Tempat pembuangan sampah terbesar di indonesia

TPA tidak hanya ada di Indonesia saja. Faktanya, Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah atau landfill tercatat pertama kali beroperasi di Fresno Municipal Sanitary Landfill di California, Amerika Serikat, pada tahun 1937.

Menurut kutipan berita dari Liputan6.com pada 2019, Indonesia disinyalir memiliki kurang-lebih 400 TPA dengan hanya 10%-nya saja yang beroperasi optimal. Amerika Serikat memiliki total kurang lebih 2000 TPA yang masih aktif, sementara banyak TPA lainnya yang sudah dinyatakan tidak aktif dan beralih fungsi menjadi taman umum.

Tempat pembuangan sampah terbesar di indonesia
Gambaran lokasi TPA aktif dan non-aktif di Amerika Serikat – sumber: saveoenergy.com

Sebagian besar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di Amerika memenuhi wilayah West Coast, bahkan Staten Island dulunya merupakan salah satu wilayah pembuangan sampah terbesar di dunia. 

TPA Terluas di Amerika Serikat

Puente Hills Sanitary Landfill di Los Angeles, California, merupakan salah satu Tempat Pemrosesan Akhir Sampah terbesar di Amerika dengan ketinggian gunungan sampah mencapai 500 kaki (150 meter / gedung 40 lantai) di lahan seluas 700 hektar. Dibuka pada tahun 1957 dan diambil alih oleh Sanitation Districts pada tahun 1970, TPA Puente Hills dinyatakan tidak lagi beroperasi sejak 31 Oktober 2013. 

Tempat pembuangan sampah terbesar di indonesia
Puente Hills Sanitary Lanfill – Sumber: Waste360

Untuk mengantisipasi longsor, sampah di Puente Hills Sanitary Landfill dipadatkan dan dibentuk berundak. Menurut catatan historis, salah satu cara untuk mengatasi hama tikus di Puente Hills adalah dengan cara pemadatan sampah tersebut, sehingga tikus dapat mati tergencet atau kehabisan oksigen.

Selain Puente Hills Sanitary Landfill,  berikut adalah daftar 30 TPA terluas di Amerika Serikat, beserta jumlah sampah yang dikelola setiap tahunnya dan tahun perkiraan terakhir beroperasi:

Tempat pembuangan sampah terbesar di indonesia
Daftar 30 TPA terluas di Amerika Serikat – sumber: wastetoday.org

Selama lebih dari 80 tahun, penduduk Amerika Serikat telah melewati serangkaian risiko dan manfaat dari penutupan TPA lama dan pembukaan TPA baru, ataupun revitalisasi dan reklamasi. Tidak berbeda dari Indonesia, Amerika Serikat juga sedang dan pernah berkutat dengan masalah emisi gas metana (CH4) di TPA.

Tempat pembuangan sampah terbesar di indonesia
Tingkat produksi gas metana (CH4) di TPA negara bagian Amerika Serikat – sumber: saveoenergy.com

Saat ini, TPA di Texas dan California masih merupakan 2 negara bagian Amerika Serikat yang paling banyak menghasilkan gas metana (CH4) yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang bisa mempercepat penipisan lapizan ozon. 

Tingginya produksi gas metan (CH4) ini disinyalir karena banyaknya sampah makanan yang menumpuk di TPA, apalagi dengan fakta bahwa Amerika Serikat memiliki 913.246 total peternakan sapi dan anak sapi (NBCA.org) yang salah satu produk buangannya adalah feses dan sisa organ tubuh ternak yang menghasilkan gas metan. 

Menurut artikel globalcitizen.org, penduduk Amerika Serikat menghasilkan sampah 3 kali rata-rata sampah yang dihasilkan penduduk dunia setiap tahunnya. Dengan produksi sampah yang cukup tinggi dan tingkat daur ulang hanya 35,2% (Jerman memegang tingkat daur ulang sampah tertinggi di 56,1% di 2020, Indonesia masih di bawah 10%), Amerika Serikat juga masih mencari solusi terbaik untuk mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA.

China yang Mulai Bergerak untuk Mengurangi Sampah di TPA Mereka

China mengelola sampahnya dengan 2 metode utama: pemrosesan sampah di landfill dan insinerasi. Menurut data tahun 2017, China tercatat memiliki 654 lokasi landfill dan 286 fasilitas insinerasi sampah. 

TPA Terbesar di China Penuh 10 tahun Lebih Cepat

TPA Jiangcungou di wilayah Shaanxi dengan luas kurang lebih 100 kali luas lapangan sepak bola dinyatakan penuh dan tidak lagi bisa beroperasi 10 tahun lebih cepat dari perkiraan. Hal ini dikarenakan dari batas penerimaan sampah TPA Jiangcungou yang semula hanya 2500 ton per hari, naik menjadi 10.000 ton setiap harinya, sehingga TPA  Jiangcungou yang semula dimaksudkan bertahan hingga 2044 diperkirakan akan kelebihan kapasitas lebih cepat.

Tempat pembuangan sampah terbesar di indonesia
TPA Jiangcungou di China – sumber:  Sixth Tone

China merupakan salah satu negara penghasil sampah terbesar di dunia. Menurut studi dari Jenna Jambeck di 2016, China merupakan negara penyumbang sampah lautan terbesar di dunia (Indonesia menduduki rangking kedua). Sadar dengan situasi pengelolaan sampah negaranya yang cukup mendesak, China pun mulai memberlakukan peraturan untuk meningkatkan daur ulang dan mengurangi jumlah sampah.

Beberapa di antaranya adalah dengan meniadakan impor sampah di tahun 2017 dan memberlakukan peraturan pemilahan sampah menjadi 4 jenis (sampah daur ulang contohnya botol dan kaleng, sampah B3, sampah organik, dan sampah lainnya) di Shanghai pada 2019.

China Berhenti Mengimpor Sampah di Tahun 2017

Menurut data dari badan statistik China, penduduk China menghasilkan kurang lebih 0,72 kg sampah setiap harinya. Belum ada data yang jelas tentang berapa tingkat daur ulang China, namun China berencana untuk mendaur ulang 35% sampah yang dihasilkan setiap tahunnya. Hal ini cukup mengherankan, mengingat China mengimpor banyak sampah dari negara lain untuk mendukung industri daur ulang mereka.

Pada tahun 2017, China menyatakan berhenti menerima impor sampah dari negara lain, bahkan berusaha mengembalikan sampah yang sudah terkumpul. Beberapa jenis sampah yang tidak lagi diterima oleh China sejak akhir tahun 2017 adalah sampah plastik pasca pemakaian makhluk hidup, sampah tekstil, juga abu residu yang mengandung arsen atau metal.

Mengingat banyaknya dan lamanya China menerima impor sampah dari negara lain selama bertahun-tahun, keputusan China ini cukup berpengaruh pada sistem pengelolaan sampah banyak negara lainnya, yaitu UK, Amerika Serikat, serta beberapa negara di Asia.

China Perangi Produksi Sampah Makanan yang Berakhir di TPA

Data earth.org menunjukkan bahwa China menghasilkan 25% sampah dunia dan sebagian besar merupakan sampah makanan. Hal ini mendorong pemerintahnya untuk mulai mempertimbangkan kebijakan Clean Plate Campaign pada Agustus 2020, yaitu mengurangi produksi sampah makanan dengan memastikan masyarakat China mengonsumsi makanan secukupnya dan tidak menyia-nyiakan makanan.

Tempat pembuangan sampah terbesar di indonesia
Imbauan untuk tidak menyisakan makanan di salah satu restoran di China – Sumber:  Gettyimages

Beberapa metode Clean Plate Campaign menurut artikel nytimes.com mungkin disalahartikan oleh masyarakat China adalah adanya restoran yang menempatkan timbangan badan yang nantinya akan menentukan berapa jumlah makanan yang boleh dikonsumsi tamu juga adanya ketentuan untuk diskualifikasi beasiswa bagi murid yang mengonsumsi lebih banyak makanan dari yang seharusnya. Adanya metode Clean Plate Campaign yang berkesan authoritarian ini mengundang pertanyaan dan spekulasi tentang tujuan sebenarnya dari kampanye tersebut.

Pemerintah China menyatakan bahwa adanya Clean Plate Campaign dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah organik yang berakhir di TPA, namun beberapa sumber memprediksi bahwa mungkin munculnya Clean Plate Campaign ini dikarenakan pandemi COVID-19 yang mulai berlangsung di China sejak akhir tahun 2019 dan telah berdampak pada industri pertanian dan distribusi bahan makanan di China. Belum lagi kejadian banjir besar di China pada Juli-Agustus 2020 yang selain menelan banyak nyawa juga merusak pertanian.

Swedia yang Berhasil Memastikan Kurang dari 1% Sampahnya Berakhir di TPA

Swedia termasuk negara yang berhasil mencapai tingkat daur ulang hingga 47% (tertinggi adalah Jerman dengan tingkat daur ulang 56,1% di 2020). Sistem pengelolaan sampah di Swedia termasuk yang paling efisien dan efektif, hingga mereka harus mengimpor sampah agar industri daur ulangnya tetap berjalan.

Pada awal tahun 1990-an, Swedia memiliki 400 TPA, tapi saat ini jumlahnya berkurang hingga 140. Sebagian besar sampah residu penduduk Swedia diproses di 34 fasilitas insinerasi atau fasilitas Waste to Energy yang tersebar di Swedia.

Disebutkan bahwa 2.000 ton sampah residu yang diinsinerasi di fasilitas WTE Swedia dapat menghasilkan energi setara 670.000 ton minyak bumi. Untuk negara dengan iklim dingin, energi yang dialihkan untuk mesin penghangat dan listrik tersebut tentu sangat penting.

Tempat pembuangan sampah terbesar di indonesia
Salah satu fasilitas waste-to-energy di Swedia – sumber: Treehugger

Proses insinerasi dan waste-to-energy sempat mengundang kontroversi karena insinerasi dikatakan bukanlah daur ulang dan proses pembakaran sampah tersebut disinyalir masih melepaskan sejumlah zat berbahaya ke udara.

Beberapa sumber memang menyatakan proses insinerasi di fasilitas Waste to Energy Swedia dikatakan sudah aman dan meminimalisir jumlah dioksin yang terlepas ke udara, namun fakta bahwa Swedia dikatakan menerima jasa insinerasi sampah dari negara lain juga mengundang cukup banyak pro dan kontra.

Miljönär-vänlig: Langkah Selanjutnya dari Ajakan Mendaur Ulang

Di Indonesia dan banyak negara lainnya, kita banyak mendengar ajakan mendaur ulang: mulai dari penjelasan pentingnya mendaur ulang, hingga tawaran untuk menukar sampah daur ulang dengan sejumlah uang.

Namun, Swedia telah mengambil langkah selanjutnya untuk semakin menerapkan konsep 3R (Reduce-Reuse-Recycle) dan circular economy, yaitu ajakan untuk menghindari daur ulang sepenuhnya dengan menerapkan konsep memperbaiki (repairing), berbagi (sharing), dan menggunakan kembali (reusing). 

Tempat pembuangan sampah terbesar di indonesia
Gerakan Miljönär-vänlig yang menjadi salah satu faktor pendukung revolusi pengelolaan sampah di Swedia – Sumber: European 

Miljönär-vänlig sendiri merupakan gabungan kata yang berarti milyuner dan lingkungan, yaitu konsep bahwa seseorang dapat menjadi kaya secara ekonomi sambil menyelamatkan lingkungan dengan membiasakan budaya memperbaiki (repairing), berbagi (sharing), dan menggunakan kembali (reusing) sebelum mengeluarkan uang untuk membeli barang baru.

Bentuk Dukungan Swedia Terhadap Program EU Commission untuk Terapkan Circular Economy

Adanya pengurangan jumlah TPA dan pengurangan jumlah sampah yang berakhir di TPA di Swedia ini juga disinyalir merupakan dukungan terhadap program EU Commission yang salah satunya menargetkan adanya larangan untuk penumpukan material yang masih bisa didaur ulang di TPA pada tahun 2025 dan mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA hingga kurang dari 10% pada 2030. Kesepakatan EU Commission ini bertujuan untuk menerapkan konsep circular economy pada setiap negara yang tergabung dalam EU Commission. 

Menjadi Pelopor, Bukan Pengikut

Ada banyak hal yang bisa kita simpulkan dari pengalaman negara lain dalam mengelola sampah di TPA mereka (Baca juga: Negara-negara dengan Sistem Pengelolaan Sampah yang Menarik). Tidak semuanya harus kita ikuti, ada beberapa hal yang bisa kita temukan solusinya sendiri yang sesuai dengan budaya dan kebutuhan Indonesia.

Pengelolaan sampah secara end of pipe, yang menganut kumpul-angkut-buang terbukti tidak lagi efektif. Saat ini, hampir semua negara disarankan dan berlomba-lomba untuk segera menerapkan prinsip ekonomi sirkular dalam bisnis dan industri.

Selain untuk memperpanjang umur material, mengurangi konsumsi sumber daya alam tidak terbarukan, juga untuk mengurangi sampah yang berakhir menumpuk di TPA–semuanya bertujuan untuk memperbaiki dan mencegah kerusakan lingkungan lebih jauh.

Belajar dari Amerika Serikat yang telah bertahun-tahun menutup dan membuka lahan baru untuk TPA, China yang dulu sempat menerima impor sampah negara lain dan saat ini berjuang untuk mengurangi tumpukan sampah di negaranya, juga Swedia yang terhitung sukses mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA namun masih mencari solusi untuk mencari sumber energi lain sekiranya tidak ada lagi sampah yang bisa dibakar, kita bisa menemukan cara terbaik bagi masyarakat Indonesia yang masih membutuhkan banyak edukasi tentang pentingnya memilah sampah dan tidak membuang sampah secara ilegal ke lingkungan.

Satu hal yang pasti, dibutuhkan kolaborasi dari pemerintah, swasta, masyarakat, dan semua pemegang kepentingan penting untuk revolusi pengelolaan sampah yang sukses. 

Waste4Change mendukung semua langkah menuju manajemen sampah yang lebih bai lewat layanan pengadaan solusi pengelolaan sampah yang holistik, mulai dari edukasi, kampanye, konsultasi, pengangkutan hingga daur ulang.

Waste4Change berpengalaman dalam proyek yang melibatkan riset waste-to-energy, pengadaan sistem pengelolaan sampah organik, edukasi masyarakat pesisir untuk pengenalan ecotourism, hingga penelitian material sampah untuk daur ulang. Waste4Change mendukung zero-waste to landfill, 3R (Reduce-Reuse-Recycle), dan circular economy untuk sistem manajemen sampah Indonesia yang lebih bertanggung jawab.

Sumber:

  • https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2012/06/120604_brazil_rubbish_closesam.shtml
  • https://www.bbc.com/news/world-asia-50429119#:~:text=China’s%20largest%20dump%20is%20already,any%20landfill%20site%20in%20China.
  • https://www.fastcompany.com/3062853/these-maps-show-how-much-of-the-us-is-covered-in-landfills#:~:text=There%20are%202%2C000%20active%20landfills,Fresno%2C%20California%2C%20in%201937.
  • https://www.globalcitizen.org/en/content/us-landfills-are-filling-up/
  • https://www.saveonenergy.com/land-of-waste/#:~:text=A%20Tale%20of%20Thousands%20of%20Dumps&text=The%20circa%201937%20Fresno%20Municipal,and%20future%20landfills%20followed%20suit.
  • https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3902025/cerita-akhir-pekan-setumpuk-masalah-tempat-pembuangan-akhir-sampah-di-indonesia#:~:text=Di%20Indonesia%20ada%20lebih%20dari,persen%20yang%20beroperasi%20secara%20maksimal.
  • https://www.theatlantic.com/technology/archive/2013/04/touring-the-largest-active-landfill-in-america/274731/
  • https://www.triplepundit.com/story/2016/fixing-americas-waste-problem/23506
  • https://theprint.in/world/is-china-running-out-of-food-xi-jinpings-clean-plates-campaign-is-causing-rare-anxiety/486317/
  • https://www.nytimes.com/2020/08/21/world/asia/china-food-waste-xi.html
  • https://reason.com/2020/08/22/china-announces-authoritarian-campaign-to-combat-food-waste/
  • https://sweden.se/nature/the-swedish-recycling-revolution/
  • https://www.independent.co.uk/environment/sweden-s-recycling-is-so-revolutionary-the-country-has-run-out-of-rubbish-a7462976.html