Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang berbuat ghibah adalah

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS A- hujurat : 12)

Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang berbuat ghibah adalah
Ilustrasi bergosip. ©shutterstock.com/CREATISTA

TRENDING | 16 September 2021 09:52 Reporter : Addina Zulfa Fa'izah

Merdeka.com - Pengertian ghibah penting diketahui oleh umat Islam. Ghibah harus dihindari oleh umat Islam karena merupakan salah satu perbuatan dosa yang dibenci Allah SWT.

Tanpa disadari, ghibah menjadi perbuatan yang sangat mudah dilakukan. Dalam kehidupan bermasyarakat, perilaku tersebut juga disebut bergunjing atau bergosip.

Perlu diketahui, ghibah dapat membawa kerugian, baik untuk orang lain maupun diri sendiri. Ghibah merupakan perbuatan zalim yang dilaknat oleh Allah SWT. Oleh sebab itu, ghibah harus dijauhi dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mengetahui beberapa hal tentang ghibah, merdeka.com telah melansir informasi dari liputan6.com dan berbagai sumber. Berikut ulasan lengkapnya.

2 dari 5 halaman

Ghibah merupakan salah satu perbuatan dosa yang dibenci oleh Allah SWT dan harus dihindari oleh umat Islam. Secara etimologi, ghibah berasal dari bahasa Arab (dari kata ghaabaa yaghiibu ghaiban), yang artinya ghaib, tidak hadir.

Berdasarkan etimologi tersebut, dapat dipahami bahwa ghibah ialah bentuk 'ketidakhadiran seseorang' dalam sebuah pembicaraan. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ghibah yaitu kegiatan membicarakan keburukan (keaiban) orang lain atau bergunjing.

Ghibah merupakan perbuatan membicarakan keburukan atau aib orang lain. Meskipun yang dibicarakan sesuai dengan kenyataan, tetapi ghibah tetaplah suatu perbuatan yang zalim.

Dalam agama Islam, ghibah sangat dilarang karena berisiko menimbulkan fitnah. Perlu diketahui, seseorang yang berghibah bahkan diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Ghibah juga merupakan perbuatan yang sangat dekat dengan perbuatan buruk lainnya seperti iri, dengki, hingga fitnah.

3 dari 5 halaman

Ghibah merupakan perilaku zalim yang dilaknat oleh Allah SWT. Hal tersebut bahkan tercantum dalam Alquran dan hadist. Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nur Ayat 19: "Siapapun gemar menceritakan atau menyebarluaskan kejelekan saudara Muslim kepada orang lain diancam dengan siksa yang pedih di dunia dan di akhirat."Allah SWT menggambarkan perilaku orang yang suka ghibah atau menggunjing dan membicarakan orang lain dalam Surat Hujurat Ayat 12:"Wahai orang-orang beriman jauhilah banyaknya prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, janganlah kalian mencari-cari kesalahan, jangan menggunjing sebagian terhadap sebagian, apakah engkau senang jika makan daging bangkai saudaranya? Maka kalian membencinya, dan takutlah kepada Allah sesungguhnya Allah menerima taubat dan Maha penyayang."Rasulullah SAW juga melarang umatnya untuk berghibah. Diriwayatkan dalam hadist Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

"Orang Islam itu saudara bagi orang Islam lain, jangan saling mengkhianati, jangan saling membohongi, dan jangan saling merendahkan, setiap Muslim atas Muslim yang lain itu haram rahasianya, hartanya dan darahnya, taqwa itu ada di sini (dalam hati) cukup seseorang dikatakan jelek jika memandang rendah saudaranya Muslim."

4 dari 5 halaman

Melansir dari dream.co.id, Rasulullah SAW menyatakan bahwa dosa orang yang berghibah berat dari dosa zina. "Ghibah itu lebih berat dari zina. Seorang sahabat bertanya, 'Bagaimana bisa?' Rasulullah SAW menjelaskan, 'Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya," (HR At-Thabrani).Selain itu, diriwayatkan bahwa Allah SWT pernah berfirman kepada Nabi Musa AS:"Siapa saja yang meninggal dunia dalam keadaan bertaubat dari perbuatan ghibah, maka dia adalah orang terakhir masuk surga. Dan siapa saja yang meninggal dalam keadaan terbiasa berbuat ghibah, maka dia adalah orang yang paling awal masuk neraka."

Di akhirat nanti, seseorang yang suka berghibah akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT oleh orang yang dighibahnya. Amal kebaikannya pun dibayarkan kepada orang-orang yang pernah dizaliminya, termasuk kepada orang yang telah dighibahnya. Kemudian setelah amal kebaikannya habis, amal keburukan orang-orang yang dizaliminya ditimpakan pada dirinya.

5 dari 5 halaman

Terdapat beberapa cara untuk menghindari ghibah, di antaranya sebagai berikut. 1. Memperbanyak ilmu agama, dengan mengikuti kajian, membaca Alquran dan tafsirnya, serta selalu berpikir positif agar dapat menjauhkan diri dari menggunjingkan orang lain. 2. Diam atau tidak menanggapi. Salah satu cara menghindari berghibah yaitu diam. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam." (Muttafaq 'alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)3. Menasehati pelaku ghibah untuk menyudahinya. Anda bisa mengatakan dan mengingatkan pelaku ghibah bahwa perbuatan yang dilakukannya itu salah. Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, rubahlah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman" (HR Muslim 70)

(mdk/add)

Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang berbuat ghibah adalah

Faktor Pendorong Ghibah.

Di antara penyebab orang berbuat ghibah adalah:

1. Sebagai pelampiasan kemarahan.

Dalam keadaan marah, kebanyakan manusia kehilangan kontrol akan akal sehatnya. Tak jarang orang yang marah berbuat sadis serta ghibah kepada orang yang dibencinya.

Untuk mengobati hal ini hendaklah dia ingat firman Alloh  : 

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imron [3]: 133-134)

Oleh karena itu Rosululloh   bersabda:

“Barangsiapa yang menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskannya, maka pada Hari Kiamat nanti Alloh akan memanggilnya dihadapan semua makhluk hingga Alloh memberinya pilihan bidadari yang dia inginkan sesukanya.” (HR. Abu Dawud)

2. Berbasa-basi dan mencocoki teman dalam bergaul.

Ketika seseorang nimbrung bersama teman dekatnya dan di majelis tersebut ada ghibah, terkadang muncul perasaan canggung untuk mengingkari atau memotong ucapannya. Dia takut akan ocehan teman-temannya. Akhirnya diapun berubah status yang tadinya berperan sebagai “setan bisu” yang diam terhadap kemungkaran kemudian menjadi “setan bicara” yang ikut menyebarkan kemungkaran. Inilah keadaan kebanyakan kita.

3.Ingin meninggikan dirinya dengan cara merendah kan orang lain.

Termasuk dari kesombongan adalah tidak mau mengakui bahwa banyak orang lain yang lebih utama dari dia dalam ilmu, akhlaq maupun ibadahnya. Oleh karena itu, Alloh   berfirman seraya menasihati orang yang berilmu:

﴿…  وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ   ﴾

 “Dan diatas setiap orang yang berilmu itu masih ada yang lebih pandai.” (QS. Yusuf [12]: 76)

Akhirnya rasa tinggi hati dalam diri seseorang tersebut membuat ia menggibah saudaranya. Misalnya dengan mengatakan, “Si Fulan hanya menang semangat tapi ilmunya gak ada.” Dengan tujuan mengangkat dia didepan orang lain biar dikatakan lebih hebat dan berilmu. Banyak sekali tipe orang seperti ini yaitu tipe orang yang tega menjegal saudaranya sendiri dengan ghibah demi sanjungan dan popularitas semu yang akan layu ditelan waktu.

4. Banyaknya waktu luang dan kebosanan.

Penyebab terbesar kerugian pada diri seseorang adalah waktu luang yang disia-siakan. Oleh karena itu, banyak sekali dalam al-Qur’an Alloh   bersumpah demi waktu. Bahkan, Rosululloh   juga mengingatkan:

“Dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai dan lupa padanya; yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. al-Bukhori)

Betapa banyak waktu luang menjadi ajang ngerumpi dan mengghibah tanpa dia sadari. Seolah mereka merasakan betapa lezatnya memakan daging bangkai saudaranya yang dibumbui setan dengan dusta. Sungguh rugi sekali orang yang punya waktu luang digunakan untuk ngerumpi dan mengghibahi saudaranya tiada henti. Oleh karena itu hendaknya seorang Muslim mengingat lima sebelum lima. Satu diantaranya mengingat waktu luang sebelum sempit tiba sehingga ia tidak gunakan waktu luangnya untuk ghibah yang amat hina.

5.Mencari muka di depan atasan.

Demi mendapat pujian atasan, seseorang rela menyikut dan menjatuhkan sesama teman. Untuk mencari sanjungan atasan, seseorang berani mengghibah saudaranya di hadapan bosnya. Tujuannya tidak lain untuk mencari muka di depan atasannya agar dia naik jabatan atau pangkatnya. Atau agar dia disebut lebih utama daripada saudaranya. Orang seperti ini adalah orang yang mencari ridho manusia tetapi dengan kemurkaan Alloh  . Rosululloh   bersabda:

“Dan barangsiapa yang mencari keridhoan manusia dengan kemurkaan Alloh, maka Alloh akan menyerahkan urusannya kepada manusia.” (HR. at-Tirmidzi)

6.Ujub (bangga terhadap diri sendiri) dan lupa terhadap kekurangan diri sendiri.

Ujub adalah sikap menganggap diri sendiri mempunyai hak terhadap Alloh   dan makhluk dibanding dengan orang lain. Perbedaannya dengan sombong adalah ujub bisa muncul walaupun seseorang dalam keaadan sendiri, karena dia merasa sempurna dan lebih dari orang lain. Adapun sombong adalah sifat yang dilahirkan dari rasa ujub yang dimunculkan pada orang lain.

Oleh karena itu, seseorang hendaknya sibuk mengoreksi kesalahan diri sendiri. Orang yang pekerjaannya mengghibahi orang lain adalah orang yang tidak melihat aibnya sendiri. Dia melihat dirinya seolah sempurna tanpa kesalahan. Bahkan, kesalahan orang lain yang sekecil semut padahal jauh tampak jelas dimata dia. Sementara kesalahan sendiri yang besar dan di depan mata tidak tampak. Maka benarlah peribahasa “Kuman di seberang lautan tampak dan gajah di pelupuk mata tidak tampak”. Itulah perumpamaan orang yang suka menggibahi orang lain tanpa melihat aib dirinya sendiri.

7.Bercanda.

Banyak sekali orang bercanda dengan mengghibah saudaranya. Dengan candanya, ia membeberkan semua aib temannya. Terkadang sampai orang yang dicandai merasa malu dan terpojok. Bahkan lebih dari itu. Ia merasa dilecehkan dan dipermalukan di depan orang lain.

Sebenarnya bukannya canda itu haram dan tidak boleh. Dibolehkan canda, asalkan tidak ada unsur ghibah dan pandai dalam mengemas dan menempatkannya. Memang jauh sekali canda kita dengan canda Rosululloh  . Canda–canda beliau   adalah canda yang benar yang menghibur dan memberikan kebahagiaan kepada yang dicandai. Bukan canda-canda ghibah yang tak bermutu dan tabu, melainkan canda yang bersumber dari ilmu dan bukan sekedar mengisi waktu saat jemu.

8.Hasad (iri hati).

Inilah salah satu penyebab utama orang melakukan ghibah. Ketika orang lain mempunyai kelebihan yang tak ada pada dirinya, maka si pengghibah mulai menyebar gosip tentang kejelekan orang tersebut atau keluarganya. Dengan tujuan kelebihan orang tersebut hilang atau pindah kepadanya. Padahal ghibah tersebut tidak mempengaruhi nikmat Alloh   padanya. Akan tetapi, karena kebusukan jiwa dengan ghibahnya seolah-olah dia protes kepada Alloh, “Ya Alloh kenapa engkau beri nikmat tersebut kepada fulan dan bukan kepadaku?” Sungguh ini  merupakan kelancangan kepada Alloh.

BACA HALAMAN SELANJUTNYA : GHIBAH YANG DI PERBOLEHKAN, MEMANG ADA ?