Kelan gkaan benih unggul seringkali dirasakan ditingkat petani, padahal proses produksi bisa dilakukan sendiri dihamparan sawahnya namun karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam hal produksi benih sehingga kelangkaan benih masih terus dirasakan. Benih Unggul merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman dan perannya tidak dapat di gantikan oleh faktor lain, karena benih sebagai bahan tanaman dan sebagai pembawa potensi genetik terutama untuk varietas-varietas unggul. Keunggulan varietas dapat dinikmati oleh konsumen bila benih yang ditanam bermutu.Dalam pertanian modern, benih/bibit berperan sebagai paket keunggulan teknologi bagi petani dan konsumen lainnya. Paket keunggulan teknologi tersebut harus dapat terus berkembang dan dapat tersedia secara tepat (Hidayat, 2006). Keunggulan varietas dan mutu benih merupakan justifikasi utama untuk membangun sistem produksi benih bersertifikat (Tripp, 1995). Penyediaan benih unggul memegang peranan yang menonjol diantara teknologi yang dihasilkan melalui penelitian, baik dalam kontribusinya terhadap peningkatan hasil persatuan luas maupun sebagai salah satu komponen utama dalam pengendalian hama dan penyakit. Selain itu, varietas unggul dinilai mudah diadopsi petani dengan tambahan biaya yang relatif murah dan memberikan keuntungan langsung kepada petani. Salah satu pendekatan sistem produksi benih unggul yang dapat dilakukan di Sulawesi Barat saat ini adalah Pengembangan Penangkaran Benih Berbasis Masyarakat, di mana masyarakat tani secara berkelompok (poktan) didorong memproduksi sendiri kebutuhan benihnya pada hamparan kelompoknya, sehingga akan lebih menghemat waktu dan biaya, dan untuk selanjutnya dapat menjadi unit produksi benih sumber yang berorientasi agribisnis. Upaya yang diperlukan untuk mendukung hal tersebut antara lain peningkatan kemampuan para penangkar serta penguatan kelembagaan mereka melalui penyuluhan dan pendampingan. Varietas-varietas berdaya hasil tinggi yang telah diproduksi Badan Litbang Pertanian perlu ditawarkan kepada para petani untuk memperkaya pilihan mereka, baik yang sudah berkembang, maupun varietas baru yang berpeluang sebagai produk agribisnis kedepan yang dapat mendorong peningkatan pendapatan dan kesejahteraan para petani dan masyarakat pada umumnya. Kiat-kiat atau langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk memproduksi benih unggul adalah sebagai berikut:
Sedangkan untuk pupuk urea, takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan menggunakan teknologi Bagan Warna Daun (BWD). Pemupukan dengan menggunakan BWD adalah sebagai berikut: Apabila pengujian seperti di atas tidak memungkinkan, maka dapat digunakan anjuran umum pemupukan sebagai berikut: 120-240 kg urea, 100-120 kg SP36, dan 100-150 kg KCl per hektar. dengan waktu pemberian sebagai berikut:
Pada musim hujan, takaran pupuk dianjurkan lebih rendah daripada musim kemarau.
Untuk tujuan tersebut, pertanaman petak pembanding (pertanaman check plot) dengan menggunakan benih autentik sangat disarankan. Pertanaman ini digunakan sebagai referensi/acuan di dalam melakukan rouging dengan cara memperhatikan karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 4. Rouging atau seleksi tanaman atau rumpun yang menyimpang dilakukan pada beberapa tahap yaitu: (a) Stadia Vegetatif Awal (35-45 HST) (b) Stadia Vegetatif akhir/anakan maksimum (50-60 HST) (c) Stadia Generatif awal/berbunga (85-90 HST) (d) Stadia generative akhir/masak (100-115 HST). Panen dan Pengolahan Benih Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah menguning. Benih padi ketika baru dipanen masih tercampur dengan kotoran fisik dan benih jelek. Oleh karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih yang mulai menarik perhatian petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi lapang yang lebih luas. Untuk menjamin ini, maka tak pelak lagi cara panen yang baik, perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah untuk benih akan menentukan mutu benih. Faktor yang paling utama adalah pengeringan benih, benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-12%. Setelah menjadi benih dan siap simpan, benih harus dikemas secara baik dan disimpan ditempat dengan kondisi khusus untuk penyimpanan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses panen dan pengolahan benih adalah sebagai berikut: a. Persiapan Panen Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB. Sebelum panen dilakukan, semua malai dari kegiatan roguing harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen. Hal ini untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai sisa roguing. Selain itu, perlu disiapkan peralatan yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal, alat perontok (threser), karung dan tempat/alat pengering) serta alat-alat yang akan digunakan untuk panen dibersihkan. b. Proses Panen Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih. Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok dengan threser atau potong bawah lalu digebot. Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label yang berisi : nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat calon benih.; lalu diangkut ke ruang pengolahan benih. c. Pengeringan Benih Penurunan kadar air perlu harus segera dilakukan karena pada umumnya calon benih masih mempunyai kadar air panen yang tinggi. Pada tingkat kadar air yang tinggi, calon benih bisa diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan. Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara penjemuran dan pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antar benih dari varietas yang berbeda. Gunakan lamporan/alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan. Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati. Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan kadar air benih setiap 2-3 jam sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air benih tersebut. Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah) d. Pengolahan Benih Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih, pemilahan (grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Tujuan pembersihan ini selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, maupun daun padi yang terikut) juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih dalam skala kevil dapat dilakukan secadapat dilakukan secara manual dengan menggunakan nyiru (ditapi). Sedangkan pada skala produksi yang lebih besar, penggunaan mesin pembersih benih seperti air screen cleaner atau aspirator akan meningkatkan efisiensi pengolahan. e. Pengemasan Benih Pengemasan benih selain bertujuan untuk mempermudahkan di dalam penyaluran/transportasi benih, juga untuk melindungi benih selama penyimpanan terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan insek. Oleh karena itu, efektifitas atau tidaknya kemasan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mempertahankan kadar air, viabilitas benih dan serangan insek. Pengemasan sementara selama pengolahan benih berlangsung atau setelah selesai pengolahan sampai menunggu hasil uji lab keluar dan label selesai dicetak, benih dapat dikemas dalam karung plastik yang dilapis dengan kantong plastik di bagian dalamnya. Sedangkan untuk tujuan komersial/pemasaran benih, benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong plastik tebal 0.08 mm atau lebih dan di-sealed/ dikelim rapat. Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB dan label selesai dicetak. Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Pengemasan dan pemasangan label benih harus dilakukan sedemikian rupa, agar mampu menghindari adanya tindak pemalsuan. f. Penyimpanan Benih Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi penyimpanan yang mampu mempertahankan mutu benih seperti saat sebelum simpan sepanjang mungkin selama periode simpan. Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu benih awal simpan dan kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang layak untuk disimpan. Sedangkan kondisi ruang yang secara nyata berpengaruh terhadap daya simpan benih adalah suhu dan kelembaban ruang simpan. Penulis: Religius Heryanto, S.ST Page 2
Berasan jagung termodifikasi yaitu berasan jagung yang telah disosoh dan dipecah menjadi butiran yang lebih kecil, kemudian diproses dengan perendaman menggunakan starter mikroba. Direbus, lalu dikeringkan, dan dikemas. Dengan perendaman mikroba tersebut terjadi fermentasi yang terkendali, sehingga mutu berasan jagung konsisten. Dan dengan adanya fermentasi maka akan meningkatkan nilai cerna pati produk, dan dengan proses ini akan mempercepat waktu tanak berasan jagung tersebut. Keunggulan:
Manfaat:
Inventor:
Sumber : BB Pasca Panen Page 3
Model Agroindustri Padi Terpadu adalah strategi usaha penggilingan padi terpadu yaitu beras menjadi bentuk keuntungan dan mengoptimalkan pengolahaan hasil samping dan limbah menjadi produk bernilai komersial sebagai pendapatan tambahan. Keunggulan:
Manfaat:
Inovator : Sumber: BB Pasca Panen Page 4
Dedak padi merupakan salah satu produk samping dari penggilingan padi. Di dalam dedak terdapat minyak dedak padi dengan kandungan nutrisi berupa tocopherol, tocotrienol dan oryzanol. Nutrisi tersebut merupakan antioksidan alami yang membantu melawan radikal bebas pada tubuh, terutama penyakit kanker. Berdasarkan kandungan nutrisinya, minyak dedak padi berpeluang diproses lebih lanjut untuk meningkatkan nilai tambahnya dalam bentuk food suplement, dengan menggunakan metode ekstraksi pengadukan dengan pelarut. Keunggulan :
Hasil Penelitian Tahun 2007 :
Sumber; BB Pasca Panen Page 5
Pendahuluan Kandungan bahan organik tanah sebagian besar lahan di Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir menurun drastis bahkan sangat rendah. Sebagian besar lahan sawah maupun lahan perkebunan mempunyai kandungan bahan organik yang sangat rendah (<2%) . Terabaikanya pengembalian bahan organik kedalam tanah dan intensifnya penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian menyebabkan mutu fisik dan kimia tanah menurun atau yang disebut kelelahan lahan (land fatigue). Kodisi tanah yang demikian menyebabkan biota tanah yang berpengaruh terhadap fiksinasi nitrogen dan kelarutan fosfat menurun, miskin hara mikro, perlindungan terhadap penyakit rendah, boros terhadap penggunaan pupuk dan air, serta tanaman peka terhadap kekeringan. Untuk mengatasi penurunan bahan organik tahan khususnya pada laha-lahan kakao rakyat Sulawesi barat, dilakukan pembuatan pupuk organik berbahan baku lokal, seperti sisa-sisa tanaman, pangkasan pohon pelindung, kulit buah kakao, daun kakao yang sudah kering dan sisa pemangkasan kakao. Untuk mempercepat proses pelapukan bahan organik tersebut digunakan beberapa jenis mikroba;
Mikroba tersebut telah dipasarkan, dalam bentuk kemasan dengan merk PROMI. Bahan-Bahan Kulit kakao, ranting, rumput-rumputan, jerami, serasahan, kotoran ternak/pupuk kandang (dapat terpisah atau sebagai campuran). Peralatan Peralatan yang digunakan antara lain sabit/parang, bak/drum untuk tempat air, ember untuk menyimpan aktivator, kayu sebagai penganduk, gembor untuk menyemprot, sekop, cangkul/garpu. Dosis Dosisnya adalah 1 kg promi untuk 1 ton bahan. Proses Pembuatan
Pengamatan setelah dinikubasi selam 21-30 hari, amati tumpukan sampah tersebut. Proses pengomposan berhasil baik jika:
Lakukan tindakan berikut jika:
Ciri-ciri kompos matang
Informasi lebih Lanjut hubungi: Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) Sulawesi Barat Kompleks Perkantoran Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat Jln. H. Abdul Malik Pattana Endeng Mamuju-Sulawesi Barat Telp /fax : 0426 - 232 1830 e-mail:This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it. Page 6Inventor : Z. A. Simanulang Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Padi varietas Situ Bagendit adalah salah satu varietas padi gogo, tetapi mampu tumbuh baik pada lingkungan lahan sawah. Tanaman ini mempunyai tinggi antara 99 - 105 cm, dengan umur tanaman 110 - 120 hari setelah sebar (HSS). Varietas Situ Bagendit memiliki bentuk biji ramping, warna gabah kuning bersih, dengan bobot 1000 butir adalah 27,5 gram. Varietas ini mempunyai anakan produktif 12 - 13 batang/rumpun. Varietas ini tahan terhadap penyakit blas, agak tahan terhadap penyakit hawar daun, dan tahan terhadap penyakit tungro. Varietas ini menghasilkan tekstur nasi pulen, rata - rata produksi 4,0 ton GKP/ha pada lahan kering dan 5,5 ton GKP/ha pada lahan sawah. Dengan potensi hasil yang demikian, varietas ini dapat memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan produksi padi nasional, ketahanan pangan, dan pendapatan petani. Varietas ini sudah banyak dimanfaatkan oleh penangkar benih dan petani terutama pada lahan kering, atau lahan sawah dengan irigasi sederhana. Page 7
Limbah kulit buah kakao (KBK) merupakan pakan yang potensial karena tersedia sepanjang tahun, mudah diperoleh dan mengandung nutrisi tinggi. Buah kakao (pode) terdiri atas 70 – 80 % kulit dan plasenta yang merupakan limbah, selebihnya adalah biji. Dalam 1 hektar areal pertanaman kakao produktif dapat menghasilkan limbah kulit buah segar sebanyak 5 ton/ha/tahun, atau setara dengan 812 kg tepung limbah. Kulit buah dengan kandungan protein kasar sebesar 6 – 9 % sangat baik dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. Pemanfaatan KBK sebagai pakan, secara otomatis menciptakan kondisi lahan pertanaman kakao menjadi bersih dan dapat menekan serangan hama dan penyakit, seperti PBK dan Busuk Buah. Pembuatan silase sangata mudah, bahan bakunya pun mudah diperoleh dari bahan lokal yang tersedia, seperti KBK, dedak padi, dan lain-lain. Silase dari KBK dapat disimpan selama 6-8 bulan dalam kondisi kedap udara. Penambahan protein hijau-hijauan seperti daun gamal dan daun kalidra dapat memperkaya nilai gizi silase KBK sehingga dapat meningkatkan produktifitas ternak. Cara Pembuatan :
Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membuat Silase KBK :
Ciri – Ciri Silase KBK Yang Baik :
Penggunaan Silase KBK :
Tabel Komposisi Kimia Silase KBK Dan Rumput Gajah
Sumber; Leaflet LPTP Sulbar
|