Sebutkan peranan indonesia dalam gerakan non-blok

Pergolakan dalam perang Dunia I dan II memunculkan gerakan dari negara-negara ketiga yang mayoritas beranggotakan negara-negara berkembang yang tidak memiliki kepentingan atau keberpihakan secara langsung kepada negara adikuasa yang saling berseteru. Dengan semangat yang sama, untuk memupuk solidaritas dan perdamaian dunia, akhirnya memunculkan sebuah gerakan yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok (GNB).

Dalam semangatnya, Gerakan Non-Blok (GNB) adalah gerakan yang dicanangkan oleh negara-negara pada era dunia ketiga yang mempunyai anggota lebih dari 100 negara. Dimana gerakan Non Blok ini lahir pada 1 September 1962, yang muncul setelah dilaksanakannya Konfrensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, Indonesia.

Tujuan adanya gerakan Non-Blok ini untuk memupuk solidaritas dan kerjasama diantara anggotanya, memperjuangkan negara berkembang untuk mencapai persamaan kemerdekaan dan kemakmuran, serta membantu terciptanya perdamaian dunia dengan meredakan ketegangan antara negara adikuasa.

Peran Indonesia

Peran Indonesia sendiri dalam gerakan Non-Blok bukan hanya menjadi anggota, tetapi juga menjadi salah satu negara penggagas gerakan ini yang saat itu diwakili oleh Presiden Soekarno bersama dengan 4 negara lainnya yaitu India yang diwakili oleh Perdana Menteri Jawaharlal Nehru, Mesir diwakili oleh Presiden Gamal Abdel Nasser , Yugoslavia diwakili oleh Josip Broz Tito, dan Ghana diwakili oleh Kwame Nkrumah.

Bagi Indonesia gerakan Non-Blok ini penting, karena prinsip dan tujuannya merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan kebangsaan Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Dasar (UUD)1945.

(Baca juga: Mengenal Lebih Dekat 10 Negara ASEAN)

Peran Indonesia dalam gerakan ini, selain menjadi pemrakarsa juga sempat memimpin pada tahun 1992 sampai 1995. Dimana, Presiden Soeharto menjabat sebagai ketua gerakan serta Indonesia menjadi tuan rumah bagi Konfrensi Tingkat Tinggi X gerakan Non Blok pada 1-6 September 1992.

Selaku ketua gerakan Non-Blok saat itu, Indonesia juga menghidupkan kembali dialog konstruktif Utara-Selatan berdasarkan saling ketergantungan yang setara (genuinde interdependence), kesamaan kepentingan dan manfaat, serta tanggung jawab bersama. Selain itu, Indonesia juga mengupayakan penyelesaian masalah utang luar negeri negara-negara berkembang miskin yang terpadu, berkesinambungan dan komprehensif.

Selain mengatasi permasalahan perdamaian dunia, perhatian gerakan Non-Blok juga menyasar pada masalah-masalah terkait pembangunan ekonomi negara berkembang, yang di dalamnya menyangkut tentang pengentasan kemiskinan dan lingkungan hidup.

Sedangkan dalam bidang politik Indonesia selalu berperan dalam upaya peningkatan peranan gerakan Non-Blok untuk menyerukan perdamaian dan keamanan internasional, proses dialog dan kerjasama dalam upaya penyelesaian damai konflik-konflik intra dan antar negara, dan upaya penanganan isu-isu dan ancaman keamanan global baru.

19 Februari 2022 19:04

Pertanyaan

Sebutkan peranan indonesia dalam gerakan non-blok

Mau dijawab kurang dari 3 menit? Coba roboguru plus!

Jawaban terverifikasi

26 Februari 2022 08:37

Halo Sanjaya, kaka bantu jawab ya. Peran Indonesia dalam GNB adalah, menjadi salah satu pelopor berdirinya GNB, menjadi tuan rumah dalam KTT GNB ke X, dan menjadi perintis dibukanya dialog Selatan Utara. Yuk simak pembahasannya! Gerakan Non-Blok (GNB) merupakan sebuah gerakan dari negara-negara di dunia ketiga yang tercipta saat perang dingin pada tahun 1961. Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok ini cukup penting karena Indonesia menjadi salah satu penggagas Gerakan Non-Blok yang dirintis oleh beberapa pemimpin negara. Selain sebagai negara pelopor berdirinya GNB, Indonesia memiliki peran yang cukup besar dalam organisasi tersebut. Salah satu perannya adalah menjadi ketua dan penyelenggaraan KTT GNB ke X yang berlangsung pada 1-7 September 1992 di Jakarta dan Bogor. Indonesia turut pula menjadi perintis dibukanya kembali dialog utara-selatan, yaitu dialog yang memperkuat hubungan antara negara berkembang (selatan) terhadap negara maju (utara). Dengan demikian, peran Indonesia dalam GNB adalah menjadi salah satu pelopor berdirinya GNB, menjadi tuan rumah dalam KTT GNB ke X, dan menjadi perintis dibukanya dialog Selatan Utara. Semoga membantu ya :)

GNB (Gerakan Non-Blok) menjadi wadah bagi negara-negara yang tidak ingin terlibat dalam konfrontasi Perang Dingin. Indonesia menjadi salah satu negara yang ingin menunjukkan kenetralannya saat itu. Politik luar negeri bebas dan aktif yang dianut oleh Indonesia secara tidak langsung mengisyaratkan adanya peran Indonesia dalam GNB. Baca juga peran Indonesia dalam UNESCO, peran Indonesia dalam OPEC, dan peran Indonesia dalam Perang Dingin.

Sejarah Pembentukan GNB (Gerakan Non-Blok)

Gerakan Non Blok lahir pada tanggal 1 September 1962. GNB muncul setelah dilaksanaknnya Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, Indonesia. Hal ini diawali saat Perdana Menteri Negara India, Jawaharlal Nehru, memperkenalkan istilah Non Blok. Saat itu ia sedang berpidato yang bertempatkan di Kota Colombo, Sri Lanka pada tahun 1954. Jawaharlal Nehru pada pidatonya mengemukakan 5 poin yang menjadi landasan dasar hubungan kerja sama Sino-India. Kelima poin tersebut kemudian diberi julukan Panchsheel atau bisa diartikan sebagai 5 pengendali.

Panchscheel kemudian menjadi dasar yang diterapkan sebagai landasan dasar Gerakan Non-Blok. Inti dari kelima poin pengendali tersebut adalah (1) Menghormatai kedaulatan & integritas territorial; (2) Perjanjian Non-agresi; (3) Menghormati serta tidak mencampuri urusan negara lain untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di dalam negerinya sendiri; (4) Kesetaraan dan kesejahteraan bersama; dan (5) Berpartisipasi aktif dalam menjaga perdamaian. Baca juga penyebab Perang Dingin, sejarah Perang Dingin, dan negara yang terlibat Perang Dunia 2.

GNB bukanlah sebuah organisasi yang berwujud lembaga, sepertihalnya PBB atau ASEAN. Satu-satunya pengurus dalam GNB adalah seorang ketua yang dijabat oleh kepala negara/ pemerintah yang menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi GNB (KTT GNB). KTT GNB dilaksanakan setiap 3 tahu sekali. Negara manapun dapat diterima menjadi anggota GNB dengan syarat sebagai berikut:

  • Negara tersebut menganut politik bebas dan berdasarkan hidup berdampingan secara damai.
  • Negara tersebut mendukung berbagai gerakan kemerdekaan nasional.
  • Bukan merupakan anggota salah satu pakta militer yang dibentuk oleh kedua Blok dalam Perang Dingin.

Peran Indonesia dalam GNB (Gerakan Non-Blok)

Peran Indonesia dalam GNB (Gerakan Non-Blok) yakni sebagai berikut:

  1. Salah satu pemrakarsa GNB (Gerakan Non-Blok)

Indonesia menjadi salah satu negara yang memprakarsai pendirian Gerakan Non-Blok. Hal tersebut diwakili oleh Presiden Soekarno selaku pemimpin negara pada saat itu. Selain Indonesia, terdapat empat negara lainnya yang mempelopori pendirian GNB. Keempat negara tersbeut adalah Mesir (Gamal Abdul Nasser), Yugoslavia (Josip Broz Tito), India (Pandit Jawaharlal Nehru), dan Ghana (Kwame Nkrumah). Para pemimpin negara tersebut melaksanakan pertemuan di Kota Belgrade, Yugoslavia pada tahun 1961. Pertemuan ini meresmikan didirikannya Gerakan Non Blok. Pemimpin pertama GNB ini diberikan kepada Presiden Yugoslavia, yakni Josip Broz Tito.

  1. Pemimpin Gerakan Non-Blok pada tahun 1991

Indonesia pernah menjadi pemimpin gerakan ini pada tahun 1991. Presiden Soekarno selaku Presiden RI saat itu terpilih menjadi ketua GNB. Baca juga peran Indonesia dalam AFTA, peran Indonesia dalam hubungan internasional, dan tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia.

  1. Penyelenggara KTT X Gerakan Non-Blok

Pada saat Indonesia menjabat pemimpin GNB, Indonesia berhasil menyelenggarakan KTT X GNB. KTT tersebut bertempat di Jakarta, Indonesia dan dihadiri oleh 106 negara. KTT X GNB dilaksanakan pada tanggal 1 – 6 September 1992 dengan Ketua Presiden Soeharto. Terdapat beberapa isu yang muncul dalam KTT X GNB di Jakarta, yakni sebagai berikut:

  • GNB mendukung perjuangan Palestina yang perumusannya terdapat dalam Pesan Jakarta atau Jakarta Message.
  • GNB menyesalkan tindakan Amerika Serikat yang membantu Israel dalam melakukan pembangunan permukiman Yahudi di wilayah milik Palestina.
  • Kegagalan dalam memasukkan masalah sanksi PBB kepada Irak & Libia menunjukkan masih lemahnya GNB dalam mengatasi perbedaan pendapat di kalangan anggota.

Para pemimpin dari negara-negara anggota Gerakan Non Blok (GNB) mengakhiri KTT ini dengan melahirkan sebuah “Jakarta Message” (Pesan Jakarta).  Pokok-pokok penting dari Pesan Jakarta adalah:

  • GNB berhasil membantu memperbaiki iklim politik internasional pada akhir Perang Dingin, yakni dengan mempertahankan “validitas dan relevansi” Non-Blok. Dialog dan kerja sama akan memproyeksikan gerakan sebagAi sebuah semangat, komponen yang saling bergantung yang konstruktif dan sungguh-sungguh dari arus hubungan internasional.
  • Dunia masih menghadapi berbagai rintangan yang berbahaya untuk menyeleraskan hal-hal seperti konflik kekerasan, agresi, pencaplokan negara lain, perselisihan antar etnik, rasisme dalam bentuk baru, ketidaktoleransian agama, dan nasionalisme yang diartikan dengan sempit.
  • GNB akan membentuk kelompok untuk memainkan peran penting dalam membangkitkan kembali reinstrukturisasi, dan demokratisasi PBB. Para anggota mendesak agar anggota tetap Dewan Keamanan PBB membuang hak veto. Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa keanggotaan DK PBB harus didefinisikan kembali supaya mencerminkan perubahan setelah berakhirnya Perang Dingin.
  • Menyatakan perang terhadap keadaan di bawah perkembangan, kebodohan, dan kemiskinan. Mereka harus menghancurkan beban utang (luar negeri), proteksionisme, rendahnya harga-harga komoditas, dan mengecilkan gangguan arus uang negara-negara miskin.
  • Hal tersebut melahirkan kekhawatiran tentang kegagalan dalam menyelesaikan perundingan perdagangan multilateral dan menyerukan negara-negara maju untuk menguatkan penyelesaian yang memuaskan Putaran Uruguay.
  • Dalam rangka meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan, GNB mendesak kerja sama yang konkrit dan praktis dalam produksi makanan, penduduk, perdagangan, dan investasi demi memahami rasa percaya diri bersama-sama.
  • Koordinasi dari upaya dan strategi dengan kelompok 77 (forum ekonomi negara-negara berkembang) berkaitan dengan kepentingan yang mendesak melalui komite koordinasi gabungan yang mantap.
  • Selain itu, GNB juga menyerukan “Persekutuan-persekutuan Global yang baru dalam menyeimbangkan sumber keuangan bagi negara-negara miskin dan alih teknologi lingkungan lebih besar.”
  • Pernyataan dukungan yang pantang mundur kepada rakyaT Palestina untuk berusaha menentukan nasib sendiri dan mengakhiri diskriminasi rasial di Afrika Selatan.
  • Melarang setiap negara dalam menggunakan kekuatannya untuk memaksakan konsep-konsep demokrasi dan hak-hak asasi manusia yang dianutnya kepada negara lain atau menerapkannya sebagai syarat (pemberian bantuan).
  • Berjanji untuk memegang teguh komitmen dalam rangka mengupayakan sebuah dunia yang bebas nuklir. Pernyataan keprihatinan yang dalam perihal pemakaian dana secara besar-besaran untuk persenjataan, padahal dana tersebut dapat disalurkan untuk pembangunan.
  1. Memecahkan masalah-masalah dunia berdasar pada asas keadilan

Indonesia menjadi negara yang juga ikut memecahkan masalah-masalah dunia berdasarkan perdamaian dunia. Selain itu, Indonesia juga memperjuangkan Hak Asasi Manusia, dan tata ekonomi dunia yang berdasarkan pada asas keadilan. Salah satunya adalah peran penting Indonesia dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas Yugoslavia pada tahun 1991. Baca juga peran Indonesia di ASEAN dalam bidang pangan, peran Indonesia dalam Misi Garuda, dan peran Indonesia dalam globalisasi. Inilah penjelasan mengenai empat peran Indonesia dalam GNB (Gerakan Non-Blok). Semoga bermanfaat.

=Kompas.com, Tempo.co, dan Kpu.go.id Menangkan 02 ?