Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Show

Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan diskusi selang dua orang atau lebih dan berjalan selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara yaitu bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari tahu tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam anggota jurnalistik wawancara menjadi salah satu metode mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya dilakukan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya dilakukan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Wujud wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita dilakukan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang diadakan terlebih dulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan sbgnya.

Sukses tidaknya wawancara selain diputuskan oleh sikap wartawan juga diputuskan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang tidak sewenang-wenang biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berjalan dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup ikut diputuskan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan tidak sewenang-wenang oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari bidang pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja kepada responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang dimohon. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis akbar.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara yaitu sbg berikut:

  • Netral; manfaatnya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden sebab tugasnya yaitu merekam seluruh keterangan dari responden, tidak sewenang-wenang yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; manfaatnya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Sama berat; manfaatnya pewawancara harus bisa memperlakukan seluruh responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada seluruh responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; manfaatnya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Seandainya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Rujukan

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
p2k.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, dsb-nya.


Page 2

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara mampu menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal mengenai kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Wujud wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang patut biasanya mengundang simpatik dan akan menciptakan suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan patut oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman mengenai apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, patut yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus mampu memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus mampu menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 3

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara mampu menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal mengenai kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Wujud wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang patut biasanya mengundang simpatik dan akan menciptakan suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan patut oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman mengenai apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, patut yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus mampu memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus mampu menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 4

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara mampu menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal mengenai kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Wujud wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang patut biasanya mengundang simpatik dan akan menciptakan suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan patut oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman mengenai apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, patut yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus mampu memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus mampu menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 5

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara mampu menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal mengenai kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Wujud wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang patut biasanya mengundang simpatik dan akan menciptakan suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan patut oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman mengenai apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, patut yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus mampu memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus mampu menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 6

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara mampu menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal mengenai kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Wujud wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang patut biasanya mengundang simpatik dan akan menciptakan suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan patut oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman mengenai apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, patut yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus mampu memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus mampu menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 7

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara mampu menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal mengenai kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Wujud wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang patut biasanya mengundang simpatik dan akan menciptakan suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan patut oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman mengenai apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, patut yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus mampu memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus mampu menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 8

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara mampu menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal mengenai kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Wujud wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang patut biasanya mengundang simpatik dan akan menciptakan suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan patut oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman mengenai apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, patut yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus mampu memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus mampu menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 9

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara mampu menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal mengenai kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Wujud wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang patut biasanya mengundang simpatik dan akan menciptakan suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan patut oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman mengenai apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, patut yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus mampu memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus mampu menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 10

Watt (simbol: W) adalah satuan turunan SI untuk kekuatan. 1 Watt dirumuskan sbg 1 joule dibagi 1 detik (1 J/d), atau dalam satuan listrik , satu volt ampere (1 V·A).

Dia merupakan rating ("rate") dari joule per detik di mana energi diubah, dipergunakan atau habis.

Persamaan
Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Namun, rating V-A hanya sama dengan watt bila dia dipergunakan untuk alat yang menyerap seluruh energi, seperti "coil" pemanas listrik atau lampu "incandescent". Dengan penyedia tenaga komputer, rating watt nyata hanya 60% sampai 70% rating V-A.

Satuan watt ini dinamakan untuk mengenang James Watt untuk sumbangannya bagi pengembangan mesin uap, dan diadopsi oleh "Second Congress" "British Association for the Advancement of Science" pada 1889 dan oleh Conférence Générale des Poids et Mesures ke-11 pada 1960.

Lihat pula

Pranala luar

  • Nelson, Robert A., "The International System of Units Its History and Use in Science and Industry". Via Satellite, February 2000.

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.


Page 11

Watt (simbol: W) adalah satuan turunan SI untuk kekuatan. 1 Watt dirumuskan sbg 1 joule dibagi 1 detik (1 J/d), atau dalam satuan listrik , satu volt ampere (1 V·A).

Dia merupakan rating ("rate") dari joule per detik di mana energi diubah, dipergunakan atau habis.

Persamaan
Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Namun, rating V-A hanya sama dengan watt bila dia dipergunakan untuk alat yang menyerap seluruh energi, seperti "coil" pemanas listrik atau lampu "incandescent". Dengan penyedia tenaga komputer, rating watt nyata hanya 60% sampai 70% rating V-A.

Satuan watt ini dinamakan untuk mengenang James Watt untuk sumbangannya bagi pengembangan mesin uap, dan diadopsi oleh "Second Congress" "British Association for the Advancement of Science" pada 1889 dan oleh Conférence Générale des Poids et Mesures ke-11 pada 1960.

Lihat pula

Pranala luar

  • Nelson, Robert A., "The International System of Units Its History and Use in Science and Industry". Via Satellite, February 2000.

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.


Page 12

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara dapat menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Bangun wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang adil biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan adil oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, adil yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus dapat memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 13

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara dapat menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Bangun wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang adil biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan adil oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, adil yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus dapat memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 14

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara dapat menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Bangun wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang adil biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan adil oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, adil yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus dapat memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 15

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara dapat menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Bangun wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang adil biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan adil oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, adil yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus dapat memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 16

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara mampu menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Bangun wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang adil biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan adil oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, adil yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus mampu memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus mampu menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 17

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara mampu menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Bangun wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang adil biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan adil oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, adil yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus mampu memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus mampu menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 18

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara mampu menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Bangun wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang adil biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan adil oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, adil yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus mampu memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus mampu menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 19

Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah diskusi selang dua orang atau lebih dan berlanjut selang narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah bagi mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan bagi dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog mencetuskan bahwa wawancara mampu menjadi peralatan bantu ketika diterapkan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat bagi suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang masih mencari kenal tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Jurnalistik

Dalam segi jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya diterapkan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya diterapkan atas permintaan atau kehendak wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Bangun wawancara

Bentuk-bentuk wawancara selang lain:

  1. Wawancara berita diterapkan bagi mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disediakan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang diterapkan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan jumlah orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kumpulan dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan baginya.

Berhasil tidaknya wawancara selain ditetapkan oleh sikap wartawan juga ditetapkan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang adil biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlanjut dekat alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup turut ditetapkan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan adil oleh nara sumber maupun wartawan.

Jenis-Jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

  • Wawancara bebas sama sekali

Dalam wawancara bebas sama sekali, pewawancara bebas sama sekali menanyakan apa saja bagi responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkomunikasi dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang komplit dan terinci.

  • Wawancara bebas sama sekali terpimpin

Dalam wawancara bebas sama sekali terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas sama sekali dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis luhur.

Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara

Ketika melakukan wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan suasana supaya tidak kaku sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bagi itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah bagi berikut:

  • Netral; artiannya, pewawancara tidak berkomentar bagi tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, adil yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artiannya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Tidak sewenang-wenang; artiannya pewawancara harus mampu memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan bagi semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artiannya, pewawancara harus mampu menghindari ketegangan, jangan sampai responden masih dihakimi atau diuji. Sekiranya suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan berkeinginan pewawancara bagi tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan supaya terarah.[1]

Referensi

  1. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi bagi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.

  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dan sebagainya.


Page 20

Watt (simbol: W) adalah satuan turunan SI untuk kekuatan. 1 Watt dirumuskan sbg 1 joule dibagi 1 detik (1 J/d), atau dalam satuan listrik , satu volt ampere (1 V·A).

Dia merupakan rating ("rate") dari joule per detik di mana energi diubah, dipergunakan atau habis.

Persamaan
Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Namun, rating V-A hanya sama dengan watt bila dia dipergunakan untuk alat yang menyerap seluruh energi, seperti "coil" pemanas listrik atau lampu "incandescent". Dengan penyedia tenaga komputer, rating watt nyata hanya 60% sampai 70% rating V-A.

Satuan watt ini dinamakan untuk mengenang James Watt untuk sumbangannya bagi pengembangan mesin uap, dan diadopsi oleh "Second Congress" "British Association for the Advancement of Science" pada 1889 dan oleh Conférence Générale des Poids et Mesures ke-11 pada 1960.

Lihat pula

Pranala luar

  • Nelson, Robert A., "The International System of Units Its History and Use in Science and Industry". Via Satellite, February 2000.

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.


Page 21

Watt (simbol: W) adalah satuan turunan SI untuk kekuatan. 1 Watt dirumuskan sbg 1 joule dibagi 1 detik (1 J/d), atau dalam satuan listrik , satu volt ampere (1 V·A).

Dia merupakan rating ("rate") dari joule per detik di mana energi diubah, dipergunakan atau habis.

Persamaan
Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Namun, rating V-A hanya sama dengan watt bila dia dipergunakan untuk alat yang menyerap seluruh energi, seperti "coil" pemanas listrik atau lampu "incandescent". Dengan penyedia tenaga komputer, rating watt nyata hanya 60% sampai 70% rating V-A.

Satuan watt ini dinamakan untuk mengenang James Watt untuk sumbangannya bagi pengembangan mesin uap, dan diadopsi oleh "Second Congress" "British Association for the Advancement of Science" pada 1889 dan oleh Conférence Générale des Poids et Mesures ke-11 pada 1960.

Lihat pula

Pranala luar

  • Nelson, Robert A., "The International System of Units Its History and Use in Science and Industry". Via Satellite, February 2000.

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.


Page 22

Watt (simbol: W) adalah satuan turunan SI untuk kekuatan. 1 Watt dirumuskan sbg 1 joule dibagi 1 detik (1 J/d), atau dalam satuan listrik , satu volt ampere (1 V·A).

Dia merupakan rating ("rate") dari joule per detik di mana energi diubah, dipergunakan atau habis.

Persamaan
Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Namun, rating V-A hanya sama dengan watt bila dia dipergunakan untuk alat yang menyerap seluruh energi, seperti "coil" pemanas listrik atau lampu "incandescent". Dengan penyedia tenaga komputer, rating watt nyata hanya 60% sampai 70% rating V-A.

Satuan watt ini dinamakan untuk mengenang James Watt untuk sumbangannya bagi pengembangan mesin uap, dan diadopsi oleh "Second Congress" "British Association for the Advancement of Science" pada 1889 dan oleh Conférence Générale des Poids et Mesures ke-11 pada 1960.

Lihat pula

Pranala luar

  • Nelson, Robert A., "The International System of Units Its History and Use in Science and Industry". Via Satellite, February 2000.

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.


Page 23

Watt (simbol: W) adalah satuan turunan SI untuk kekuatan. 1 Watt dirumuskan sbg 1 joule dibagi 1 detik (1 J/d), atau dalam satuan listrik , satu volt ampere (1 V·A).

Dia merupakan rating ("rate") dari joule per detik di mana energi diubah, dipergunakan atau habis.

Persamaan
Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Namun, rating V-A hanya sama dengan watt bila dia dipergunakan untuk alat yang menyerap seluruh energi, seperti "coil" pemanas listrik atau lampu "incandescent". Dengan penyedia tenaga komputer, rating watt nyata hanya 60% sampai 70% rating V-A.

Satuan watt ini dinamakan untuk mengenang James Watt untuk sumbangannya bagi pengembangan mesin uap, dan diadopsi oleh "Second Congress" "British Association for the Advancement of Science" pada 1889 dan oleh Conférence Générale des Poids et Mesures ke-11 pada 1960.

Lihat pula

Pranala luar

  • Nelson, Robert A., "The International System of Units Its History and Use in Science and Industry". Via Satellite, February 2000.

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.


Page 24

Watt (simbol: W) adalah satuan turunan SI untuk kekuatan. 1 Watt dirumuskan sbg 1 joule dibagi 1 detik (1 J/d), atau dalam satuan listrik , satu volt ampere (1 V·A).

Dia merupakan rating ("rate") dari joule per detik di mana energi diubah, dipergunakan atau habis.

Persamaan
Salah satu sikap yang harus dimiliki pewawancara adalah

Namun, rating V-A hanya sama dengan watt bila dia dipergunakan untuk alat yang menyerap seluruh energi, seperti "coil" pemanas listrik atau lampu "incandescent". Dengan penyedia tenaga komputer, rating watt nyata hanya 60% sampai 70% rating V-A.

Satuan watt ini dinamakan untuk mengenang James Watt untuk sumbangannya bagi pengembangan mesin uap, dan diadopsi oleh "Second Congress" "British Association for the Advancement of Science" pada 1889 dan oleh Conférence Générale des Poids et Mesures ke-11 pada 1960.

Lihat pula

Pranala luar

  • Nelson, Robert A., "The International System of Units Its History and Use in Science and Industry". Via Satellite, February 2000.

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.


Page 25

Wassily Leontief (lahir di München, Bayern, Jerman, 5 Agustus 1905) ialah seorang ekonom yang terkenal atas penelitiannya atas bagaimana perubahan dalam satu sektor ekonomi dapat memengaruhi sektor pautannya. Leontief memenangkan Hadiah Nobel Ekonomi pada 1973.

Kehidupan awal

Wassily Leontief, putera Wassily W. Leontief (guru akbar ekonomi) dan Eugenia, memasuki Universitas Leningrad (kini di St. Petersburg) pada 1921. Beliau menerima gelar ekonom terpelajar (sama dengan Master of Arts) pada 1925 dalam usia 19.

Perlawanan pada komunisme

Beliau ditahan beberapa kali karena perlawanannya pada komunisme.

Pada 1925, beliau diizinkan meninggalkan Uni Soviet, sehingga beliau melanjutkan studinya di Universitas Berlin dan pada 1929 beliau menerima gelar doktor dalam ilmu ekonomi dengan spesialisasi dalam Analisis dan Ekonomi Penerimaan-Pengeluaran.

Kehidupan profesional awal

Dari 1927 sampai 1930, beliau melakukan pekerjaan di Institut Ekonomi Dunia di Universitas Kiel. Di sana beliau meneliti turunan kurva permintaan dan penawaran statistik. Pada 1929 beliau berlanjut ke Tiongkok sebagai membantu Kementerian Perkeretaapian sbg penasihat.

Pada 1931, beliau pindah ke Amerika Serikat, dan dipekerjakan oleh National Bureau of Economic Research.

Pernikahan dan afiliasi dengan Harvard

Pada 1932, Leontief menikahi penyair Estelle Marks. Satu-satunya anak mereka, Svetlana Leontief Alpers, lahir pada 1936.

Harvard University mempekerjakannya di tahun yang sama (1932) di Jurusan Ekonominya dan pada 1946 beliau menjadi profesor ilmu ekonomi.

Leontief merancang Harvard Economic Research Project pada 1948 dan tetap menjadi direkturnya sampai 1973. Bermula pada 1965, beliau mengetuai Harvard Society of Fellows.

Kematian

Leontief meninggal di New York City, New York, Amerika Serikat, pada hari Jumat, 5 Februari 1999 pada usia 93.

Publikasi

  • 1941: Structure of the American Economy, 1919-1929
  • 1953: Studies in the Structure of the American Economy
  • 1966: Input-Output Economics
  • 1966: Essays in Economics
  • 1977: Essays in Economics II
  • 1977: The Future of the World Economy
  • 1983: Military Spending: Facts and Figures, Worldwide Implications and Future Outlook, dikarang bersama F. Duchin.
  • 1983: The Future of Non-Fuel Minerals in the U. S. And World Economy, dikarang dengan J. Koo, S. Nasar, dan I. Sohn
  • 1986: The Future Impact of Automation on Workers, dikarang bersama F. Dochin

Penghargaan

  • 1953: Orde Kerubin, Universitas Pisa
  • 1962: Doctor honoris causa, Universitas Brussels
  • 1967: Dr of the University, Universitas York
  • 1968: Perwira Legion d'Honneur, Perancis
  • 1970: Bernhard-Harms Prize Economics, Jerman Barat
  • 1971: Dr honoris causa, Universitas Louvain
  • 1972: Dr honoris causa, Universitas Paris (Sorbonne)
  • 1973: Penghargaan Bank Swedia dalam Ilmu Ekonomi sebagai mengenang Alfred Nobel, juga dikenal sbg Penghargaan Nobel dalam Ekonomi
  • 1976: Dr honoris causa, Universitas Pennsylvania
  • 1980: Dr honoris causa, Universitas Toulouse, Prancis
  • 1980: Dr honoris causa, Universitas Louisville, Kentucky
  • 1980: Doctor of Social Sciences, Universitas Vermont
  • 1980: Doctor of Laws, C. W. Post Center, Universitas Long Island
  • 1980: Russian-American Hall of Fame
  • 1981: Universitas Karl Marx, Budapest, Hongaria
  • 1984: Orde Matahari Terbit, Jepang
  • 1985: Commandeur, Orde Seni dan Tulisan Perancis
  • 1988: Dr honoris causa, Adelphi College
  • 1988: Bagian asing, Akademi Ilmiah Republik Sosialis Uni Soviet
  • 1989: Society of the Optimate, Italian Cultural Institute, New York
  • 1990: Dr honoris causa, Universitas Cordoba, Spanyol
  • 1991: Penghargaan Memorial Takemi, Institut Seizon & Ilmu Kehidupan, Jepang
  • 1995: Harry Edmonds Award for Life Achievement, International House, New York
  • 1995: Dr honoris causa, Universitas Humboldt, Berlin, Jerman

Dalam penghormatan

Universitas Tufts menghadiahkan Leontief Prize for Economics sebagai menghormatinya.

Keanggotaan

  • 1954: Presiden Econometric Society
  • 1968: Bagian korespondensi Institut de France
  • 1970: Presiden American Economic Association
  • 1970: Bagian korespondensi British Academy
  • 1974: Komisi AS-Uni Soviet pada Ilmu Sosial dan Kemanusiaan dari Dewan Penelitian dan Pertukaran Internasional
  • 1975: Komite Amerika di Persetujuan Barat-Timur
  • 1975: Accademia Nazionale dei Lincie, Italia
  • 1976: Presiden dan Seksi F. British Association for the Advancement of Science
  • 1976: Bagian kehormatan Royal Irish Academy
  • 1977: Bagian American Association for the Advancement of Science
  • 1978: Komisi Studi Organization of Peace
  • 1978–1986: Dewan Keyakinan Fakultas MIPA North Carolina
  • 1979: Century Club
  • 1979: Komite Isu di Progressive Alliance
  • 1980: Komite Keamanan Nasional
  • 1981: Dewan Pengunjung, College of Liberal Arts, Universitas Boston
  • 1981: Dewan Editor, Journal of Business Strategy
  • 1982: Dewan Penasihat Internasional Delian Institute of International Relations
  • 1982: Accademia Mediterranea Delle Scienze, [[Italia
  • 1983: Dewan Penasihat, Environmental Fund
  • 1983: Dewan Direktur, Yayasan Tolstoy
  • 1985: Komite Internasional, Universitas Carnegie-Mellon
  • 1990: Akademi Usaha Kreatif, Uni Soviet
  • 1992: Yayasan Amal Internasional, Rusia
  • 1993: Academie Europeenne
  • 1993: Presiden Kehormatan Akademi Dunia sebagai Proses Ilmu Perencanaan, Italia
  • 1993: Bagian Academie Universelle des Cultures, Perancis
  • 1994: Bagian New York Academy of Sciences
  • 1995: Bagian International Leadership Center on Longevity & Society, Mt. Sinai Hospital
  • American Philosophical Society
  • American Academy of Arts and Sciences
  • International Statistical Institute
  • Bagian kehormatan Pusat Penelitian Ekonomi Jepang, Tokyo
  • Bagian kehormatan Royal Statistical Society, London

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, p2k.nomor.net, dan sebagainya.


Page 26

Wassily Leontief (kelahiran di München, Bayern, Jerman, 5 Agustus 1905) ialah seorang ekonom yang terkenal atas penelitiannya atas bagaimana perubahan dalam satu sektor ekonomi dapat memengaruhi sektor pautannya. Leontief memenangkan Hadiah Nobel Ekonomi pada 1973.

Kehidupan awal

Wassily Leontief, putera Wassily W. Leontief (guru akbar ekonomi) dan Eugenia, memasuki Universitas Leningrad (kini di St. Petersburg) pada 1921. Beliau menerima gelar ekonom terpelajar (sama dengan Master of Arts) pada 1925 dalam usia 19.

Perlawanan pada komunisme

Beliau ditahan beberapa kali karena perlawanannya pada komunisme.

Pada 1925, beliau diizinkan meninggalkan Uni Soviet, sehingga beliau melanjutkan studinya di Universitas Berlin dan pada 1929 beliau menerima gelar doktor dalam ilmu ekonomi dengan spesialisasi dalam Analisis dan Ekonomi Penerimaan-Pengeluaran.

Kehidupan profesional awal

Dari 1927 sampai 1930, beliau memainkan pekerjaan di Institut Ekonomi Dunia di Universitas Kiel. Di sana beliau meneliti turunan kurva permintaan dan penawaran statistik. Pada 1929 beliau berlanjut ke Tiongkok sebagai membantu Kementerian Perkeretaapian sbg penasihat.

Pada 1931, beliau pindah ke Amerika Serikat, dan dipekerjakan oleh National Bureau of Economic Research.

Pernikahan dan afiliasi dengan Harvard

Pada 1932, Leontief menikahi penyair Estelle Marks. Satu-satunya anak mereka, Svetlana Leontief Alpers, lahir pada 1936.

Harvard University mempekerjakannya di tahun yang sama (1932) di Jurusan Ekonominya dan pada 1946 beliau menjadi profesor ilmu ekonomi.

Leontief merancang Harvard Economic Research Project pada 1948 dan tetap menjadi direkturnya sampai 1973. Berasal pada 1965, beliau mengetuai Harvard Society of Fellows.

Kematian

Leontief meninggal di New York City, New York, Amerika Serikat, pada hari Jumat, 5 Februari 1999 pada usia 93.

Publikasi

  • 1941: Structure of the American Economy, 1919-1929
  • 1953: Studies in the Structure of the American Economy
  • 1966: Input-Output Economics
  • 1966: Essays in Economics
  • 1977: Essays in Economics II
  • 1977: The Future of the World Economy
  • 1983: Military Spending: Facts and Figures, Worldwide Implications and Future Outlook, dikarang bersama F. Duchin.
  • 1983: The Future of Non-Fuel Minerals in the U. S. And World Economy, dikarang dengan J. Koo, S. Nasar, dan I. Sohn
  • 1986: The Future Impact of Automation on Workers, dikarang bersama F. Dochin

Penghargaan

  • 1953: Orde Kerubin, Universitas Pisa
  • 1962: Doctor honoris causa, Universitas Brussels
  • 1967: Dr of the University, Universitas York
  • 1968: Perwira Legion d'Honneur, Perancis
  • 1970: Bernhard-Harms Prize Economics, Jerman Barat
  • 1971: Dr honoris causa, Universitas Louvain
  • 1972: Dr honoris causa, Universitas Paris (Sorbonne)
  • 1973: Penghargaan Bank Swedia dalam Ilmu Ekonomi sebagai mengenang Alfred Nobel, juga dikenal sbg Penghargaan Nobel dalam Ekonomi
  • 1976: Dr honoris causa, Universitas Pennsylvania
  • 1980: Dr honoris causa, Universitas Toulouse, Prancis
  • 1980: Dr honoris causa, Universitas Louisville, Kentucky
  • 1980: Doctor of Social Sciences, Universitas Vermont
  • 1980: Doctor of Laws, C. W. Post Center, Universitas Long Island
  • 1980: Russian-American Hall of Fame
  • 1981: Universitas Karl Marx, Budapest, Hongaria
  • 1984: Orde Matahari Terbit, Jepang
  • 1985: Commandeur, Orde Seni dan Tulisan Perancis
  • 1988: Dr honoris causa, Adelphi College
  • 1988: Bagian asing, Akademi Ilmiah Republik Sosialis Uni Soviet
  • 1989: Society of the Optimate, Italian Cultural Institute, New York
  • 1990: Dr honoris causa, Universitas Cordoba, Spanyol
  • 1991: Penghargaan Memorial Takemi, Institut Seizon & Ilmu Kehidupan, Jepang
  • 1995: Harry Edmonds Award for Life Achievement, International House, New York
  • 1995: Dr honoris causa, Universitas Humboldt, Berlin, Jerman

Dalam penghormatan

Universitas Tufts menghadiahkan Leontief Prize for Economics sebagai menghormatinya.

Keanggotaan

  • 1954: Presiden Econometric Society
  • 1968: Bagian korespondensi Institut de France
  • 1970: Presiden American Economic Association
  • 1970: Bagian korespondensi British Academy
  • 1974: Komisi AS-Uni Soviet pada Ilmu Sosial dan Kemanusiaan dari Dewan Penelitian dan Pertukaran Internasional
  • 1975: Komite Amerika di Persetujuan Barat-Timur
  • 1975: Accademia Nazionale dei Lincie, Italia
  • 1976: Presiden dan Seksi F. British Association for the Advancement of Science
  • 1976: Bagian kehormatan Royal Irish Academy
  • 1977: Bagian American Association for the Advancement of Science
  • 1978: Komisi Studi Organization of Peace
  • 1978–1986: Dewan Keyakinan Fakultas MIPA North Carolina
  • 1979: Century Club
  • 1979: Komite Isu di Progressive Alliance
  • 1980: Komite Keamanan Nasional
  • 1981: Dewan Pengunjung, College of Liberal Arts, Universitas Boston
  • 1981: Dewan Editor, Journal of Business Strategy
  • 1982: Dewan Penasihat Internasional Delian Institute of International Relations
  • 1982: Accademia Mediterranea Delle Scienze, [[Italia
  • 1983: Dewan Penasihat, Environmental Fund
  • 1983: Dewan Direktur, Yayasan Tolstoy
  • 1985: Komite Internasional, Universitas Carnegie-Mellon
  • 1990: Akademi Usaha Kreatif, Uni Soviet
  • 1992: Yayasan Amal Internasional, Rusia
  • 1993: Academie Europeenne
  • 1993: Presiden Kehormatan Akademi Dunia sebagai Proses Ilmu Perencanaan, Italia
  • 1993: Bagian Academie Universelle des Cultures, Perancis
  • 1994: Bagian New York Academy of Sciences
  • 1995: Bagian International Leadership Center on Longevity & Society, Mt. Sinai Hospital
  • American Philosophical Society
  • American Academy of Arts and Sciences
  • International Statistical Institute
  • Bagian kehormatan Pusat Penelitian Ekonomi Jepang, Tokyo
  • Bagian kehormatan Royal Statistical Society, London

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, p2k.nomor.net, dan sebagainya.