Selain sebagai hiburan lagu daerah di Indonesia memiliki fungsi yang bergam diantaranya kecuali

Selain sebagai hiburan lagu daerah di Indonesia memiliki fungsi yang bergam diantaranya kecuali

Selain sebagai hiburan lagu daerah di Indonesia memiliki fungsi yang bergam diantaranya kecuali
Lihat Foto

Youtube/ Utak Atik Otak

[Tangkapan Layar] Alat musik aramba, daerah Sumatera Utara

KOMPAS.com - Tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas budayanya masing-masing. Tidak hanya dari segi pakaian adat, rumah adat ataupun bahasanya, ciri khas budaya suatu daerah bisa dilihat dari keberagaman musik tradisional dan alat musiknya.

Mengutip dari buku Seni Musik Tradisi Nusantara (2020) karya Ketut Wisnawa, alat musik daerah atau tradisional sering digunakan dalam membawakan lagu daerah. Alat musik dan lagu ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebudayaan di suatu daerah.

Sederhana dan unik menjadi salah satu ciri alat musik daerah. Hampir setiap wilayah di Indonesia memiliki alat musik daerahnya masing-masing. Salah satunya Sumatera Utara.

Apa sajakah alat musik daerah Sumatera Utara?

Dalam buku Mengenal Seni & Budaya Indonesia (2012) karya R. Rizky dan T. Wibisono, dituliskan jika Sumatera utara memiliki alat musik daerah yang sangat beragam. Alat musik tersebut diantaranya:

Doli-doli berasal dari Nias, Sumatera Utara. Alat musik ini terbuat dari kayu yang disusun sejajar dan berjejeran. Doli-doli dimainkan dengan cara dipukul menggunakan dua alat pemukul yang juga terbuat dari kayu.

Baca juga: Daftar Alat Musik Tradisional di Indonesia

Sekilas, jika diperhatikan doli-doli agak mirip seperti kolintang. Namun, kedua alat musik ini berbeda, karena susunan kayu doli-doli tidak sebanyak seperti kolintang. Selain itu, bentuk doli-doli juga lebih kecil.

Menurut Chintya Claudya Zai dalam jurnal Penggunaan Ansambel Aramba pada Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Nias (2020), aramba merupakan alat musik yang berasal dari Nias, Sumatera Utara. Sekilas bentuknya mirip seperti alat musik tradisional gong.

Aramba terbuat dari logam, berbentuk bulat dan besar. Pada bagian tengahnya ada bulatan kecil yang menonjol ke luar. Alat musik tradisional ini dimainkan dengan cara dipukul memakai alat pemukul khusus. Aramba sering digunakan dalam upacara pernikahan di Nias.

Druri Dana dimainkan dengan cara dipukul atau digoyangkan, sama seperti alat musik angklung. Druri Dana terbuat dari bahan bambu yang dikerat seperti garpu penala. Alat musik tradisional ini merupakan salah satu satu alat musik harmonis.

The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menyebut Indonesia sebagai negara superpower dalam bidang budaya. Pengakuan akan pesona kebudayaan Indonesia ini disampaikan oleh Francesco Bandarin, Asisten Direktur Jenderal UNESCO bidang budaya, di sela-sela menghadiri Sidang Umum UNESCO ke-39.

Julukan tersebut muncul mengingat tingginya kekayaan Indonesia dalam bidang seni budaya. Salah satu warisan budaya Indonesia yang telah mendunia dan beberapa telah tercatat di UNESCO adalah alat musik tradisional khas Indonesia.

Alat musik tradisional khas Indonesia merujuk alat musik yang turun temurun hidup dan berkembang di daerah tertentu. Hadirnya alat musik tradisional sekaligus menjadi bukti tingginya khazanah pemikiran dan kebudayaan Indonesia.

Secara umum dalam masyarakat adat, ada tiga fungsi alat musik tradisional. Pertama, alat musik tradisional berfungsi sebagai sarana upacara adat yang dilakukan turun temurun. Kedua, sebagai pengisi latar musik pada pertunjukan seni atau sendratari khas setempat. Terakhir, alat musik tradisional menjadi sarana komunikasi, ekspresi, dan kreasi dari kebudayaan masyarakat setempat.

Menariknya, Indonesia memiliki beragam alat musik tradisional yang unik dan tidak bisa ditemukan di negara lain. Melansir dari Kompas.com, hingga 2015 setidaknya tercatat ada 34 alat musik tradisional Indonesia. Alat musik tradisional ini tersebar di berbagai daerah dari Sabang hingga Merauke.

Kini beberapa alat musik tradisional bahkan telah dikenal di mata internasional. Berikut ini lima alat musik “endemik” khas Indonesia yang telah mendunia.

Angklung

Alat musik tradisional dari Jawa Barat ini namanya telah mendunia. Angklung terbuat dari bilah-bilah bambu yang disusun sedemikian rupa sehingga saat digetarkan atau digoyangkan menghasilkan bunyi yang khas. Untuk mendapatkan nada yang harmonis, angklung harus dimainkan oleh banyak orang. Sebab satu angklung hanya mewakili satu tangga nada saja.

Angklung termasuk salah satu pesona budaya Indonesia yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara. Terlebih, UNESCO telah mengakui angklung sebagai Warisan Budaya Dunia, dan masuk dalam daftar Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Salah satu destinasi pariwisata Indonesia yang menjadikan angklung sebagai sebagai daya tariknya adalah Sanggar Seni Saung Mang Udjo di Bandung.

Selain sebagai hiburan lagu daerah di Indonesia memiliki fungsi yang bergam diantaranya kecuali

Tifa

Berasal dari Timur Indonesia tepatnya daerah Papua dan Maluku, tifa merupakan alat musik tradisional khas Indonesia yang memiliki bentuk seperti tabung dan dimainkan dengan cara dipukul. Tifa terbagi dalam beberapa jenis, yakni jekir, potong, dasar, dan bas. Umumnya tifa digunakan saat upacara adat, pertunjukan musik, dan mengiringi tarian tradisional.

Secara bentuk, ada sedikit perbedaan antara tifa Maluku dan tifa Papua. Di Maluku, tifa memiliki bentuk tabung dan tidak diberi pegangan. Sedangkan di Papua bagian tengah tifa dibuat lebih melengkung, serta terdapat pegangan pada bagian tengah tifa.

Selain sebagai hiburan lagu daerah di Indonesia memiliki fungsi yang bergam diantaranya kecuali

Kolintang

Merupakan alat musik yang berasal dari Sulawesi Utara. Fungsi awal kolintang digunakan untuk mengiringi upacara ritual adat yang berhubungan dengan penghormatan roh leluhur.

Kolintang terdiri dari beberapa potongan kayu ringan yang disusun di atas rak kayu. Alat musik tradisional ini dimainkan dengan cara dipukul dengan pemukul kayu khusus.

Biasanya kolintang tidak dimainkan sendiri, melainkan secara kelompok. Hebatnya, pada 2009 permainan kolintang secara massal berhasil memecahkan rekor dunia. Kala itu kolintang dimainkan 1.223 orang dengan keserasian permainan yang harmonis.

Saat ini fungsi alat musik kolintang bergeser ke arah industri kreatif. Alat musik khas Indonesia ini bertransformasi menjadi pengiring tari, lagu, hingga orkestra.

Selain sebagai hiburan lagu daerah di Indonesia memiliki fungsi yang bergam diantaranya kecuali

Sasando

Menurut penuturan masyarakat adat, sasando telah digunakan di Rote (Nusa Tenggara Timur) sejak abad ke-7. Sasando merupakan salah satu alat musik tradisional khas Indonesia yang berupa dawai dan dimainkan dengan cara dipetik.

Berdasarkan struktur nada sasando dibedakan menjadi dua jenis, yakni sasando gong dan sasando biola. Sekilas jenis suara yang dikeluarkan sasando mirip dengan gitar, biola, harpa, dan alat musik dawai lainnya.

Hal unik dari sasando adalah bagian utama berbentuk tabung panjang dari bilah bambu. Karena keunikannya tersebut, sasando juga menjadi salah satu alat musik tradisional khas Indonesia yang diusulkan mendapatkan penghargaan UNESCO.

Selain sebagai hiburan lagu daerah di Indonesia memiliki fungsi yang bergam diantaranya kecuali

Gamelan

Gamelan merupakan gabungan dari beberapa alat musik tradisional khas Indonesia yang dimainkan secara bersamaan. Gamelan merupakan alat musik tradisional Indonesia yang terdiri dari gong, kenong, gambang, saron, celempung, dan alat musik pendamping lainnya. Gamelan sendiri populer di Pulau Jawa dan Bali, ada gamelan Sunda, gamelan Jawa, dan gamelan Bali.

Tak hanya di Indonesia, gamelan juga telah lama dikenal di kancah internasional. Bahkan beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Kanada menyelenggarakan pendidikan seni gamelan. Gamelan juga telah masuk sebagai alat musik yang diakui UNESCO sejak 2014.

Dalam falsafah masyarakat Jawa, harmonisme irama musik gamelan melambangkan keselarasan hidup. Konon, dulunya gamelan digunakan untuk memanggil dewa-dewa yang menguasai daratan Jawa.

Foto Cover: Ilustrasi seniman tradisional Sunda tengah mengajarkan cara bermain Angklung pada anak-anak di Saung Angklung Mang Udjo. (Shutterstock/Ega Purnama)

Kekayaan budaya Indonesia meliputi ragam lagu daerah yang berkembang sesuai budaya masing-masing provinsi. Lirik lagu daerah ditulis menggunakan bahasa daerah dengan pola dan susunan melodi sederhana.

Kesederhanaan tersebut membuat lagu daerah menjadi mudah dipahami dan dinyanyikan oleh masyarakat setempat. Menurut Stephani Johana Sigarlaki dalam jurnal Kadera Bahasa Volume 8 No. 2 Edisi Agustus 2016, lagu daerah lahir sebagai wujud ekspresi diri sang pencipta lagu sekaligus sebagai refleksi dinamika masyarakat pada saat lagu itu diciptakan.

Lagu daerah memiliki karakteristik syair dengan dialek daerah dan bersifat tradisional. Lagu disampaikan secara lisan, turun temurun, dan tidak tertulis serta sudah ada sejak awal masyarakat berkembang di suatu provinsi.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki berbagai lagu daerah. Fungsinya sebagai pengiring upacara, pertunjukan, permainan tradisional, dan media komunikasi serta hiburan.

Lagu Daerah Jawa Barat

Berkembangnya masyarakat Sunda di Jawa Barat menghasilkan ragam lagu daerah yang menggunakan bahasa Sunda dalam liriknya. Berikut contoh lagu daerah Jawa Barat.

1. Manuk Dadali

Lagu Manuk Dadali merupakan lagu daerah Jawa Barat yang diciptakan oleh Sambas Mangundikarta. Maknanya menggambarkan kegagahan burung Garuda sebagai lambang negara Indonesia dan menunjukkan persatuan bangsa Indonesia.

Advertising

Advertising

Lagu daerah Jawa Barat ini populer pada tahun 1960-an menurut siaran Radio Edukasi dari Balai Pengembangan Media Radio Pendidikan dan Kebudayaan (BPMRPK). Lagu Manuk Dadali dibawakan dalam tempo cepat dan berirama gembira. Liriknya sebagai berikut:

Mesat ngapung luhur jauh di awang-awang

Mébérkeun jangjangna bangun taya karingrang

Kukuna ranggoas reujeung pamatukna ngeluk

Ngepak mega bari hiberna tarik nyuruwuk

Saha anu bisa nyusul kana tandangna

Gandang jeung perténtang taya bandingannana

Dipikagimir dipikasérab ku sasama

Taya karempan kasieun lébér wawanénna

Manuk dadali manuk panggagahna

Perlambang sakti Indonesia Jaya

Manuk dadali pangkakoncarana

Resep ngahiji rukun sakabéhna

Hirup sauyunan tara pahiri-hiri

Silih pikanyaah teu inggis béla pati

Manuk dadali ngandung siloka sinatria

Keur sakumna Bangsa di Nagara Indonesia

Baca Juga

Tokecang merupakan lagu daerah Jawa Barat yang dinyanyikan dalam Permainan Sunda sambil berpegangan tangan dan berpasang-pasangan. Rachmat Taufiq Hidayat dalam “Peperenian Urang Sunda” menjelaskan, lagu Tokecang dinyanyikan kemudian pasangan berbalik sambil memutarkan tangannya menjadi saling membelakangi satu sama lain.

Puspa Swara dalam “Kumpulan Lagu Daerah Terlengkap” menjelaskan, lagu Tokecang menceritakan seseorang yang senang makan secara berlebihan atau melampaui batas. Pesan moral dalam lagu ini adalah menunjukkan bahwa makan berlebihan dan mementingkan diri sendiri tidak baik dilakukan.

Lirik lagu Tokecang sebagai berikut.

Tokécang, tokécang

Balangendir tosblong

Angeun kacang, angeun kacang

Sapariuk kosong

Tokécang, tokécang

Balangendir tosblong

Angeun kacang, angeun kacang

Sapependil kosong

Baca Juga

Berdasarkan skripsi berjudul "Analisis Sosiologis Bubuy Bulan Karya Benny Korda" oleh Athirya Fatma Yuli, lagu Bubuy Bulan diciptakan oleh Benny Korda yang terinspirasi oleh keindahan alam Danau Ciburuy.

Selain itu, lagu Bubuy Bulan merupakan ungkapan simpati terhadap penduduk sekitar danau yang kesulitan dalam bidang ekonomi walaupun mereka tinggal di dekat Danau Ciburuy yang merupakan kawasan wisata. Liriknya sebagai berikut.

Bubuy Bulan

Bubuy Bulan sanggray bentang

Panon poe

Panon poe disasate

Unggal bulan

Unggal bulan abdi teang

Unggal poe

Unggal poe oge hade

Situ ciburuy

Laukna hese dipancing

Nyeredet hate

Ningali ngeplak caina

Duh eta saha nu ngalangkung Unggal enjing

Nyeredet hate

Ningali sorot socana

Baca Juga

Menurut penulis Puspa Swara dalam “Kumpulan Lagu Daerah Terlengkap”, lagu Es Lilin dipopulerkan oleh Nining Meida, seorang penyanyi yang terkenal pada tahun 1980-an. Sedangkan penciptanya tidak diketahui.

Lagu daerah Jawa Barat ini menceritakan tentang seorang perempuan yang malu terhadap laki-laki yang berusaha mendekatinya. pada bagian akhir lagu, terdapat makna bahwa perempuan akan meninggalkan lelaki tersebut selama satu bulan untuk keperluan tertentu.

Berikut lirik lagu Es Lilin.

Es lilin mah ceuceu kalapa muda

Dibantun mah dibantun ka Sukajadi

Abdi isin dunungan samar kaduga

Sok sieun mah aduuh henteu ngajadi

Baca Juga

Es lilin mah ceuceu buatan Bandung

Dicandakna geuning ka Cipaganti

Abdi isin jungjunan duh bararingung

Sok inggis mah aduuh henteu ngajadi

Itu saha dunungan nu nungtun munding

Digantelan geuning ku saputangan

Itu saha dunungan ku ginding teuing

Sing horeng mah aduh geuning jungjunan

Baca Juga

Es lilin mah ceuceu dikalapaan

Raosna mah geuningan kabina-bina

Abdi alim dunungan paduduaan

Sok sieun mah dibantun kamana-mana

Kamana mah dunungan ngaitkeun cingcin

Ka kaler mah aduuh katojo bolat

Kamana mah dunungan ngaitkeun pikir

Modal balek urang nuhun satulang

5. Cing Cangkeling

Cing Cangkeling adalah lagu daerah Jawa Barat yang dinyanyikan dalam permainan kucing-kucingan.  Puspa Swara dalam “Kumpulan Lagu Daerah Terlengkap” menjelaskan, anak-anak yang bermain akan menyanyikan lagu Cing Cangkeling untuk berhitung. Jika ada yang tersentuh oleh anak yang sedang berhitung, maka ia harus menyentuh teman lainnya yang tidak berhitung.

Liriknya sebagai berikut.

Cing cangkeling

Manuk cingkleung cindeten

Plos ka kolong

Bapa Satar buleneng

Baca Juga

Demikian pembahasan tentang lagu daerah Jawa Barat. Terdapat berbagai makna dan pesan moral yang terkandung dalam lagu-lagu tersebut. Sebagai bangsa Indonesia, mempelajari lagu daerah Jawa Barat merupakan wujud pelestarian budaya Indonesia.