Tensi darah tinggi berapa per berapa

Adapun anak di bawah 10 tahun juga sering kali mengalami tekanan darah tinggi karena penyakit lain, misalnya penyakit ginjal. Dalam kasus tersebut, tekanan darah anak akan kembali normal setelah mengonsumsi obat darah tinggi.

Faktor-faktor risiko

Siapa yang berisiko terkena hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Banyak faktor yang menyebabkan Anda berisiko tinggi terkena darah tinggi. Beberapa faktor tersebut, yaitu keturunan atau genetik, usia, etnis, dan jenis kelamin.

Seseorang yang lebih tua cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Pasalnya, semakin bertambah usia, tekanan darahnya pun akan semakin meningkat. Hal ini terjadi karena pembuluh darah yang kita memiliki cenderung menebal dan menegang seiring dengan pertambahan waktu.

Seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat darah tinggi juga berisiko tinggi mengalami hal yang sama. Adapun terkait dengan etnis, umumnya kondisi ini lebih sering terjadi pada orang keturunan Afrika daripada Asia. Dari sisi usia, wanita dewasa lebih mungkin mengalami darah tinggi daripada pria.

Meski Anda tidak termasuk dalam kelompok di atas, bukan berarti Anda tidak berisiko mengalami hipertensi. Pasalnya, faktor risiko yang paling utama dari hipertensi adalah gaya hidup yang buruk atau tidak sehat.

Di sisi lain, seseorang yang memiliki faktor risiko, seperti genetik, usia, dan sebagainya, juga bisa saja terbebas dari hipertensi selama menerapkan gaya hidup yang sehat.

Selain itu, beberapa faktor di bawah ini juga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena hipertensi:

  • Kelelahan
  • Diabetes
  • Asam urat
  • Obesitas
  • Kolesterol tinggi
  • Penyakit ginjal
  • Kecanduan alkohol
  • Wanita yang menggunakan pil KB

Tidak memiliki faktor risiko bukan berarti Anda tidak akan kena hipertensi. Faktor ini hanya sebagai referensi. Konsultasikanlah kepada dokter untuk detail lebih lanjut.

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Apakah tekanan darah tinggi bisa disembuhkan?

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi tekanan darah terus menerus tinggi atau lebih dari 140/90 mmHg secara permanen

Hipertensi bisa terjadi tanpa penyebab yang pasti. Namun, hipertensi juga bisa muncul karena kondisi atau penyakit lain, seperti penyakit jantung atau penyakit ginjal. Hipertensi jenis ini kemungkinan bisa sembuh dengan cara mengobati penyakit yang mendasarinya.

Akan tetapi, sebagian besar kasus tekanan darah tinggi (sekitar 85% sampai 90%) di dunia tergolong hipertensi primer. Pada beberapa kasus, penyebab hipertensi primer tidak dapat ditentukan. Pada kondisi ini, hipertensi tidak dapat disembuhkan, tetapi hanya dapat dikendalikan dengan obat darah tinggi dan gaya hidup sehat.

Dengan demikian, bila tekanan darah turun, bukan berarti Anda sembuh total dari hipertensi. Anda masih memiliki potensi risiko komplikasi penyakit yang disebabkan oleh hipertensi apabila gejalanya tidak dikelola dan tekanan darah kembali naik.

Obat & diagnosis

Apa saja obat darah tinggi yang sering digunakan?

Pengobatan hipertensi penting untuk mengurangi risiko kematian karena penyakit jantung. Adapun salah satu cara untuk mengobati kondisi ini, yaitu dengan mengonsumsi obat darah tinggi.

Beberapa obat yang sering diresepkan dokter untuk mengatasi hipertensi adalah:

  • Diuretik: chlorotiazide, chlorthalidone, hydrochlorotiazide/HCT, indapamide, metolazone, bumetanide, furosemide, torsemide, amilorid, triamterene)
  • Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor: captopril, enalapril, lisinopril, benazepril hydrochloride, perindopril, ramipril, quinapril hydrochloride, dan trandolapril)
  • Beta-blocker: atenolol, propranolol, metoprolol, nadolol, betaxolol, acebutolol, bisoprolol, esmilol, nebivolol, dan sotalol)
  • Calcium channel blocker: amlodipine, clevidipine, diltiazem, felodipine, isradipine, nicardipine, nifedipine, nimodipine, dan nisoldipine
  • Alfa-blocker: doxazosin, terazosin hydrochloride, dan prazosin hydrochloride
  • Vasodilator: hydralazine dan minoxidil
  • Central-acting agents: clonidine, guanfacine, dan methyldopa.

Obat darah tinggi pun harus dikonsumsi rutin dan tepat dosis agar manfaatnya bisa dirasakan.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk diagnosis tekanan darah tinggi (hipertensi)?

Hipertensi didiagnosis melalui tes tekanan darah. Pengukuran biasanya dilakukan beberapa kali untuk memastikan hasil yang akurat. Jika tekanan darah Anda tinggi, dokter mungkin meminta Anda untuk memeriksa kembali dan melacaknya berulang kali secara berkala.

Bila tekanan darah Anda lebih dari 140/90 mmHg dalam pemeriksaan biasa, dokter akan mendiagnosis Anda mengidap hipertensi. Jika Anda menderita penyakit kronis, misalnya diabetes atau penyakit ginjal, dan tekanan darah lebih 130/80 mm Hg, Anda juga terdiagnosis hipertensi.

Perlu dipahami juga bahwa hasil bacaan tekanan darah di dokter dan di rumah bisa berbeda. Jika Anda merasa gugup setiap berada di rumah sakit atau di tempat praktik dokter, tekanan darah Anda dapat naik pada setiap kunjungan sehingga dokter bisa mendiagnosa Anda memiliki darah tinggi. Padahal setiap dicek di rumah, tekanan darah Anda umumnya stabil.

Fenomena ini disebut juga “white coat hypertension syndrome” atau sindrom hipertensi jas putih. Untuk memastikan hal ini, dokter biasanya mengukur tekanan darah Anda lebih dari satu kali dan jauh dari ruang praktik.

Jika Anda memiliki sindrom tersebut, kemungkinan risiko tekanan darah tinggi Anda bisa terus meningkat di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa tekanan darah oleh dokter atau ahli kesehatan lain setidaknya setiap enam sampai 12 bulan. Ini akan memberi Anda banyak waktu untuk membuat perubahan gaya hidup yang mungkin bisa membantu.

Pengobatan di rumah

Apa saja perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Selain dengan obat-obatan, penderita hipertensi perlu mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat untuk membantu menurunkan tekanan darah sekaligus menekan risiko Anda terhadap penyakit lain akibat hipertensi. Beberapa perubahan gaya hidup postif yang bisa Anda lakukan adalah:

  • Diet seimbang dan diet rendah garam.
  • Olahraga teratur.
  • Tidak merokok dan tidak minum alkohol.
  • Berusaha menurunkan berat badan, jika Anda mengalami obesitas.

Selain cara di atas, Anda juga bisa melakukan upaya alami lainnya untuk membantu menurunkan tekanan darah, seperti teknik pernapasan dan relaksasi otot. Kedua hal tersebut dapat membantu menghilangkan stres yang juga menjadi pemicu naiknya tekanan darah.

Selain itu, Anda pun perlu rutin memeriksakan tekanan darah secara berkala dan mengikuti rencana perawatan dokter untuk dapat mengawasi dan mengendalikan kondisi kesehatan Anda.

Hal-hal tersebut perlu dilakukan seumur hidup. Selain untuk menurunkan tekanan darah, Anda perlu melakukannya untuk mencegah kenaikan tekanan darah semakin tinggi pada usia lanjut. Pasalnya, seiring pertambahan usia, tekanan darah Anda cenderung lebih tinggi dan pelan-pelan naik setelah Anda mencapai usia 50 tahun.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Komplikasi

Apa komplikasi dari tekanan darah tinggi yang mungkin terjadi?

Hipertensi umumnya memang tidak menimbulkan gejala. Oleh karena itu, sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa dirinya memiliki darah tinggi bila tidak rutin melakukan cek tekanan darah.

Bila kondisi ini dibiarkan atau tidak ditangani dengan tepat dapat berujung pada kompliksi penyakit lainnya. Berikut beberapa komplikasi hipertensi yang mungkin terjadi:

Tekanan darah 140 90 Apakah normal?

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa tekanan darah yang normal adalah sekitar 100-140 mmHg untuk sistoliknya, dan 60-90 mmHg untuk diastoliknya. Jadi, seseorang akan didiagnosis mengidap tekanan darah tinggi jika hasil tensinya menunjukkan angka di atas 140/90.

Apakah tekanan darah 150 90 Berbahaya?

Jika salah satu dari dua angka (sistolik dan diastolik) terlalu tinggi, maka, tekanan darah dianggap tidak normal. Kamu dianggap prehipertensi jika sistolik secara konsisten berada di antara 120-140 mmHg dan diastolik berada di antara 80-90 mmHg. Jika lebih dari 140/90 mmHg, maka, kamu berisiko mengidap hipertensi.

Tekanan darah 160 100 Apakah normal?

Bila tidak diobati, tekanan darah akan melebihi 140/90 mmHg hingga 160/100 mmHg, ini disebut dengan tahapan hipertensi tahapan I. Kemudian, bila kondisi bertambah buruk maka tekanan darah bisa melebihi 160/100 mmHg, ini disebut dengan tahapan hipertensi tahapan 2.

Tekanan darah 160 90 Apakah normal?

Normal tinggi: sistolis 130-139 mmHg atau diastolis 85-89 mmHg. Hipertensi tingkat 1: sistolis 140-159 mmHg atau diastolis 90-99 mmHg. Hipertensi tingkat II: sistolis ≥160 mmHg atau diastolis ≥100 mmHg.