Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu

tirto.id -

Teori sosiologi Emile Durkheim, Karl Marx, dan Max Weber adalah 3 teori besar yang sebaiknya dipahami ketika membahas cabang ilmu ini.

Sosiologi secara umum mempelajari tentang konsep kehidupan sosial, perubahan sosial, dan sebab-akibat dari berbagai perilaku manusia.

Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat. Ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya. Demikian sebagaimana dikutip dari

KBBI.

Sosiologi merupakan gabungan dua kata dari Bahasa Latin dan Yunani, yakni socius yang berarti kawan dalam bahasa Latin sedangkan logos bermakna ilmu pengetahuan dalam bahasa Yunani.

Jadi, secara harafiah sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pola perilaku manusia dalam bermasyarakat.

Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, setiap manusia tidak pernah luput dari adanya aktivitas sosial. Mulai dari aktivitas pribadi, masyarakat, hingga pada tingkat global yang dapat dipelajari melalui sosiologi.

Pada aktivitas pribadi, sosiologi mempelajari tentang bagaimana dampak dari berbagai aktivitas yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saja seperti konflik percintaan, permasalahan dalam rumah tangga, keyakinan agama, dan perilaku menyimpang.

Sedangkan peran sosiologi pada tingkat masyarakat adalah mengkaji berbagai hal publik seperti kejahatan dan hukum, kemiskinan dan kekayaan, sekolah dan pendidikan, komunitas perkotaan, dan juga gerakan sosial. Kemudian pada tingkat global, aspek sosiologi lebih meluas dengan mempelajari berbagai fenomena global seperti pertumbuhan penduduk dan migrasi, perang dan perdamaian, dan perkembangan ekonomi secara global.

Tiga Teori Besar dalam Sosiologi

Dalam mempelajari sosiologi akan dipertemukan dengan tiga pemikir utama, yaitu Emile Durkheim, Karl Marx, dan Max Weber. Dimana dari ketiga pemikir utama tersebut memiliki masing-masing teori yang disebut dengan Grand Theory pada masa awal perkembangan ilmu ini.

Ketiga teori tersebut diantaranya sebagai berikut :

1. Teori Fungsionalisme (Struktural Fungsional), Emile Durkheim

Dalam teori ini, Durkheim melakukan pengkajian terkait konsep tatanan sosial dan melihat bagaimana masyarakat dapat hidup secara harmonis melalui konsep tersebut. Dimana teori ini melakukan pengkajian pada level makro, yaitu dengan menilai bagaimana aspek masyarakat dapat berfungsi.

Teori Fungsionalisme menjelaskan pemikiran durkheim yang dijelaskan melalui pendekatan sistem. Pendekatan ini mengibaratkan masyarakat sebagai organisme hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, yang dianalisis dengan sebuah struktur yang saling berfungsi. Dalam teori ini dijelaskan, organisme hidup menyatu dalam suatu tatanan sistem yang masing-masing organ memiliki fungsi sendiri dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.Sehingga konsep ini secara umum menyajikan tentang konsep kerja sama dari masing-masing struktur untuk dapat berintegrasi secara harmonis. Sehingga dapat menciptakan suatu tatanan sosial yang melibatkan berbagai elemen.

Baca juga: 4 Teori Masuknya Islam ke Indonesia: Sejarah dan Penjelasannya

2. Teori Konflik dan Alienasi, Karl Marx

Karl Marx melalui Teori Konflik-nya menjelaskan tentang bagaimana peran konflik dalam memicu terjadinya suatu perubahan. Konflik-konflik ini yang muncul secara konsisten selama masa revolusi sosial akibat dari adanya “antagonisme kelas”. Teori ini menjadi lebih menarik melalui konsep Borjuis dan Proletar yang dikemukakan oleh Marx. Munculnya teori ini akibat dari adanya konsep kaum Borjuis yang melakukan penindasan terhadap kaum proletar. Kaum borjuis dianggap sebagai kaum revolusioner yang mewakili perubahan radikal pada struktur masyarakat. Kaum borjuis ini menggunakan kekuasaannya dalam berbagai hal yang dapat berdampak pada perilaku diktator dengan mengeksploitasi kaum-kaum proletar. Kemudian, selain teori konflik, Marx juga mengemukakan tentang teori Alienasi. Dalam Teori Alinenasi dijelaskan tentang hilangnya kendali seseorang akan hidupnya. Hal tersebut akibat dari kontrol yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kuasa.

3. Teori Interaksionisme Simbolik Max Weber

Teori interaksionisme simbolik menjelaskan bahwa individu bertindak sesuai dengan interpretasi mereka terhadap makna yang ada pada dunia. Teori ini juga menjelaskan bahwa setiap orang memberikan makna pada simbol yang kemudian mereka interpretasikan secara subjektif pada simbol-simbol tersebut.

Teori ini memberikan perspektif pada sosiolog untuk dapat mempertimbangkan keberadaan simbol dan detail pada kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mencari tahu arti dan makna dibalik simbol-simbol. Selain itu, juga bagaimana hal tersebut dapat membantu orang untuk berinteraksi satu sama lain. Dilihat dari level analisisnya, teori ini berada pada tingkat mikro dengan melihat interaksi antar individu satu sama lain.

Baca juga: Apa Perbedaan Imitasi dan Identifikasi dalam Interaksi Sosial?

3. Teori Interaksionis Simbolik

Teori sosiologi dan teori ilmu sosial lainnya yang diposting di sini didedikasikan untuk menjadi rujukan online pembelajar ilmu sosial. Penjelasan daftar teori sosiologi ini meliputi definisi, gagasan inti, dan tokoh utamanya. Sertakan sumber bila mengutip untuk menghindari plagiasi.

Teori Fungsionalisme Struktural

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori fungsionalisme struktural menganggap stratifikasi sosial atau hierarki sebagai sebuah keniscayaan. Setiap masyarakat bekerja dalam sebuah sistem yang terstratifikasi dan semuanya berfungsi sesuai kebutuhan sistem sosial. Singkatnya, stratifikasi merupakan kebutuhan dari sebuah sistem. Perlu digarisbawahi bahwa stratifikasi bukan tentang seseorang yang menempati ’jabatan’ tertentu, tapi tentang posisi sosial dalam sebuah sistem. Setiap posisi bisa diibaratkan organ tubuh, maka ada jantung, hati, ginjal, dan sebagainya. Semua organ bekerja memenuhi kebutuhan fungsional bagi tubuh. Jika salah satu posisi sosial tidak berfungsi, sistem sosial akan kacau. Masyarakat mengalami disorganisasi.

Gagasan inti: Sistem sosial ibarat organ tubuh

Tokoh: Emile Durkheim, Talcott Parsons

Teori Konflik

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori konflik berkembang sebagai reaksi teori fungsionalisme struktural. Teori konflik memiliki akar tradisi dari Marxian. Teori konflik melihat relasi sosial dalam sebuah sistem sosial sebagai pertentangan kepentingan. Masing-masing kelompok atau kelas memiliki kepentingan yang berbeda. Perbedaan kepentingan ini ada karena beberapa sebab: Pertama, manusia memiliki pandangan subjektif terhadap dunia. Kedua, hubungan sosial adalah hubungan saling memengaruhi atau orang mempunyai efek pengaruh terhadap orang lain. Ketiga, efek pengaruh tersebut merupakan potensi konflik interpersonal. Dengan demikian stratifikasi sosial berisi relasi yang sifatnya konfliktual.

Gagasan inti: Struktur relasi sosial dibentuk oleh konflik kepentingan

Tokoh: Karl Marx, Randal Collins

Teori Pertukaran

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori pertukaran merupakan teori perilaku sosial (behavioral). Teori ini mengangap perilaku manusia (aktor) membentuk pola hubungan antara lingkungan terhadap aktor. Perilaku manusia disambut reaksi dari lingkungan yang kemudian memengaruhi balik perilaku setelahnya. Jadi, hubungannya adalah dari aktor ke lingkungan, balik lagi ke aktor. Lingkungan, baik sosial atau fisik dimana perilaku aktor eksis, memengaruhi balik perilaku aktor. Reaksi lingkungan bisa positif, negatif, atau netral. Jika positif, aktor cenderung akan mengulangi perilakunya di masa depan pada situasi sosial yang serupa. Jika negatif, aktor cenderung akan mengubah perilakunya. Contoh sederhana adalah siswa yang datang ke sekolah pakai seragam. Reaksi lingkungan menerima, apalagi diperkuat oleh aturan. Maka siswa tersebut cenderung berpakaian seragam lagi keesokan harinya.

Gagasan inti: Perilaku manusia adalah hasil pertukaran dengan reaksi lingkungannya.

Tokoh: Georg Homans, Peter Blau

Teori Dramaturgi

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori dramaturgi sebagai teori sosiologi memahami dunia sosial melalui interaksi sosial. Dalam proses interaksi sosial, konsep diri (the self) dibentuk melalui interaksi sengan orang lain dalam situasi sosial tertentu. Pendekatan dramaturgis membagi dunia menjadi dua: depan panggung dan belakang panggung. Interaksi sosial kebanyakan terjadi di depan panggung. Diri bukan dimiliki oleh aktor, melainkan produk dari interaksi dramaturgis antara aktor dan audiens. Audiens bisa berupa lawan bicara, orang sekitar, atau dunia sosial secara lebih luas. Ketika berinteraksi di depan panggung, aktor mengatur tampilan dirinya sedemikian rupa agar diterima oleh audiens. Pengaturan ini disebut manajemen impresi, yaitu menciptakan kesan agar diterima secara sosial. Dalam interaksi sosial di kehidupan sehari-hari, aktor senantiasa menampilkan dirinya. Diri di luar manajemen impresi akan tampak ketika aktor berada di belakang panggung.

Gagasan inti: Dunia ini panggung sandiwara

Tokoh: Erving Goffman

Teori Interaksionisme Simbolik

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik adalah manusia memiliki kapasitas untuk berpikir dan pemikirannya dibentuk oleh interaksi sosial. Dalam proses interaksi, manusia mempelajari makna dan simbol-simbol yang mengarahkannya pada kapasitas menjadi berbeda dengan lainnya. Makna dan simbol memungkinkan manusia untuk bertindak dan berinteraksi secara berbeda, misalnya cara orang memaknai kesuksesan berbeda-beda atau perbedaan bahasa yang digunakan setiap suku juga berbeda. Manusia mampu memodifikasi atau mengubah makna yang mereka gunakan dalam proses interaksi sesuai interpretasi atas situasi sosial. Mengubah makna dan simbol dilakukan dengan pertimbangan untung rugi, kemudian memilih salah satunya. Perbedaan pola tindakan dan interaksi menciptakan perbedaan kelompok dalam masyarakat.

Gagasan inti: Pemikiran seseorang dibentuk oleh interaksi sosial

Tokoh: Herbert Blumer

Teori Marxian

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Sebenarnya teori sosiologi marxian merupakan sebutan bagi beberapa penjelasan teoritis yang terispirasi dari Karl Marx. Misalnya, konsep Marx tentang alienasi yang digunakan untuk menjelaskan kondisi manusia modern dibawah sistem ekonomi kapitalistik. Maka, kita bisa menyebut bahwa konsep alienasi merupakan teori marxian. Penekanan pada terori marxian adalah asumsi-asumsi lama seperti pertentangan dua kelas besar, borjuis dan proletar, menginspirasi penjelasan terhadap fenomena-fenomena modern. Sebagai konsekuensinya, teori marxian selalu dipertanyakan relevansi keabsahannya dalam menjelaskan fenomena sosial yang lebih kontemporer. Teori konflik yang dicetuskan Marx merupakan poros utama teori marxian.

Gagasan inti: Marx dan marxisme adalah poros utama

Tokoh: Karl Marx

Teori Neomarxian

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori neomarxian merupakan reaksi, kritik dan refleksi dari ide-ide atau konsep yang datang dari teori marxian. Refleksi ide-ide tersebut tidak tunggal melainkan bervariasi sehingga teori neomarxian memiliki beragam variasi. Beberapa varian dari teori neomarxian antara lain: teori kritis, marxisme berorientasi historis, sosiologi ekonomi, dan ekonomi deterministik. Teori neomarxian tidak sekadar menolak asumsi-asumsi dasar pada teori marxian, melainkan juga menjadikannya pijakan untuk memperluas dan mengembangkan konsep-konsep barunya. Sebagai contoh, konsep tentang komoditas yang dalam teori marxian diletakkan sebagai pusat masalah struktural dalam masyarakat ekonomi kapitalis, memproduksi fetisisme komoditas dalam institusi ekonomi. Teori neomarxian mengembangkan konsep fetisisme komoditas agar bisa diaplikasikan di semua elemen, termasuk negara dan hukum yang dapat dilihat sebagai produk komoditas.

Gagasan inti: Reaksi ide-ide teori marxian

Tokoh: Georg Lukacs, The Frankfurt School

Teori Strukturalisme

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori strukturalisme menekankan pada pentingnya struktur dalam memengaruhi atau bahkan menentukan tindakan manusia. Stuktur merupakan elemen tak kasat mata yang mengatur tindakan seseorang. Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya struktur berada. Struktur bisa berada di tempat yang dalam seperti pada pemikiran manusia. Ada pula yang mengatakan, struktur berada di luar individu seperti struktur sosial berupa norma dan nilai. Pendapat lain mengatakan struktur terdapat dalam bahasa seperti pada studi-studi linguistik. Tidak menutup kemungkinan pula struktur berada dalam relasi antara individu dengan struktur sosial. Teori strukturalisme meletakkan struktur sebagai faktor determinan dari tindakan sosial.

Gagasan inti: Tindakan manusia ditentukan oleh sistem struktur

Tokoh: Karl Marx, Sigmund Freud, Claude Levi Strauss

Teori Poststrukturalisme

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Sebagaimana halnya teori neomarxian yang merupakan reaksi dari ide-ide marxian, teori poststrukturalisme merupakan reaksi dari teori strukturalisme. Saat teori strukturalisme berkembang dalam disiplin sosiologi, teori poststrukturalisme muncul dari luar disiplin sosiologi. Teori poststrukturalisme menerima pentingnya struktur tetapi melampaui penjelasan bahwa tindakan sosial dipengaruhi oleh struktur sosial. Teori poststrukturalisme menjelaskan lebih jauh bahwa diatas struktur terdapat relasi kuasa yang berhubungn dengan pengetahuan. Ada pendapat bahwa asumsi ini menjadi pijakan lahirnya postmodernisme, meskipun sebenarnya sangat sulit menarik garis besar dan menjelaskan relasi antara keduanya

Gagasan inti: Diatas struktur ada relasi kuasa

Tokoh: Michel Foucault

Teori Modernisme

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori modernisme dapat dideskripsikan melalui jargon-jargon yang muncul pada era filsafat modern seperti, kemajuan, rasionalitas, dan kesadaran. Teori modernisme selalu berorientasi pada kemajuan dan apapun yang mendapat label kemajuan atau progres selalu dianggap lebih baik. Sebagai contoh, pembangunan infrastruktur sebagai proses modernisasi cenderung dilihat sebagai periode historis yang lebih baik dibanding sebelumnya. Kondisi kekinian yang mengalami proses pembaruan senantiasa berada dalam tahap kemajuan. Teori modernisme percaya pada perkembangan sejarah yang linier, dari primitif menuju modern, dari keterbelakangan menuju kemajuan. Pada poin ini, terdapat pengaruh positivisme pada teori modernisme. Modernisme membawa peradaban umat manusia pada era modern yang saat ini sering disebut oleh para ilmuwan sebagai era ’modernisme tingkat lanjut’, ’modernitas sebagai projek yang belum kelar’, ’masyarakat resiko’, dan lain sebagainya.

Gagasan inti: Kita sedang berada di era modern

Tokoh: Jurgen Habermas, Anthony Giddens, Zygmun Baumann

Teori Postmodernisme

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori postmodernisme berpijak pada pertanyaan apakah kondisi dunia saat ini masih relevan disebut sebagai era modern, sedangkan dunia tampak memperlihatkan karakter-karakter yang berbeda dari era sebelumnya. Munculnya teori postmodernisme secara simbolik menandai akhir dari modernisme, bagitu setidaknya pendapat para pendukung postmodernisme. Teori postmodernisme tidak hanya muncul sebagai kritik, tetapi juga menyudahi, mendeklarasikan era baru yang belum pernah ada sebelumnya. Terdapat perbedaan pendapat apakah era baru ini keberlanjutan dari modernitas atau era yang benar-benar baru. Teori postmodernisme sering diebut pula sebuah gerakan intelektual radikal karena membongkar topeng-topeng kepalsuan modernisme. Misalnya, modernisme mengatakan kemajuan adalah penanda peradaban yang lebih baik. Postmodernisme menolak pandangan seperti itu. Teori postmodernisme meletakkan ketidakpercayaan mada metanarasi modernisme.

Gagasan inti: Modernisme telah mati

Tokoh: Jean Francois Lyotard, Jean Boudrillard, Fredric Jameson

Teori Kritis

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori kritis dicetuskan olek kelompok intelektual neomarxist yang belakangan dikenal dengan nama The Frankfurt School. Ide-ide teori kritis dipengaruhi oleh Karl Marx, namun sekaligus mengkritik balik fondasi teori marxisme yang menurutnya tak pernah memuaskan. Teori kritis mengritik determinisme ekonomi, positivisme, modernisme, dan bahkan sosiologi. Teori kritis juga mengklaim melakukan autokritik sebagai bagian dari operasionalisasi teorinya. Terhadap marxisme, menurut teori kritik, teori marxian mendistorsi ide-ide orisinal Karl Marx karena menginterpretasi dengan cara yang mekanistis. Teori sosiologi marxian mereduksi analisis sosial kedalam penjelasan yang sifatnya ekonomistik dan mengabaikan aspek lain dalam hidup yang tidak kalah penting yaitu kultural.

Gagasan inti: Kritik teori atas teori

Tokoh: Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Marcuse

Teori Konstruksi Sosial

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori konstruksi sosial melihat realitas dalam sistem sosial diciptakan melalui interaksi timbal balik yang menghasilkan sistem nilai dan keyakinan. Sistem nilai dan keyakinan tersebut dipraktikkan dan diperankan berulang-ulang oleh aktor sosial sehingga melekat dalam sistem yang kemudian dianggap sebagai realitas. Realitas tersebut masuk kedalam individu-individu melalui proses internalisasi, dipraktikkan berulang melalui proses yang disebut eksternalisasi hingga melekat dalam institusi sistem sosial. Proses institusionalisasi membawa pengetahuan dan konsepsi manusia tentang realitas melekat dalam struktur masyarakat yang telah diciptakan. Realitas tersebut dianggap sudah demikian adanya padahal diciptakan. Oleh karena itu, teori konstruksi sosial melihat realitas disebut sebagai produk dari konstruksi sosial.

Gagasan inti: Kenyataan adalah konstruksi sosial

Tokoh: Peter L. Berger, Thomas Luckmann

Teori Feminisme

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori feminisme merupakan generalisasi sistem ide tentang kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang dikembangkan dari perspektif perempuan. Perspektif perempuan dalam teori feminisme merupakan pusat dalam mendeskripsikan dunia sosial. Sebagai pusat, situasi dan pengalaman sosial yang ditangkap selalu merujuk pada sudut pandang perempuan. Pekembangan teori feminis yang berangkat dari perlunya melihat perspektif perempuan didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan tentang dunia yang berkembang selama ini cenderung memarjinalkan perspektif perempuan. Pemosisian subordinat perempuan dalam diskursus sosial, budaya, politik, ekonomi, dan filsafat mengakibatkan terpinggirkannya perempuan dalam praktik. Akhirnya, muncul dominasi, hegemoni, diskriminasi terhadap kaum perempuan. Teori feminisme sebagai teori sosiologi menantang sistem dominasi yang memarjinalkan kaum perempuan.

Gagasan utama: Melawan dominasi terhadap perempuan

Tokoh: Harriet Martineau

Teori Globalisasi

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori globalisasi menekankan pentingnya melihat relasi timbal balik atara lokal dan global dalam menganalisis fenomena sosial. Secara garis besar, globalisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga dimensi teori: ekonomi, politik dan kultural. Dimensi ekonomi mengkaji fenomena ekonomi pasar global di era neoliberalisme serta perlawanannya dari perspektif marxian. Dimensi politik globalisasi melihat peran negara bangsa di era globalisasi. Dimensi kultural mengkaji implikasi kultural globalisasi pada tataran lokal dan sebaliknya. Dalam sosiologi, dimensi kultural teori sosiologi globalisasi melahirkan beberapa konsep utama, seperti penyatuan, penyebaran atau hybrid, dan pembedaan kultur antar masyarakat atau negara bangsa.

Gagasan inti: Relasi timbal balik antara lokal dan global

Tokoh: Antonio Negri, Michael Hardt

Teori Pembangunan

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori pembangunan mengusung ideologi developmentalisme. Konteks teori ini berada pada tataran negara atau regional. Asumsi dasar yang dibangun adalah kemajuan suatu negara sangat tergantung pada investasi yang diorientasikan untuk memajukan ekonomi suatu negara. Faktor ekonomi menjadi pemimpin untuk menciptakan stabilitas sosial dan politik hingga tercapai kemajuan kehidupan masyarakat yang ideal. Pertumbuhan ekonomi terletak di jantung teori pembangunan. Tipikalnya, teori ini diusung oleh negara-negara maju untuk diterapkan di negara-negara berkembang. Secara eksplisit negara maju menghendaki dibukanya pintu investasi di negara-negara berkembang dengan tujuan agar negara berkembang dapat mengejar ketertinggalan. Pertumbuhan ekonomi, sekali lagi, menjadi kuncinya.

Gagasan inti: Pertumbuhan ekonomi akan menciptakan kesejahteraan sosial

Tokoh: W. W. Rostow

Teori Ketergantungan

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori ketergantungan merupakan reaksi dari teori pembangunan atau ideologi developmentalisme yang diusung oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa Barat. Teori ketergantungan lahir di Amerika Latin, musuh Amerika Serikat saat perang dingin. Asumsi dasar teori ketergantungan adalah bahwa investasi dan segala bantuan atau pinjaman finansial yang digelontorkan oleh negara maju, alih-alih menciptakan kemajuan, justru menciptakan ketergantungan negara-negara berkembang. Konsekuensinya, negara berkembang tidak akan pernah berdaulat, melainkan berada di pinggiran, di dunia ketiga. Kekuasaan negara maju atas negara berkembang dipandang oleh teori ketergantungan sebagai bentuk kolonialisme dan imperialisme baru. Sama dengan teori pembangunan, teori ketergantungan selalu berada pada konteks negara atau regional.

Gagasan inti: Investasi asing merupakan bentuk imperialisme baru

Tokoh: Andre Gunder Frank

Teori Konsumsi

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori konsumsi muncul pada era Revolusi Industri namun tidak berkembang secara signifikan dalam disiplin sosiologi. Baru pada kelahiran postmodernisme, teori konsumsi menjadi populer. Teori postmodernisme sering melihat masyarakat kontemporer sebagai masyarakat konsumsi. Berkembangnya teori konsumsi berimplikasi pada menurunnya analisis sosial pada aspek produksi dalam melihat kelas, kultur, dan fenomena sosial. Kelas sosial, dalam perspektif teori sosiologi konsumsi tidak lagi ditentukan oleh moda produksi, proses produksi, kepemilikan alat produksi, melainkan oleh moda konsumsi dan gaya hidup. Memasuki era digital, teori konsumsi semakin mendapat panggung, seperti munculnya konsep Prosumer dimana perilaku manusia seakan tak henti dalam dalam proses produksi dan konsumsi.

Gagasan inti: Masyarakat kontemporer adalah masyarakat konsumsi.

Tokoh: Jean Baudrillard

Teori Jejaring Aktor

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Teori jejaring aktor merupakan salah satu varian dari teori sosiologi jaringan yang lebih luas. Teori ini relatif baru dalam sosiologi. Teori jejaring aktor melihat peran jejaring atau network dalam memengaruhi tindakan sosial. Individu hanyalah bagian dari jejaring sosial yang lebih luas. Perlu digarisbawahi, teori ini tidak hanya membicarakan agensi individu, melainkan juga struktur jaringan yang sering kali bukan manusia. Internet dan kecerdasan artifisial melibatkan peran mesin yang signifikan. Melaui pendekatan teori jejaring aktor, agensi individu menjadi komponen kecil yang terkoneksi satu sama lain. Manusia masuk pada dunia postsosial, posthuman karena jejaring berperan lebih signifikan dalam menentukan tindakan sosial. Perkembangan teori jejaring aktor sebagai teori sosiologi menciptakan beberapa konsepsi baru di era kontemporer, seperti masyarakat jejaring, jejaring sosial dan sebagainya.

Gagasan ini: Individu adalah komponen jejaring yang saling terkoneksi

Tokoh: Manuel Castells

Teori Sistem

Secara garis besar kajian sosiologi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
Asumsi dasar teori sistem adalah dunia secara keseluruhan merupakan sebuah sistem dan dunia sosial memiliki sistemnya sendiri yaitu komunikasi. Komunikasi diproduksi oleh masyarakat. Salah satu kata kunci dalam teori sistem adalah kompleksitas. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa sistem selalu berada di lingkungan dan sistem selalu lebih sederhana ketimbang lingkungannya. Dengan kata lain, lingkungan selalu lebih kompleks ketimbang sistem. Teori sistem sebagai teori sosiologi mengatakan semua dimensi kehidupan merupakan sebuah sistem, dari sel biologis, ekonomi pasar, sampai kehidupan sosial secara keseluruhan. Apa yang membuat sistem bekerja adalah nilai yang diproduksi oleh elemennya. Misalnya, sebuah sistem ekonomi pasar, memiliki elemen dasar yaitu uang. Uang menjadi bernilai dalam sebuah sistem ekonomi pasar karena sistem memproduksi nilai. Sulit membayangkan bahwa uang bernilai pada dirinya sendiri karena uang tanpa sistem hanyalah secarik kertas.

Gagasan inti: Dunia berada dalam sebuah kompleksitas sistem

Tokoh: Niklas Luhmann