Tokoh lakon yang menggambarkan karakter paling penting kedua setelah tokoh pertama adalah

tirto.id - Dalam studi bahasa dan sastra Indonesia, terdapat salah satu jenis karya sastra yang disebut drama.

Karya sastra ini dihasilkan dari beberapa unsur intrinsik yang termuat di dalamnya, meliputi tema, alur, latar, penokohan, dan tokoh.

Berbeda dengan cerita (prosa) dan puisi, drama lebih melampirkan rentetan dialog yang akhirnya menjadi sebuah kisah. Bahkan, tidak jarang karya sastra berupa naskah drama ini memiliki potensi untuk dipentaskan di panggung.

Burhan Nurgiyantoro dalam buku Teori Pengkajian Sastra (2009:23) mengungkapkan, unsur intrinsik karya sastra didefinisikan sebagai pendiri karya itu sendiri (dalam hal ini drama).

Biasanya, seluruh unsur pembangun ini tercantum di dalam drama yang dibaca, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Salah satu unsur intrinsik drama adalah tokoh. Didefinisikan sebagai pemeran, baik utama maupun tambahan, yang mengisi alur cerita.

Terdapat dua istilah tokoh yang diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, yakni tokoh protagonis dan antagonis.

Perbedaan Tokoh Protagonis dan Antagonis

Menurut Modul 3, Ceritamu Ceritaku (2018:5) terbitan Kemendikbud, tokoh protagonis adalah individu dalam cerita yang selalu mengutamakan kebenaran dan kejujuran. Dengan kata lain, protagonis bisa disebut sebagai tokoh baik yang ada dalam drama.

Sedangkan, tokoh antagonis merupakan individu yang berkebalikan sifatnya dengan protagonis. Mereka yang dalam kisah drama mententang kejujuran, kebenaran, dan watak buruk lainnya didefinisikan menjadi tokoh antagonis.

Kedua jenis tokoh yang berlainan sifat ini biasanya digunakan oleh pengarang drama dalam menyusun konflik di dalam ceritanya.

Keduanya saling bersinggungan dan beradu pendapat mengenai apa yang seharusnya hingga klimaks atau puncak cerita muncul serta mendapatkan penyelesaian.

Kendati protagonis baik, bukan berarti ia yang akan memenangkan perseteruan di akhir cerita. Antagonis juga terkadang dibuat sedemikian rupa oleh penulis agar bisa menyaingi dan mendominasi.

Contoh Tokoh Protagonis

Alexandra: Hei, apa kau lihat pria yang gagah itu. Kemarin, aku tidak sengaja mendengar bahwa ia ingin mengeluarkan separuh kekayaannya untuk membangun rumah, lalu diberikan ke orang jalanan.

Yohanna: Memang benar harus seperti itu, Alexa. Seorang manusia harus bisa membantu orang yang tidak berdaya.

Dalam kutipan dialog naskah drama tersebut, dapat disimpulkan bahwa pria yang dilihat Alexandra telah berencana melakukan suatu kebenaran, yakni membagi apa yang dia punya kepada orang yang kekurangan.

Sifat baik dan benar yang dimiliki pria itu bisa menjadi gambaran bahwa dirinya merupakan tokoh protagonis.

Contoh Tokoh Antagonis

Veronica: Ndre, kemarin sore aku melihat pacarmu bersama laki-laki lain. Bahkan, mereka berpegangan tangan sambil jalan ke arah taman.

Andre: Hah, serius? Perasaan jam empat sore kemarin aku lagi jalan sama dia. Memang benar, kami berdua pergi ke taman. Udah, lebih baik kamu jangan menuduh-nuduh!

Berdasarkan kutipan drama di atas, Veronica bisa disebut sebagai tokoh antagonis karena berusaha melakukan fitnah terhadap pacar Andre.

Secara sadar, Veronica mengungkapkan sesuatu yang tidak sebenarnya sehingga bisa disimpulkan bahwa dirinya menentang kejujuran.

Baca juga: Empat Macam Majas dalam Bahasa Indonesia, Pengertian dan Contohnya

Baca juga artikel terkait DRAMA atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/adr)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yandri Daniel Damaledo
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Tokoh lakon yang menggambarkan karakter paling penting kedua setelah tokoh pertama adalah

Perbesar

Ilustrasi Membaca | Credit: freepik.com

Menurut Sudjiman

Menurut Sudjiman (1988), penokohan lebih cenderung membahas bagaimana jalan pikir si pengarang dalam menentukan dan memilih tokoh yang nantinya berperan dalam sebuah cerita. Setelah menentukan tokohnya, maka kemudian diberi siapa nama tokoh yang tepat.

Sudjiman (1988) menambahkan bahwa tokoh jika dilihat dari fungsinya, maka dapat dibedakan menjadi dua bagian: tokoh sentral dan tokoh bawahan. Seorang tokoh yang berperan sebagai pemimpin alur sebuah cerita disebut sebagai tokoh protagonis atau utama.

Menurut Aminudin

Aminudin (2002) juga menyatakan bahwa tokoh utama selalu hadir di setiap peristiwa yang terjadi di dalam sebuah cerita. Itu juga bisa ditemui di setiap halaman novel ataupun karya buku cerita lainnya. Dengan kata lain, tokoh utama akan mendominasi sebuah cerita.

Menurut Santosa, dkk

Menurut Santosa, dkk (2008), penokohan bisa dilakukan dengan cara membedakan peran satu dengan yang lain. Perbedaan pada peran tersebut diharapkan bisa diidentifikasi oleh para penonton. Hal ini bertujuan agar penonton mampu menangkap ‘rasa’ dari peran tersebut.

Menurut Dewojati

Menurut Dewojati (2010), unsur karakter yang terdapat dalam sebuah drama bisa disebut penokohan yang juga merupakan bahan yang paling aktif menggerakkan alur. Melalui penokohan, pengarang bisa mengungkapkan alasan yang logis terhadap tingkah laku tokoh.

Menurut Nurgiyantoro

Menurut Nurgiyantoro (2000), pengertian tokoh dapat dimaknai sebagai seseorang atau sekelompok orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif dimana para pembaca dapat melihat sebuah kecenderungan yang diekspresikan baik melalui ucapan maupun tindakan.

Nurgiyantoro (2000) juga menambahkan bahwa berdasarkan tingkat perannya, tokoh dapat dibagi menjadi dua: tokoh tambahan dan tokoh utama. Tokoh utama adalah tokoh yang paling diprioritaskan dalam sebuah cerita, seperti pada novel atau karya lainnya.

Sedangkan tokoh tambahan bisa disebut sebagai tokoh pembantu yang bertugas untuk membantu peran tokoh utama. Selain itu, tokoh tambahan hanya muncul pada suatu kejadian yang berkaitan dengan peran yang dilakukan oleh tokoh utama.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Jakarta -

Dalam sebuah cerita kita pasti akan menemukan beberapa tokoh dengan karakter atau watak yang berbeda-beda. Ada protagonis hingga tritagonis.

Tokoh adalah orang yang berperan yang menjadi pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh cerita yang dalam suatu karya yang dimaksud dapat ditampilkan dalam bentuk drama/teater, cerpen, maupun novel.

Karakter atau sifat dari seorang tokoh disebut penokohan. Tujuan diciptakannya suatu penokohan adalah untuk menghidupkan jalan cerita dari tokoh atau pelaku.

Penokohan merupakan teknik bagaimana seorang pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam suatu cerita, sehingga kita dapat mengetahui karakter atau sifat para tokoh tersebut, seperti dikutip dalam modul Bahasa Indonesia Kelas XII yang disusun oleh Yenni Apriliani.

Tokoh dan penokohan biasanya diciptakan oleh penulis didasarkan sari berbagai imajinasi maupun pengalamannya.

Penokohan juga termasuk ke dalam unsur intrinsik dalam karya sastra. Unsur intrinsik tersebut terdiri dari tema, alur/plot, tokoh/penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.

Unsur intrinsik merupakan unsur dari dalam yang membentuk karya sastra. Unsur intrinsik merupakan unsur wajib yang tidak boleh dihilangkan salah satunya, karena unsur tersebut akan saling melengkapi.

Tokoh-tokoh dalam Cerita


Berdasarkan karakter atau wataknya tokoh dibedakan menjadi tiga, yaitu:

Protagonis

Protagonis adalah tokoh yang digambarkan memiliki watak baik dan bersifat positif yang banyak disukai. Biasanya menjadi tokoh utama dan pusat perhatian dalam cerita. Tokoh protagonis sering digambarkan memiliki sifat yang rendah hati, tidak sombong penyabar, jujur, dan setia, dan suka menolong.

Antagonis

Antagonis adalah tokoh yang digambarkan berwatak buruk yang biasanya menjadi musuh dari tokoh protagonis. Tokoh antagonis disebut juga sebagai tokoh penentang cerita. Tokoh antagonis sering digambarkan dengan seseorang yang memiliki sifat pendendam, pembohong, sombong, tidak bersahabat, pembuat masalah, suka pamer, dan lain-lain.

Tritagonis

Tritagonis adalah tokoh yang menjadi penengah antara tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh tritagonis digambarkan sebagai seseorang yang bersifat netral, yang terkadang bisa berpihak kepada tokoh protagonis, begitu pula sebaliknya. Namun, disaat tokoh protagonis dan antagonis terlibat dalam konflik, tokoh tritagonis akan bertindak sebagai pelerai dari keduanya.

Bagaimana Caranya Mengetahui Watak Tokoh dalam Cerita?


Cara pengarang dalam menggambarkan atau menampilkan watak tokoh, bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung (analitik): pengarang menampilkan watak tokoh secara langsung yang biasanya dijelaskan dalam teks cerita.

Secara tidak langsung (dramatik): pengarang menampilkan watak tokoh secara tidak langsung lewat. Penggambaran tokoh secara tidak langsung, dapat kita temukan melalui: Dialog antar tokoh atau percakapan tokoh.Pikiran tokoh. Ekspresi atau tanggapan tokoh lain. Lingkungan tokoh.

Keadaan fisik tokoh.

Dikutip dari modul Bahasa Indonesia Kelas XI oleh Sutji Harijanti, M.Pd, watak dari para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi yang disebut juga dengan watak dimensional.

Tiga dimensi watak tokoh adalah:

Keadaan Fisik

Diilustrasikan melalui jenis kelamin, umur, ciri-ciri tubuh, cacat jasmani, ciri khas yang menonjol, raut muka, postur tubuh tinggi/pendek, suku bangsa, kurus/gemuk, atau suka tersenyum/cemberut.

Keadaan Psikis

Psikologis yang dialami melingkupi mental, moral, watak, kegemaran, temperamental, ambisi, dan keadaan emosi.

Keadaan Sosiologis


Digambarkan melingkupi posisi kelas sosial, jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ideologi, ras, dan agama.


Nah, itu tadi penjelasan mengenai macam-macam watak tokoh seperti protagonis, antagonis hingga tritagonis dalam sebuah cerita. Detikers sekarang sudah paham kan, apa saja perbedaanya?

Simak Video "Meidian Maladi Pernah Ditimpuk Pakai Ayam Gegara Peran Antagonis"



(lus/lus)