Supaya jangan disebut orang yang lalai dalam shalat maka kita harus melakukan dengan

Merdeka.com - Bagi umat Islam, ibadah sholat 5 waktu merupakan perkara wajib yang harus dilaksanakan. Tingginya kedudukan sholat ini bagi kaum muslimin sampai diibaratkan bahwa sholat adalah tiang dari agama Islam.

“Dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR. Tirmidzi).

Hadist lain yang menggambarkan pentingnya sholat dalam Islam,
“Dari ‘Abdullah bin ’Umar radhiyallahu ’anhuma, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji ke Baitullah -bagi yang mampu-, (5) berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mengingat pentingnya ibadah sholat ini, maka kita sebagai umat Islam tidak seharusnya melaksanakan ibadah sholat dengan asal-asalan. Kita harus mengerjakan ibadah sholat ini dengan ikhlas dan khusyu menghadap Allah SWT. Jangan melaksanakan sholat hanya untuk menggugurkan kewajiban saja.

2 dari 5 halaman

Mungkin banyak dari kita yang masih sulit untuk melaksanakan ibadah sholat dengan khusyu. Untuk bisa mencapai kekhusyuan dalam sholat memang tidak mudah.

Namun, dengan terus mencoba fokus dan ikhlas dalam sholat, sedikit demi sedikit kita bisa merasakan nikmatnya menghadap Sang Pencipta.

Apalagi Allah SWT sudah berfirman,“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya” (Q.S Al-Mu’minuun: 1-2).

Berikut kami rangkum cara khusyu sholat yang bisa anda coba agar ibadah anda bisa menjadi lebih bermakna.

3 dari 5 halaman

Mengikuti Tata Cara dengan Benar

Cara khusyu sholat yang pertama adalah dengan mengerjakan sholat dengan benar. Ketika ingin mengerjakan ibadah sholat dengan khusyu, anda perlu mengerjakannya dengan benar. Dengan benar ini maksudnya anda mengerjakan sholat sesuai dengan tuntunan yang diajarkan, dikerjakan dengan tuma’ninah, tidak terburu-buru, dan dengan niat ikhlas.

Memahami Bacaan Shalat

Cara khusyu sholat yang kedua adalah dengan memahami makna bacaan sholat. Jika anda ingin mendapatkan perasaan khusyu dalam sholat, anda bisa mencoba memahami arti bacaan sholat anda. Dengan memahami bacaan sholat, kita bisa menghayati setiap ucapan kita dan pikiran kita juga bisa lebih focus dalam sholat.

4 dari 5 halaman

Supaya jangan disebut orang yang lalai dalam shalat maka kita harus melakukan dengan
©2020 Merdeka.com

Fokus

Cara khusyu sholat yang ketiga adalah dengan meningkatkan fokus. Saat melakukan shalat wajib, tujukan pandangan kepada tempat sujud. Tahan godaan untuk melirik atau bahkan menengok ke tempat lain. Yang lebih penting, ketika sholat, anda harus merasakan bahwa anda sedang berhadapan dengan Dzat yang Maha Kuasa, Allah SWT.

Lingkungan yang Bersih

Cara khusyu sholat yang kelima adalah dengan menjalankan ibadah sholat di tempat yang bersih. Usahakan untuk mengerjakan ibadah sholat di tempat yang bersih, nyaman, dan tenang. Dengan suasana seperti itu, akan menciptakan kondisi yang tenang dan khusyu.

5 dari 5 halaman

Cara khusyu sholat yang keempat adalah dengan menganggap ibadah sholat yang anda lakukan adalah ibadah sholat anda yang terakhir di dunia. Setiap manusia maupun jin tidak ada yang mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi di masa yang akan datang termasuk hari kematian.

Dengan selalu mengingat kematian, anda bisa lebih konsentrasi dalam menjalankan ibadah sholat. Syeikh Ibnul Mulqin mengingatkan,

"Bila kau sedang rukuk, jangan bayangkan usiamu panjang sampai i‘tidal. Bila kau sedang i'tidal, jangan bayangkan usiamu berlangsung sampai pada kondisi sujud. Bayangkan surga ada di sisi kananmu dan neraka di sisi kirimu sementara sirath di bawah kedua telapak kakimu. Kalau begini caranya, baru kau benar-benar sholat."

Penulis: Ummu Salamah Farosyah
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar

Allahu Akbar!… Allahu Akbar! Allahu Akbar!… Allahu Akbar!

“Duh! Sudah adzan, sebentar lagi ah shalatnya… tanggung kerjaannya tinggal sedikit lagi.”

“Eh kok adzan? Padahal filmnya lagi seru nih! Nanti saja shalatnya kalau filmnya sudah selesai ah. Tapi waktu shalatnya nanti keburu habis?! Tunggu iklan saja deh kalau begitu, shalatnya juga harus cepat nih.”

Astagfirullah… Astagfirullah… Astagfirullah…


Ketahuilah ukhti bahwa orang-orang tersebut di atas termasuk jenis orang yang melalaikan shalatnya. Perhatikanlah firman Allah, yang artinya “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al-Maa’uun: 4-5)

Al-Haafidz Ibnu Katsir rahimahullahu ta’ala berkata, yang dimaksud orang-orang yang lalai dari shalatnya adalah:

  1. Orang tersebut menunda shalat dari awal waktunya sehingga ia selalu mengakhirkan sampai waktu yang terakhir.
  2. Orang tersebut tidak melaksanakan rukun dan syarat shalat sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  3. Orang tersebut tidak khusyu’ dalam shalat dan tidak merenungi makna bacaan shalat.

Dan siapa saja yang memiliki salah satu dari ketiga sifat tersebut maka ia termasuk bagian dari ayat ini (yakni termasuk orang-orang yang lalai dalam shalatnya).

Apa Adzabnya ?

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dari sahabat Samurah bin Junab radhiyallahu ‘anhu sebagaimana disebutkan dalam hadits yang panjang tentang sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalam kisah tentang mimpi beliau):

“Kami mendatangi seorang laki-laki yang terbaring dan ada juga yang lain yang berdiri sambil membawa batu besar, tiba-tiba orang tersebut menjatuhkan batu besar tadi ke kepala laki-laki yang sedang berbaring dan memecahkan kepalanya sehingga berhamburanlah pecahan batu itu di sana sini, kemudian ia mengambil batu itu dan melakukannya lagi. Dan tidaklah ia kembali mengulangi lagi hal tersebut sampai kepalanya utuh kembali seperti semula dan ia terus-menerus mengulanginya seperti semula dan ia terus-menerus mengulanginya seperti pertama kali.”

Disebutkan dalam penjelasan hadits ini “Sesungguhnya laki-laki tersebut adalah orang yang mengambil Al-Qur’an dan ia menolaknya, dan orang yang tidur untuk meninggalkan shalat wajib.”

Lalu Bagaimana Orang yang Meninggalkan Shalat Secara Mutlak ?

Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat secara keseluruhan hukumnya kafir keluar dari Islam, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Perbedaan antara kita dengan mereka (orang-orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat maka ia telah kafir.” (HR. At-Tirmidzi -Shahih)

Demikianlah Ukhti, marilah kita bersama-sama berusaha maksimal untuk memperbaiki shalat kita karena ketahuilah bahwa amalan yang pertama akan dihisab oleh Allah di akhirat nanti adalah shalat. Dan kita memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari kehinaan dan kondisi orang-orang yang di adzab Allah karena lalai dari shalat.

Maraji’:
Setelah Maut Datang Menjemput (Khalid bin Abdurrahman Asy-Syayi’)

Sahabat muslimah, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khaira

🔍 Hijab Yang Salah, Ilmu Pengunci, Hukum Menghafal Alquran Saat Haid, Cara Mandi Wajib Sesudah Haid Yang Benar, Pergi Ke Masjid, Hijab Sorban, Resep Masakan Spesial Untuk Suami, Arti Taklid, Siyamana Wa Siyamakum, Doa Mau Pergi Jauh

Tafsir Ringkas Kemenag

Maka binasa dan celakalah orang yang salat yang memiliki sifat-sifat tercela berikut. Yaitu orang-orang yang lalai terhadap salatnya, di antaranya dengan tidak memenuhi ketentuannya, mengerjakannya di luar waktunya, bermalas-malasan, dan lalai akan tujuan pelaksanaanya.

Tidak hanya itu, mereka jugalah orang-orang yang berbuat ria, baik dalam salatnya maupun semua perbuatan baiknya. Dia beramal tanpa rasa ikhlas, melainkan demi mendapat pujian dan penilaian baik dari orang lain.

Dan di samping itu, mereka juga enggan memberikan bantuan kepada sesama, bahkan untuk sekadar meminjamkan barang keperluan sehari-hari yang sepele. Hal ini mengindikasikan buruknya akhlak mereka kepada orang lain. Dengan begitu, lengkaplah keburukan mereka. Selain tidak beridabah kepada Tuhan dengan sempurna, mereka pun tidak berbuat baik kepada manusia.

Tafsir Kemenag

Dalam ayat-ayat ini, Allah mengungkapkan satu ancaman yaitu celakalah orang-orang yang mengerjakan salat dengan tubuh dan lidahnya, tidak sampai ke hatinya. Dia lalai dan tidak menyadari apa yang diucapkan lidahnya dan yang dikerjakan oleh anggota tubuhnya. Ia rukuk dan sujud dalam keadaan lalai, ia mengucapkan takbir tetapi tidak menyadari apa yang diucapkannya.

Semua itu adalah hanya gerak biasa dan kata-kata hafalan semata-mata yang tidak mempengaruhi apa-apa, tidak ubahnya seperti robot.

Perilaku tersebut ditujukan kepada orang-orang yang mendustakan agama, yaitu orang munafik. Ancaman itu tidak ditujukan kepada orang-orang muslim yang awam, tidak mengerti Bahasa Arab, dan tidak tahu tentang arti dari apa yang dibacanya. Jadi orang-orang awam yang tidak memahami makna dari apa yang dibacanya dalam salat tidak termasuk orang-orang yang lalai seperti yang disebut dalam ayat ini.

Allah selanjutnya menambah penjelasan tentang sifat orang pendusta agama, yaitu mereka melakukan perbuatan-perbuatan lahir hanya semata karena ria, tidak terkesan pada jiwanya untuk meresapi rahasia dan hikmahnya.

Allah menambahkan lagi dalam ayat ini sifat pendusta itu, yaitu mereka tidak mau memberikan barang-barang yang diperlukan oleh orang-orang yang membutuhkannya, sedang barang itu tak pantas ditahan, seperti periuk, kapuk, cangkul, dan lain-lain.

Keadaan orang yang membesarkan agama berbeda dengan keadaan orang yang mendustakan agama, karena yang pertama tampak dalam tata hidupnya yang jujur, adil, kasih sayang, pemurah, dan lain-lain. Sedangkan sifat pendusta agama ialah ria, curang, aniaya, takabur, kikir, memandang rendah orang lain, tidak mementingkan yang lain kecuali dirinya sendiri, bangga dengan harta dan kedudukan, serta tidak mau mengeluarkan sebahagian dari hartanya, baik untuk keperluan perseorangan maupun untuk masyarakat.