luk.1:4]), “matheteuo”(menjadikan murid [Mat. 28:19]), “oikodomeo” (membangun, membentuk [ 1 Kor. 3:9]), “ manthano” (belajar melalui praktik [Ibr. 5:8])

           Inti Pengajaran

            (Halaman 36)

Tuhan Yesus Kristus layak disebut Guru Agung karena pengajaran-Nya disertai kuasa mukjizat. Oleh karena itu, manusia harus menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Sehubungan hal tersebut, ada tujuh hal utama yang menjelaskan arti penting mengajar, yaitu:

1.    Menjelaskan firman yang sudah diwahyukan (2 Tim. 2:14; 3:16-17).

2.    Menguatkan iman ( 1 Tim.4:16, 11,16; 6:3-5).

3.    Membentuk keharmonisan rumah tangga ( 1 Tim. 6:1-2).

4.    Merupakan syarat mutlak bagi pendeta dan pemimpin rohani ( 1 Tim. 3:2; 2 Tim. 2:24 ).

5.    Mendorong seseorang untuk membaca, menghayati, dan memberitakan firman Tuhan ( 1 Tim. 4:13; 2 Tim 4:2 ).

6.    Menjelaskan pertumbuhan iman ( 2 Tim. 2:2)

7.    Memuridkan (Mat. 28:19-20; 2 Tim. 2:2)

                                Metode Pengajaran

                                   (Halaman 36-37)

Selama pelayanan-Nya di dunia, Tuhan  Yesus memberikan teladan dalam metode pengajaran-Nya untuk membangun kontak dengan para pendengar, terutama murid-Nya. Metode – metode tersebut adalah:

1.    Menarik perhatian dengan pandangan mata “ Dia melihat dua saudara, Simon dan Andereas” (Mat. 4:18; Yoh.1:38); memanggil nama mereka, “Yesus melihatnya dan berkata, Engkau Simon anak Yohanis,...” (Yoh. 1:42); menggunakan kata-kata untuk menarik perhatian, “Dengarkan, sesungguhnya, lihatlah” (Mrk. 4:3; Luk. 18:17, 31; Yoh. 3:3,5)

2.    Menggunakan berbagai pertanyaan dengan menegur “darimanakah”(Mat. 21:25-27); meyakinkan“Apakah engkau tidak pernah membaca”                       (Mrk. 2:25); menguji,“ Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi  Aku” (Yoh. 21:15-17)

3.    Menggunakan ilustrasi dengan cerita untuk memunculkan perhatian     (Luk.8:4-9); menjelaskan suatu prinsip atau ajaran (Luk. 10:30 - 35)

4.    Menggunakan ceramah dan khotbah, misalnya khotbah di bukit (Mat. 5–7 ); Pengajaran di bukit zaitun (Mat. 24 - 25)

5.    Menggunakan benda atau objek, misalnya anak kecil untuk mengajar kerendahanhatian (Mat. 18:1-6); pohon yang kering untuk mengajar perlunya iman (Mat. 13, 17); uang koin untuk mengajar ketaatan kepada pemerintah (Mrk.12:13-17).

Tuhan Yesus Sebagai Pengajar PAK

(Halaman 37-41)

Yesus adalah Guru Agung yang pengajaran-Nya begitu luar biasa. Tanpa diminta pun banyak orang berbondong – bondong mengikuti kemana Dia pergi. Dalam menyampaikan berita dan pesan mengenai kasih Allah, Yesus menggunakan cara yang berbeda antara lain:

1.      Metode bercerita (Mat. 13; Mrk. 12:1-12; Luk. 8:16-18, 13:6-9, 18-21, 14:15-24; 15, 16:1-9, 18:1-14,  19:11-27,  20:9-19).

2.      Metode percakapan (Mat. 9:9-13; 12:1-8,  22:15-33; Mrk. 2:13-17, 23-28, 12:13-27; Luk. 5:27-32, 20:20-40, 5:17-32, 6:1-5; Yoh. 3:1-21; 4:1-42).

3.      Metode pengalaman langsung (Mat. 14:22-33; Mrk. 6:45-52; Yoh. 6:16-21; 13:1-20).

4.      Metode penelaahan Alkitab (Mat. 4:1-11, 5:17-48, 22-41-46; Mrk. 12:35-37; Luk. 6:20-23, 20:41-44)

5.      Metode demontrasi (Mat. 15:29-31, 32-39, 20:29-34; Mrk. 2:1-12, 8:1-10)

6.      Metode ceramah (Mat. 5:1-12, 10:16-33; Luk. 6:20-26; 12:1-12)

7.      Metode pemuridan (Mat. 4:18-22, 28:18-20; Mrk. 1:14-15, 6:6b-13;          Luk. 9:1-6 ).

8.      Metode kunjungan lapangan ( Luk. 10:1-12, 17-20).

Paulus Sebagai Pengajar Pendidikan Agama Kristen

(Halaman 41-45)

Setelah Yesus memasuki hidupnya, Paulus menjadi hamba Tuhan dengan hasrat yang berapi-api untuk memasyurkan nama Tuhan Yesus.

Setelah Yesus, orang yang pandai mengajar dalam Perjanjian Baru adalah paulus. Dalam Gereja mula-mula, Paulus menyebut dirinya sebagai guru sekaligus rasul. Menurut J.M Price, metode yang digunakan Paulus adalah:

1.      Melalui kontak pribadi. Paulus mengajar secara privat dengan pergi ke rumah-rumah.

2.      Melalui pengajaran di depan umum, baik dengan kelompok kecil maupun kelompok besar, kapan saja dan di berbagai tempat seperti sinagoge, sekolah , pasar dan sungai.

3.      Melalui surat. Pengajaran Paulus melalui surat, baik pribadi maupun kelompok, terbukti sangat efektif membawa pribadi atau kelompok bertumbuh dalam iman kepada Yesus Kristus.

Pendidikan dan pengajaran sangat berkembang dalam pertumbuhan rohani jemaat. Jemaat Perjanjian Baru telah menyadari betapa pentingnya pendidikan agama Kristen dan pembinaan jemaat. Perjanjian Baru secara keseluruhan merupakan kurikulum pertama disusun gereja untuk membina dirinya dan siapa saja yang tertarik pada amanat-Nya.

Dengan demikian , Paulus menganggap pendidikan dan pengajaran dalam gereja sangat penting. Ia menunjukkan seseorang yang merupakan buah dari pendidikan agama yang diajarkan melalui keluarga dan jemaat, yaitu Timotius.

Timotius adalah contoh hidup dari buah pendidikan agama yang turun-temurun, dan selanjutnya menjadi murid Paulus yang potensial dalam pelayanan. Paulus juga terus mengajar Timotius sampai ia bertumbuh dan berkembang melalui pengajaran dan bimbingan Paulus, serta mampu menjadi pelayan Tuhan.

Jemaat Mula – mula

(Halaman 46-47)

Sejak mulai berdiri, jemaat Kristen telah menjunjung pengajaran agama. Dalam persekutuan itu, mereka berdoa, memperbincangkan tentang berbagai pengajaran dan perbuatan Tuhan Yesus Kristus, makan bersama dan merayakan perjamuan suci. Mereka yakin bahwa sejak Roh Kudus turun, mereka adalah Israel baru. Yesus Kristus telah menciptakan Israel baru dengan Roh – Nya. Sekarang mereka berdiri dengan keadaan dan tugas baru. Akhirnya , mereka berkotbah dan mengajar supaya banyak orang juga dapat mempercayai Yesus sebagai Penebus dan Tuhan.  Sejak zaman Perjanjian Baru, jemaat Kristen sangat mementingkan pendidikan agama.

                  Penutup

(halaman 47)

Perintah Yesus untuk mengajar merupakan dasar pendidikan dalam Perjanjian Baru. Aktivitas mengajar yang dilakukan para rasul menjadi bukti bahwa memberitakan kerajaan Allah melalui prosedur pendidikan adalah hal penting dan esensial dalam Perjanjian Baru. Pelayanan mengajar bukan  hanya usaha sambilan, melainkan kegiatan pokok yang dilakukan umat Allah.

3.      Hakikat PAK dan Pendidikan

Hakekat PAK

(Halaman 48 – 51)

Pendidikan

Definisi Awam

Definisi awam pendidikan adalah “suatu cara untuk mengembangkan keterampilan , kebiasaan, dan sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik.” Tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau mengubah sifat kognitif, afektif, dan psikomotoris seseorang.

Menurut Kamus dan Ensiklopedi

1.      Kamus Bahasa Indinesia: “ pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara perbuatan mendidik.”

2.      Ensiklopedi Wikipedia : Education a sosial science that encompasses teaching and learning specifik, knowledge, beliefs, and skill. The word educatian is devided from the Latin educare meaning “ to raise”, “ to bring up”, “to train”, “to rear”, “via education/nis”, bringing up, raising.

Menurut Undang-undang

1.      UU SISDIKNAS No. 2 Tahun 1989, “ Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya untuk masa yang akan datang”

2.      UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, “pendidikan adalah usaha sadar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.”

Menurut bahasa (Etimologi)

1.      Bahasa Yunani, pendidikan berasal dari kata pedagogi, yaitu “paid” yang berarti “anak”  dan “agogos” yang berarti “membimbing”.

Oleh karena itu, istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak” (the art and science of teaching children”

2.      Bahasa Romawi, pendidikan berasal dari kata educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawah saat dilahirkan di dunia.

3.      Bahasa Jerman, pendidikan berasal dari kata erziehung yang setara dengan educare , yaitu membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak.

4.      Bahasa Jawa, pendidikan berasal dari kata pangulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran kehendak dan watak, serta kepribadian sang anak.

Menurut Para Ahli Pendidikan

1.      Langefeld, mendidik adalah mendidik anak dalam mencapai pendidikan

2.      Heagevel, membantu anak dalam mencapai kedewasaan

3.      Kihajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu hidup yang mennghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakat.

4.      Prof Abdul Hamid Al Hasyimi memberikan definisi “ pendidikan adalah prose kejiwaan dan sosial yang digunakan para pembimbing untauk mengatur dan merencanakan masa depan seseorang sejak masih dalam buaian, masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan sepanjang hidupnya.”

Definisi Menurut ilmu Psikologi

(Halaman 51)

Dalam ilmu psikologi, pendidikan “ mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat” dengan hasil “ mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar.”

Dari berbagai definisi pendidikan tersebut dapat dirumuskan bahwa dalam pendidikan harus ada pendidik dan peserta didik, dilakukan secara sadar, dan terencana mengerakan pikiran, perbuatan dan pengalaman, serta ada perubahan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotoris (ketrampilan)

4.      Bentuk – Bentuk Pendidikan

(Halaman 56-57)

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan  berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, jenjang pendidikan dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:

1.      Anak-anak Usia Dini (PAUD) mengacu pada undang – undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 1 butir 4.

2.      Pendidikan Dasar yaitu jenjang pendidikan awal selama 9 tahun pertama yang melalui jenjang pendidikan menengah

3.      Pendidikan menegah, yaitu jenjang lanjutan Pendidikan Dasar, yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun

4.      Pendidikan Tinggi, yaitu jenjang pendidikan setelah pendidikan menegah

Jalur Pendidikan

1.      Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang dilakukan di sekolah-sekolah umum. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari Pendidikan Dasar, menengah sampai pendidikan tinggi

2.      Pendidikan non-formal, meliputi pen

3.      Pendidikan informal