Sumber sejarah berupa sebuah batu bertulis huruf kuno disebut

Home Nasional Nasional Lainnya

Tim | CNN Indonesia

Kamis, 04 Mar 2021 16:47 WIB

Ilustrasi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya (Foto: Dok.Kompaks)

Jakarta, CNN Indonesia --

Kerajaan Sriwijaya yang berdiri di Pulau Sumatera sejak abad ke-7 ini merupakan simbol kejayaan Nusantara pada masanya.

Wilayah kekuasaan dari kerajaan bercorak Budha ini membentang di sejumlah kawasan Sumatera terutama Palembang, lalu Kalimantan Barat, Semenanjung Malaya, hingga India Timur.

Mengutip penuturan peneliti Balai Arkeologi Sumatera Selatan Retno Purwati melalui laman Arkeologi Sumsel Kemdikbud, ada bukti sahih dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya.


Menurut Retno, petilasan tersebut berlokasi di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, yang berlokasi di Palembang, Sumatera Selatan.

Di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya itu, warga bisa menemukan jejak peninggalan berupa Prasasti Kedukan Bukit, Telaga Batu dan Talang Tuo.


Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Selain itu, ada juga peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang bertuliskan tentang catatan sejarahnya dalam sebuah prasasti dan didapati di wilayah Sumatera, Jawa hingga luar negeri.

1. Prasasti Kedukan Bukit

[Gambas:Instagram]

Keberadaan prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kampung Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi.

Dikutip dari berbagai sumber, ahli aksara menunjukkan bahwa pada prasasti tertua Sriwijaya itu terdapat sebuah tulisan yang di tulis pada tahun 605 saka, sekitar 683 Masehi.

Tulisan pada prasasti Kedukan Bukit berisi tentang Dapunta Hyang Sri Jagayana yang mengadakan perjalanan suci menggunakan perahu bersama 20 ribu personil.

Saat ini, Anda bisa melihat prasasti Kedukan Bukit dengan ukuran 45 cm x 80 cm, di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

2. Prasasti Talang Tuo

[Gambas:Instagram]

Prasasti Talang Tuo memiliki ukuran 50 cm x 80 cm, dan disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, beserta duplikatnya.

Keberadaan prasasti Talang Tuo ditemukan seorang petani,lalu diserahkan ke residen Palembang, Louis Constant Westenenk (seorang diplomat,linguis dan pamong praja Belanda).

Terdapat 14 baris tulisan pada prasasti Talang Tuo, lengkap dengan aksara Pallawa, berbahasa Melayu Kuno, dan ditulisa sekitar 606 Saka atau 684 Masehi.

Isi pesan prasasati Talang Tuo menerangkan tentang petuah pembangunan taman (Sriksetra), yang dibuat pada masa kepemimpinan Dapunta Hyang Sri Jagayana atau Sri Jayanasa.

3. Prasasti Telaga Batu

Foto: ANTARA FOTO/
Ilustrasi. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya berupa Prasasti Telaga Batu saat ini disimpan dalam Museum Nasional Indonesia (Monas).

Penemuan prasasti Telaga Batu tidak jauh dari sekitar kolam Telaga Biru, di Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935.

Sekarang ini, prasasti Telaga Batu disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, dengan nomor D.155.

Tulisan yang tertera pada dinding prasasti Telaga Batu menjelaskan tentang kutukan bagi siapa saja yang melakukan kejahatan dan tidak mematuhi peraturan kerajaan.

Perkiraan waktu dari tulisan prasasti Telaga Batu ini sekitar 686 Masehi, dengan jumlah tulisan 28 baris.

4. Prasasti Kota Kapur

[Gambas:Instagram]

Prasasti Kota Kapur masih termasuk peninggalan Kerajaan Sriwijaya, yang ditemukan di Kota Kapur, Pulau Bangka, Bangka Belitung, berupa tiang batu bersurat.

Diperkirakan ada sejak 656 Masehi, prasasti Kota Kapur berisi pesan mengenai permintaan kepada Dewa untuk menjaga kesatuan dan persatuan Sriwijaya.

Selain itu, pesan lain dari prasasti ini memuat tentang hukuman bagi siapa saja yang melakukan kejahatan atau berkhianat atas titah Raja.

Sebelumnya, prasasti Kota Kapur berada di Museum Kerajaan Negeri Belanda. Tapi saat ini, prasasti itu telah disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan nomor inventaris D90.

5. Prasasti Karang Berahi

Selanjutnya ada prasasti Karang Berahi dari zaman Sriwijaya yang terletak di Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi.

Melansir laman Kemdikbud, Prasasti ini bertuliskan aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, ditemukan pada tahun 1904 oleh L. Berkhout, seorang kontrolir Belanda.

Keberadaan prasasti Karang Berahi ditaksir sejak 686 Masehi, yang berisi tulisan kutukan untuk wilayah yang tidak tunduk pada Kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Karang Berahi peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini, satu-satunya yang ada di Jambi, karena wilayah tersebut strategis, untuk menguasai jalur pelayaran dan pedagangan di Selat Malaka.

(avd/fef)

Saksikan Video di Bawah Ini:

Apakah kamu lagi mencari jawaban dari pertanyaan Peninggalan sejarah yang berupa batu bertulis dinamakan?

Berikut pilihan jawabannya:

  1. candi
  2. prasasti
  3. kapak
  4. relief

Kunci Jawabannya adalah: B. prasasti.

Dilansir dari Ensiklopedia, Peninggalan sejarah yang berupa batu bertulis dinamakanpeninggalan sejarah yang berupa batu bertulis dinamakan prasasti.

Penjelasan

Kenapa jawabanya bukan A. candi? Nah ini nih masalahnya, setelah saya tadi mencari informasi, ternyata jawaban ini lebih tepat untuk pertanyaan yang lain.

Kenapa jawabanya B. prasasti? Hal tersebut sudah tertulis secara jelas pada buku pelajaran, dan juga bisa kamu temukan di internet

Kenapa nggak C. kapak? Kalau kamu mau mendaptkan nilai nol bisa milih jawabannya ini, hehehe.

Terus jawaban yang D. relief kenapa salah? Karena menurut saya pribadi jawaban ini sudah keluar dari topik yang ditanyakan.

Kesimpulan

Jadi disini sudah bisa kamu simpulkan ya, jawaban yang benar adalah B. prasasti.

ASTALOG.COM – Berbicara mengenai zaman prasejarah, prasasti selalu ada dalam setiap peninggalan sejarah tersebut. Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sebagai sumber yang paling penting karena dapat memberikan kronologi kejadian. Ada banyak hal yang membuat dunia prasasti sangat menguntungkan melewati penelitian. Selain mengandung unsur kalender, prasasti juga mengungkapkan sejumlah alasan mengapa nama dan prasasti itu dikeluarkan.

Pengertian Prasasti
Prasasti adalah contoh sumber tertulis sezaman dan setempat dan merupakan rekaman sejarah pengalaman hidup masyarakat pada zaman aksara.

Asal Kata Prasasti
Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta. Kurang lebih secara harfiah artinya adalah “pujian”. Pada perkembangannya, prasasti dapat merujuk kepada piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang, atau tulisan yang dikeluarkan oleh seorang Raja atau pemerintahan yang berkuasa. Epigrafi adalah ilmu yang mempelajari prasasti.

PELAJARI:  Kesuburan Tanah dan Potensi Ekonomi Sumber Daya Lahan

Ada beberapa istilah lain untuk prasasti. Dalam bahasa Latin, prasasti disebut inskripsi. Di Malaysia, istilah yang sering dipakai adalah “batu bersurat” atau “batu bertulis”. Meski maknanya lebih mudah ditangkap, tetapi pengertiannya lebih sempit daripada “prasasti”, karena tidak semua prasasti disuratkan di bebatuan. Namun, di masa lalu, Indonesia pun sering memakai istilah “batu bertulis”, misalkan dalam kasus Batutulis di Bogor, sampai namanya dipakai menjadi nama sebuah perkampungan.

 

Bahan Pembuatan Prasasti Prasasti ada yang terbuat dari batu (disebut Caila Prasasti), dari logam, atau dari batu bata. Wujud prasasti yang berupa batu (Caila Prasasti) terdiri atas: 1. batu biasa (batu kali) disebut natural stone; 2. batu lingga (batu lambang Siwa); 3. pseudo lingga (lingga semu), biasanya berupa batu patok atau batu pembatas;

4. batu yoni (lambang isteri Siwa), biasanya juga disebut lambang wanita.

PELAJARI:  Bahan Utama Pembuat Gipsum

Adapun prasasti dari logam terbuat dari tembaga, perunggu, atau emas. Prasasti dari perunggu, misalnya, prasasti dari Airlangga, yakni prasasti Calcutta. Prasasti yang berupa batu bata disebut juga Terra Cotta. Prasasti dari batu bata ini di Indonesia hanya sedikit sekali kita dapatkan. Contohnya adalah prasasti di candi Sentul.

Jenis Bahasa yang Digunakan dalam Prasasti Berdasarkan bahasa yang digunakan, prasasti dibedakan menjadi empat. 1. Prasasti berbahasa Sanskerta, misalnya, prasasti Kutai, prasasti Tarumanegara, prasasti Tuk Mas, prasasti Canggal (sumber sejarah Mataram Hindu), Ratu Boko, Kalasan, Kelurak, Plumpungan, dan Dinoyo. 2. Prasasti perpaduan bahasa antara Jawa Kuno dengan Sanskerta, misalnya, prasasti Kedu, prasasti Randusari I dan II, dan prasasti Trowulan I, II, III, IV. 3. Prasasti perpaduan bahasa Melayu Kuno dengan Sanskerta, misalnya prasasti Kota Kapur di Sriwijaya, prasasti Gondosuli, prasasti Dieng, dan prasasti Sajomerto (Pekalongan).

4. Prasasti perpaduan bahasa Bali Kuno dengan Sanskerta. Prasasti Bali Kuno kebanyakan terdapat di pura atau candi. Prasasti ini dianggap benda suci sehingga hanya diperlihatkan pada waktu upacara oleh para pedande (pendeta). Prasasti di Bali pada umumnya berisi Raja Casana atau peraturan dari raja. Pura yang terkenal di Bali, misalnya, Bangli, Kintamani, dan Sembiran. Ahli prasasti Bali adalah R. Goris. Beliau mentranskrip prasasti Bali. Di Bali, prasasti yang sudah rusak, hurufnya diduplikasikan kembali dengan istilah “tinulat”. Ada keanehan pada prasasti Tugu Sanur. Tinggi prasasti adalah 1 m, bentuknya agak silinder, tetapi tulisannya sudah rusak. Prasasti ini memiliki keistimewaan menggunakan huruf Pranagari menggunakan bahasa Bali Kuno, sedangkan yang menggunakan huruf Bali Kuno menggunakan Bahasa Sanskerta. Artinya, prasasti Tugu Sanur ditulis dengan menggunakan dua bahasa (bilingual).

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA