Tugas dan fungsi manusia diciptakan Allah di muka bumi ini

Tugas dan fungsi manusia diciptakan Allah di muka bumi ini
Berdoa di depan Masjid Hazratbal. ©REUTERS/Danish Ismail

JABAR | 9 Agustus 2021 13:01 Reporter : Novi Fuji Astuti

Merdeka.com - Pada dasarnya Islam memandang manusia dan kemanusiaan secara positif. Menurut Islam manusia berasal dari satu asal yaitu dari Adam dan Hawa.

Manusia merupakan makhluk Allah SWT dalam sebaik-baik bentuk. Di samping itu manusia dibekali dengan ilmu dan akal serta kemauan, dengan demikian dia punya kapasitas sebagai khalifah Allah di muka bumi. Maka dari itu semua ciptaan Allah di langit dan bumi adalah untuk manusia.

Setelah Allah menciptakan manusia pertama dari tanah selanjutnya Dia menciptakan manusia setelah Adam dari saripati tanah, lalu berubah menjadi air mani yang disimpan di rahim, lalu air mani berubah menjadi segumpal daging, terus menjadi tulang-belulang, lalu tulang belulang itu dibungkus dengan daging, akhirnya Allah menjadikannya sebagai makhluk.

Dalam ayat 37-39 surat al-Qiyamah Allah menegaskan bahwa Dia menciptakan manusia dari tanah dan dari air mani yang hina, kemudian meniupkan roh ke dalam tubuh manusia, lantas menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati.

Tujuan penciptaan manusia tentu bukan sebuah kesia-siaan. Sebagai makhluk yang diciptakan paling sempurna dibanding makhluk lain, sudah semestinya manusia mengetahui tujuan penciptaan manusia yang diharapkan membuat manusia jadi jauh lebih bisa bersyukur.

Berikut ini informasi mengenai tujuan manusia diciptakan menurut Islam, lengkap dengan penjelasannya telah dirangkum merdeka.com melalui liputan6.com dan jurnal.ar-raniry.ac.id.

2 dari 5 halaman

Tujuan manusia diciptakan menurut Islam yang pertama adalah sebagai pengurus bumi dan seisinya. Khalifah adalah hamba Allah yang ditugaskan untuk menjaga ke- maslahatan dan kesejahteraan dunia. Hal ini tertuang dalam ayat Al Qur'an yang berbunyi:

” Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguh- nya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan men- sucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Ayat 30 dari surat al-Baqarah adalah informasi bagi para malaikat bahwa Allah menciptakan khalifah (Adam dan keturunannya) di muka bumi. Manusia diberi derajat tinggi untuk mengatur, mengelola dan mengolah semua potensi yang ada dimuka bumi.
Tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah juga tertuang dalam QS. al-An’am ayat 165 yang berbunyi:

”Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

3 dari 5 halaman

Tujuan manusia diciptakan menurut Islam berikutnya adalah agar manusia senantiasa mengetahui maha kuasanya Allah SWT. Ini meliputi pemahaman bahwa seluruh alam semesta, termasuk bumi, tata surya dan seisisnya terbentuk atas kuasa Allah SWT.

Hal tersebut telah dijelaskan dalam QS at-Thalaq: 12 yang berbunyi:

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha-Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."

4 dari 5 halaman

Tujuan manusia diciptakan menurut Islam juga untuk mengemban amanah. Tujuan ini berupa kesanggupan manusia memikul beban taklif yang diberikan oleh Allah SWT. Tujuan penciptaan manusia ini mendidik orang-orang beriman supaya selalu memelihara amanah dan mematuhi perintah tersebut.

Hal ini sesuai dengan QS al-Ahzab ayat 72 yang berbunyi: ”Sesungguhnya kami Telah menge- mukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”

Amanah yang sudah ditetapkan tersebut agar tidak dikhianati, baik amanah dari Allah SWT dan RasulNya maupun amanah antara sesama manusia.

5 dari 5 halaman

Tujuan manusia diciptakan menurut Islam yang paling utama adalah untuk beribadah dan bertakwa pada Allah. Manusia pada umumnya diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan ayat QS.Adz Dzariyat: 56 yang berbunyi:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56)

Telah dijelaskan dalam QS.Adz Dzariyat: 56, Allah berfirman Dia menciptakan manusia dan jin semata-mata agar mereka beribadah kepada-Nya. Allah menciptakan manusia bukan hanya untuk sekedar tidur, bekerja, makan maupun minum melainkan untuk melengkapi bumi ini dan beribadah kepada-Nya.

Menurut tafsir Ibnu Qoyyim Al Jauziyah: "bahwa tujuan Allah menciptakan kita manusia serta jin dan makhluk lainnya di bumi ini adalah untuk beribadah kepada-Nya. Allah tidak mungkin menciptakan makhluk begitu saja tanpa pelarangan atau perintah" .

Tujuan ini mendidik manusia untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. (mdk/nof)

Baca juga:
Bacaan Doa Akhir & Awal Tahun Baru Islam 1 Muharram 1443, Lengkap dengan Lafalnya
Tujuan Organisasi Muhammadiyah Beserta Sejarah Berdirinya, Menarik Diketahui
Bahas Soal Saudara yang Tidak Akur, Ini Penjelasan Ustaz Subki di Tasbih Indosiar
Potret Masjid Tertua di China, Dibangun pada Abad 8 Masehi
Mengenal Jemaah An Nadzir, dari Rambut Pirang sampai Baju Serba Hitam
Najiahu Kampung Keturunan Rasulullah di China, Cucu Nabi Jadi Gubernur Pertama

Allah Swt menciptakan alam semesta dan telah menentukan fungsi-fungsi dari setiap elemen alam ini. Matahari punya fungsi, bumi punya fungsi, udara punya fungsi, begitulah seterusnya; bintang-bintang, awan, api, air, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya, termasuk manusia pun diciptakan di muka bumi ini, juga memiliki kedudukan dan tugasnya sendiri.

Sebagaimana dijelaskan di dalam banyak ayat, bahwa manusia memiliki dua predikat atau status yaitu sebagai hamba Allah Swt (`abdullah) dan sekaligus sebagai wakil Allah Swt (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia hanya sekadar makhluk sebagaimana makhluk lain ciptaan-Nya.

Oleh karena itu, tugasnya adalah menyembah dan berpasrah diri kepada-Nya. Di sisi lain, sebagai khalifatullah, manusia diberi tugas dan tanggung jawab sangat besar di muka bumi, yaitu memakmurkannya.

Tugas dan Kedudukan Manusia di Muka Bumi Perspektif Surah Al-Baqarah: 30 dan Surah Adz-Dzariyat: 56 

Allah berfirman dalam al-Qur`an surah Al-Baqarah ayat 30 sebagai berikut.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ (٣٠)

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah [3]: 30).

Ayat tersebut menyebutkan bahwasannya salah satu tugas manusia di muka bumi ini sebagai khalifah. Merujuk dari Tafsir Ibnu Katsir bahwasannya Allah Swt hendak menjadikan khalifah di bumi, yakni suatu kaum yang akan menggantikan satu kaum lainnya, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi (Tafsir Ibnu Katsir: 99).

Di dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa ke-khalifahan di bumi ini tidak hanya menghendaki Nabi Adam saja. Allah Swt lah yang paling mengetahui tentang mengapa kedudukan manusia di muka bumi ini dijadikan sebagai khalifah, sebagaimana yang dinyatakan dalam potongan ayat أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ .

Allah Swt mengetahui dalam penciptaan manusia ini terdapat kemaslahatan yang lebih besar daripada kerusakan yang dikhawatirkan dan tidak diketahui oleh malaikat. Allah menjadikan di antara mereka para nabi dan rasul. Dan di antara mereka juga terdapat para shiddiqun, syuhada`, orang-orang shalih, orang-orang yang taat beribadah, ahli zuhud, para wali, orang-orang yang dekat dengan Allah, para orang khusyu`, dan orang-orang yang cinta kepada-Nya serta orang-orang yang mengikuti rasul-Nya.

Beberapa mufassir mengatakan bahwasanya makna manusia dijadikan sebagai khalifah yaitu orang yang memutuskan perkara secara adil di antara semua makhluk (Pengantar Ulumul Qur’an: 145). Khalifah tersebut adalah Adam dan mereka yang menempati posisinya dalam ketaatan kepada Allah dan pengambil keputusan secara adil di tengah-tengah umat manusia. Manusia   tidak   akan   dapat menanggung  beban  tugasnya  sebagai  khalifah  jika  dalam  dirinya  tidak  terbentuk  perasaan tunduk, patuh, pasrah (ibadah) yang total kepada Allah. (Tafsir Ibnu Katsir: 100).

Baca juga: TGB Zainul Majdi: Makna Khalifah dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 30 Tidak Memuat Tendensi Politis

Sedangkan di dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56 dijelaskan bahwa mengabdi pada Allah Swt juga adalah tugas  manusia.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Ibnu Katsir menjelaskan makna dari ayat ini, yaitu “Aku ciptakan mereka itu dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepadaku. Bukan karena aku membutuhkan mereka. Ali bin Abi Thalhah menjelaskan sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas makna dari إِلا لِيَعْبُدُون adalah “melainkan mereka tunduk beribadah kepada-Ku baik secara sukarela ataupun terpaksa (Tafsir Ibnu Katsir: 546).

Bermula dari mufrodat(يَعْبُدُونِ) ini ketemulah istilah ‘abd yang muncul dengan peran sebagai hamba yang hidup hanya untuk menghamba kepada Tuhan. Terlepas dari realita yang ada bahwa manusia hidup membutuhkan aktifitas yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup, di sini ditegaskan semua aktivitas manusia  hanya semata untuk menghamba kepada Tuhan. Dengan memerankan itu tadi maka ‘abd (hamba) telah memenuhi nilai yang terkandung di dalam dirinya, yaitu menyembah kepada Sang Pencipta.

Baca juga: Makna Khalifah dan Tugasnya Menurut Para Mufasir

Salah satu tugas manusia di bumi adalah menjadi seorang khalifah. Tugas manusia sebagai seorang khalifah ini sendiri memiliki berbagai versi penafsiran. Tafsir Kemenag yang merupakan salah satu tafsir modern menjelaskan bahwa di dalam surah Al-Baqarah ayat 30 Allah menjelaskan khalifah itu akan terus berganti dari satu generasi ke generasi sampai hari kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi ini dan melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan. (Tafsir Kemenag RI, QS. Al-Baqarah (2) 30)

Penciptaan manusia adalah rencana besar Allah di dunia ini. Allah Maha Tahu bahwa pada diri manusia terdapat hal-hal negatif sebagaimana yang dikhawatirkan oleh malaikat, tetapi aspek positifnya jauh lebih banyak. Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa sebuah rencana besar yang mempunyai kemaslahatan yang besar jangan sampai gagal hanya karena kekhawatiran adanya unsur negatif yang lebih kecil pada rencana besar tersebut.

Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh tokoh pimpinan yang dimaksudkan itu, antara lain ialah: adil serta berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacat jasmaniah, serta berpengalaman cukup, dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah.

Kemudian di dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56 dijelaskan juga kedudukan manusia sebagai hamba Allah. Sebagaimana dijelaskan di dalam tafsir Kemenag RI bahwa ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya (Tafsir Kemenag RI: 472).

Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan.

Baca juga: Menyingkap Relasi Makna Kata Khalifah dan Khilafah dalam Al-Qur’an