Program ekonomi yang digunakan untuk membiayai proyek prestise mercusuar

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 11 are not shown in this preview.

Bab IV Sistem dan Struktur Politik-. B. Perkembangan Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin.

Top 1: Dana Revolusi digunakan untuk membiayai proyek-pro... - Roboguru

Pengarang: roboguru.ruangguru.com - Peringkat 212

Ringkasan: Jawaban yang tepat dari pertanyaan diatas adalah A. Untuk lebih jelasnya, yuk pahami penjelasan berikut: Dana Revolusi merupakan salah satu kebijakan dari perekonomian Demokrasi Terpimpin yang di instruksikan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 360 tahun 1964. Kebijakan yang dikelola oleh Jusuf Muda Dalam ini merupakan salah satu perwujudan dari politik mercusuar Presiden Sukarno yang merupakan wujud mengagungkan Indonesia di mata luar negeri dengan membangun proyek-proyek yang megah. Hal ini d

Hasil pencarian yang cocok: Dana Revolusi digunakan untuk membiayai proyek-proyek mandataris presiden yang bersifat prestise dengan mengorbankan perekonomian dalam negeri. Kondisi ... ...

Top 2: Perhatikan pernyataan berikut! Menurut Anda, b... - Roboguru

Pengarang: roboguru.ruangguru.com - Peringkat 210

Ringkasan: Benar Pada tahun 1964 Presiden Soekarno mengeluarkan ketetapan mengenai perhimpunan dan penggunaan dana revolusi. Hasil penggalangan dana revolusi digunakan untuk membiayai proyek-proyek mandataris Presiden, yang bersifat prestise politik dengan mengorbankan kondisi ekonomi dalam negeri. Akibat kejadian ini utang-utang negara semakin meningkat. Dengan demikian benar bahwa dana revolusi digunakan untuk membiayai proyek-proyek mandataris Presiden yang bersifat prestise..

Hasil pencarian yang cocok: Perhatikan pernyataan berikut! Menurut Anda, benar atau salah pernyataan tersebut? Kemukakan pendapat Anda! ...

Top 3: Pada tahun 1964 Presiden Soekarno menerapkan kebijakan Dana ...

Pengarang: brainly.co.id - Peringkat 99

Ringkasan: . pada masa perundagian telah terjadi pelapisan sosial pada masyarakatnya.jelaskan!bantu jawab ya kk kk:)​ . bagaimana cara jepang mengunakan ekspansi politk in dalam perang dunia ke dua?​ . jelaskan dan uraikan berbagai macam kemenangan jepang dalam perang asia timur raya dan proses masuknya jepang ke indonesia?​ . sebutkan tokoh-tokoh pada legenda saraswati? tolong ya kak. Agama Hindu​ . apakah perang rusia ke ukraina ada hubunganya dgn perang d

Hasil pencarian yang cocok: Pada tahun 1964 Presiden Soekarno menerapkan kebijakan Dana Revolusi yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek mandataris presiden. ...

Top 4: Apa saja dampak dari adanya dana revolusi - Brainly.co.id

Pengarang: brainly.co.id - Peringkat 93

Ringkasan: . tolong dibantu jawablah tapi jawabnya jangan ngasal makasih soalnya buat besok jam 06.00 makasih✨​ . tolong dibantu jawab ya tapi jawabnya jangan ngasih soalnya ini buat jam 14.00 makasih​ . ingat yang boleh jawab pertanyaan ini hanya rank mederator sajajelaskan kenapa sebagai medeator harus propesional dalam menghapus jawaban orang​ . Seorang pengusaha konveksi menaikkan produksinya sebanyak 30 kaos setiap bulannya karena permintaan pasar. Pada bulan pert

Hasil pencarian yang cocok: Hasil penggalangan dana revolusi digunakan untuk membiayai proyek-proyek mandataris Presiden, yang bersifat prestise politik dengan ... ...

Top 5: 34 Jawaban b Upaya pembebasan Irian Barat dilaksanakan melalui ...

Pengarang: coursehero.com - Peringkat 187

Ringkasan: 34.Jawaban: bUpaya pembebasan Irian Barat dilaksanakan melaluiempat cara, yaitu diplomasi, konfrontasi ekonomi,konfrontasi politik, dan konfrontasi militer. Bentukkonfrontasi ekonomi yang dijalankan pemerintahIndonesia meliputi dengan pembatalan utang-utangIndonesia kepada Belanda senilai F 3.661 juta, sertamelarang maskapai penerbangan Belanda(Koninklijke Luchtvaart Maatschappij) melakukanpenerbangan dan pendaratan di wilayah Indonesia.Kunci Jawaban dan Pembahasan Sejarah Indonesia Kelas XII353

Hasil pencarian yang cocok: Hasilpengumpulan Dana Revolusi digunakan untukmembiayai proyek-proyek mandataris presiden.Pengutamaanproyek-proyekinitentumengorbankan kondisi ekonomi dalam ... ...

Top 6: Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII

Pengarang: epaper.myedisi.com - Peringkat 93

Hasil pencarian yang cocok: ... Presiden Soekarno tetap pada pendiriannya untuk menghimpun dana revolusi, karena dana ini digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang bersifat prestise ... ...

Top 7: kehidupan politik dan ekonomi pada masa - Academia.edu

Pengarang: academia.edu - Peringkat 127

Ringkasan: Loading PreviewSorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Hasil pencarian yang cocok: Hasil pengumpulan Dana Revolusi digunakan untuk membiayai proyek-proyek mandataris presiden yang bersifat prestise politik dengan mengorbankan kondisi ... ...

Top 8: Modul Sejarah Indonesia Kelas XII KD . 3.4 dan 4.4 - Repositori Kemdikbud

Pengarang: repositori.kemdikbud.go.id - Peringkat 153

Hasil pencarian yang cocok: 4. Hasil pengumpulan dana revolusi digunakan untuk membiayai proyek-proyek mandataris presiden dikenal dengan proyek mercusuar. Proyek ini bersifat pretise. ...

Top 9: Perkembangan Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

Pengarang: text-id.123dok.com - Peringkat 141

Ringkasan: . Sejarah Indonesia 99. 6. Dekon 7. Proyek Mercusuar. c. Informasi tentang topik-topik tersebut akan kalian diskusikan dan presentasikan pada pertemuan berikutnya.. B. Perkembangan Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin. Sejak diberlakukannya kembali UUD 1945, dimulailah pelaksanaan ekonomi terpimpin, sebagai awal berlakunya herordering ekonomi. Dimana alat-alat. produksi dan distribusi yang vital harus dimiliki dan dikuasai oleh negara atau minimal di bawah pengawasan negara. Dengan demikian pera

Hasil pencarian yang cocok: Di unduh dari : Bukupaket.com 100 Kelas XII SMAMA Pola Proyek Pembangunan Nasional ... karena dana ini digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang bersifat ... ...

Top 10: Soal dan Jawaban Sejarah Indonesia Kelas 12 Semester 1

Pengarang: markombur.com - Peringkat 139

Ringkasan: Berikut ini adalah contoh soal Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas XII SMA lengkap dengan kunci Jawaban.Soal Pilihan Ganda1. Pada masa revolusi kemerdekaan partai komunis Indonesia menjadi salah satu kekuatan politik yang berpengaruh dalam pemerintahan RI. Fakta yang mendukung pernyataan tersebut adalah….A. Amir Syarifudin menjabat sebagai perdana menteriB. ajaran Nasakom menajdi landasan politik luar negeri IndonesiaC. Partai Komunis Indonesia bergabung dengan front Dem

Hasil pencarian yang cocok: 1 Nov 2021 — Pada masa revolusi kemerdekaan partai komunis Indonesia menjadi salah ... yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek mandataris presiden. ...

tirto.id - Menjelang akhir dekade 1950-an perekonomian Indonesia dalam keadaan berat. Inflasi dan kelangkaan barang menjadi hal lumrah di mana-mana. Pemerintah bukan tak berupaya, hanya saja hasilnya tak menunjukkan progres membaik.

Menilik kondisi itu Mohammad Hatta hanya bisa geram. Ia sudah bukan lagi wakil presiden dan tak ada guna berharap kepada Sukarno, kawan seperjuangannya dulu. Tetapi, ia tahu itu bukan salahnya seorang.

"Presiden Sukarno yang memimpin pemerintahan diakuinya mempunyai ‘cita-cita, tetapi [ia] bukan ahli ekonomi, sedangkan orang yang disuruh menjalankan ekonomi tidak mengerti seluk-beluk ekonomi’. [...] Akibatnya, ‘semua menjadi kacau’," tulis Deliar Noer mengutip Hatta dalam Mohammad Hatta: Biografi Politik (1990, hlm. 567).

Baca juga:

  • Perjumpaan dan Perpisahan Dwitunggal Sukarno-Hatta

Karena itu Hatta bertambah geram ketika tahu pada 1958 pemerintahan Sukarno begitu ngotot mengajukan diri menjadi tuan rumah Asian Games ke-4 tahun 1962. Kali ini ia sampai perlu menyurati langsung Perdana Menteri Djuanda pada 24 Juni 1958 untuk menyatakan keberatannya itu.

Alasannya, ongkos penyelenggaraan yang besar tak sepadan dengan kemampuan ekonomi Indonesia dewasa itu. Lagi pula ada permasalahan politik yang tak kalah penting: keikutsertaan Israel dan Taiwan. Kedua negara itu belum sepenuhnya diterima oleh negara Asia lain. Konsekuensi politik internasionalnya agak berat, menurut Hatta. Karena itu, kepada PM Djuanda, Hatta meminta agar pengajuan proposal tuan rumah Asian Games ke-4 baiknya ditinjau kembali.

Tetapi, pemerintah sudah tak bisa mundur. Sukarno pun jelas tak ingin mundur. Lantas, apa yang membuat Indonesia begitu percaya diri mampu menjadi tuan rumah Asian Games ke-4 1962 di tengah keterbatasan ekonominya?

Baca juga:

  • Asian Games: Hasrat Politik Sukarno & Ambisi Infrastruktur Jokowi

Setelah Dua Kali Gagal

Bukan hanya sekali Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah Asian Games. Upaya itu bahkan sudah dimulai sejak Asian Games pertama di India pada 1951. Saat itu Asian Games Federation (AGF) menolak proposal Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games kedua.

Proposal kedua kembali diajukan kepada sidang AGF yang bertepatan dengan Asian Games kedua pada 1954 di Filipina. Selain masalah ekonomi, AGF menilai kondisi politik dan keamanan Indonesia kurang kondusif. Kenyataannya memang pemerintah Indonesia dibuat pusing oleh pemberontakan Andi Aziz, pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), dan pemberontakan DI/TII pimpinan Kartosuwiryo.

Baca juga:

  • Ketika Para Sersan Menegakkan Republik Maluku Selatan

“Lagi-lagi, masih belum ada kepercayaan AGF terhadap kemampuan pemerintah Indonesia untuk menjamin kelancaran atau berlangsungnya AG III tahun 1958. Sebagian besar anggota AGF lebih memilih Tokyo untuk menyelenggarakan AG III tahun 1958," tulis Amin Rahayu dalam tesisnya, Pesta Olahraga Asia (Asian Games IV) Tahun 1962 di Jakarta: Motivasi dan Capaiannya (2012, hlm. 5).

Amin Rahayu meneliti seluk-beluk penyelenggaraan Asian Games ke-4 pada 1962, termasuk usaha-usaha delegasi pemerintahan Bung Karno melobi AGF agar bersedia menerima proposal Indonesia.

Pemerintahan Sukarno kembali mengajukan proposal pada Asian Games ke-3 pada 1958 di Tokyo. Kala itu delegasi Indonesia diwakili oleh Menteri Olahraga R. Maladi dengan anggota Sri Paku Alam VIII dan Dr. A. Halim. Ketiganya membawa misi berat dari Presiden Sukarno: meyakinkan AGF agar Asian Games ke-4 dilangsungkan di Jakarta.

Baca juga:

  • Pasukan Andi Azis Menolak Tentara dari Jawa
  • Kekecewaan Kartosoewirjo yang Memicu Proklamasi NII

Jakarta kala itu belum jadi metropolitan sebagaimana sekarang. Infrastruktur olahraga yang dimiliki Jakarta hanya lapangan Ikada. Akomodasi penunjang lain seperti hotel dan sarana transportasi masih ala kadarnya. Saingan Indonesia kala itu adalah Taiwan dan Pakistan yang nisbi lebih siap.

Meski begitu, Indonesia memiliki satu jaminan yang diharapkan bisa meyakinkan AGF: pembayaran pamapasan perang Jepang untuk pembangunan.

Agaknya jaminan itulah yang kemudian cukup bisa meyakinkan anggota AGF. Proposal Indonesia akhirnya diterima setelah melalui debat dan pemungutan suara yang melelahkan.

Dalam tesisnya, Amin menulis, “Pada saat proses penghitungan suara dalam sidang AGF, yang dihadiri secara lengkap oleh para anggotanya, yang diselenggarakan di Sankei Kaikan, akhirnya Jakarta berhasil mengumpulkan 22 suara pendukung, menang tipis atas Karachi, ibukota Pakistan, yang memperoleh 20 suara, sementara satu suara dinyatakan void atau batal."

Baca juga:

  • Olimpiade Tandingan yang Menyatukan Politik dan Olahraga

Demi Wibawa Internasional

Menurut Amin Rahayu, motivasi terbesar Indonesia ingin menjadi tuan rumah Asian Games demi menunjukkan Indonesia adalah "bangsa besar" meski baru saja merdeka. Jadi, Sukarno merasa perlu mengangkat nama, harkat, dan martabat bangsa Indonesia di mata internasional. Motivasi kedua demi menunjukkan prestasi olahraga Indonesia di mata internasional.

“Hal ini dilakukan dengan upaya meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana olahraga," tulis Amin. Karena itulah persiapan Asian Games ke-4 berkelindan dengan visi besar pembangunan Indonesia ala Bung Karno.

Soal ini juga dikuatkan oleh sejarawan Restu Gunawan. Sukarno selalu mengangankan Indonesia sebagai "mercusuar dunia" dengan Jakarta sebagai pusatnya. Asian Games ke-4 adalah momen awal pembangunan fisik besar-besaran di Jakarta.

"Dalam gagasan Bung Karno ada sebuah paket segitiga pembangunan. Kawasan sekitar Monumen Nasional ditentukan sebagai pusat pemerintahan, Senayan pusat olahraga dan budaya, sebelah barat Senayan sebagai political venue," tulis Restu dalam Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa (2010, hlm. 74-75).

Baca juga:

  • Cara Legendaris ala Hatta Mengkritik Sukarno

Akan tetapi, karena kebijakan yang terlihat hanya menghamburkan uang negara itu, Bung Karno menuai banyak kritik.

Kritik Hatta hanyalah salah satunya. Meski begitu, toh Sukarno jalan terus. Ia tahu benar bahwa prioritas kala itu adalah memberantas kemiskinan rakyatnya. Namun, kebanggaan nasional juga penting.

“Ini semua bukanlah untuk keagunganku, tapi agar seluruh bangsaku dihargai oleh seluruh dunia," ujar Sukarno sebagaimana dikutip Cindy Adams dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2014, hlm. 354).

"Seluruh negeriku membeku ketika mendengar Asian Games 1962 akan diselenggarakan di ibukotanya. Kami lalu mendirikan stadion dengan atap melingkar yang tak ada duanya di dunia. [...] Ya, memberantas kelaparan memang peting, tetapi memberi jiwa mereka yang telah tertindas dengan sesuatu yang dapat membangkitkan kebanggaan—ini juga penting," tambah Sukarno.

Proyek-Proyek Mercusuar Sukarno

Amin Rahayu dalam penelitiannya menyebut bahwa persiapan untuk mengegolkan proposal Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games ke-4 sudah direncanakan sejak 1957.

Kala itu pemerintah menyelenggarakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk membahas persoalan ekonomi dan politik nasional. Salah satu bahasannya adalah biang dua kali kegagalan proposal Indonesia kepada Asian Games Federation. Karena itu Musyawarah memutuskan perlu pembangunan sarana dan prasarana olahraga yang memadai untuk gelaran internasional (hlm. 8-9).

Indonesia mendapat angin segar dari perjanjian pampasan perang dengan Jepang, yang sempat macet tapi akhirnya disepakati pada 15 April 1958. Itu tepat sebulan sebelum sidang AGF di Tokyo yang membahas pelaksanaan Asian Games 1962. Karena kesepakatan itulah delegasi Indonesia punya jaminan untuk menjadi tuan rumah pesta olahraga terakbar se-Asia itu.

“Jumlah pampasan perang senilai 223.390.000 juta dolar AS akan dilunasi selama 12 tahun dengan cicilan 20 juta dolar AS selama 11 tahun, dan sisanya 3,08 juta dolar AS akan dilunasi pada tahun ke-12. Dengan demikian berarti pembayaran tersebut akan lunas pada tahun 1970," tulis Amin dalam tesisnya (hlm. 33).

Proyek pertama yang kemudian dibangun dari dana pampasan perang itu adalah Hotel Indonesia. Hotel mewah bintang lima pertama di Indonesia itu mulai dibangun pada 1959. Selain disiapkan untuk menampung tamu-tamu luar negeri selama Asian Games berlangsung, HI juga menjadi tonggak awal pengembangan pariwisata Indonesia.

Baca juga:

  • Hotel Indonesia: Proyek Mercusuar Sukarno untuk Asian Games
  • Sarinah, Proyek Mercusuar Sukarno

Proyek selanjutnya tentu saja pembangunan sarana olahraga berstandar internasional sesuai persyaratan AGF. Sejarawan Restu Gunawan menyebut semula Sukarno merencanakan pembangunan kompleks olahraga di daerah Bendungan Hilir seluas 300 hektare. Rencana ini tak diteruskan karena ditolak oleh Gubernur Jakarta Soemarno Sostroatmodjo, yang mengusulkan daerah Rawamangun saja karena masih kosong (hlm. 74).

Bung Karno lantas mengajak arsitek kesayangannya Friedrich Silaban untuk bersama mencari lokasi yang lebih cocok untuk dibangun kompleks olahraga. Dengan helikopter, keduanya mulai mengamati daerah selatan Istana. Mereka mengamati daerah sekitar Bendungan Hilir dan Senayan.

"Dalam penerbangan tersebut, Silaban mengarahkan agar helikopter berputar di atas Senayan. Sampai akhirnya, secara perlahan muncul ide Bung Karno bahwa daerah Senayan cocok untuk stadion," tulis Restu.

Baca juga:

  • Soemarno Sosroatmodjo: Gubernur Jakarta Penggagas Rumah Murah
  • Friedrich Silaban, Sentuhan Tangan Anak Pendeta di Masjid Istiqlal

Kala itu kawasan Senayan merupakan kampung dengan daerah rawa dan kebun. Karena pertimbangan itulah Sukarno memilih daerah Senayan sebagai lokasi kompleks olahraga untuk Asian Games.

Sebagai langkah awal, pemerintah melakukan pembebasan lahan dengan menggusur dan memindahkan warga ke daerah lain pada 1959. Empat kampung yang digusur adalah Senayan, Petunduan, Kebon Kelapa, dan Bendungan Hilir. Penduduk empat kampung itu lalu direlokasi ke daerah Tebet.

Restu menulis, "bekas penduduk Senayan yang dipindahkan ke Tebet menerima kaveling masing-masing keluarga seluas minimal 100 meter persegi, dengan membayar harga maksimal 60 persen dari ganti rugi atas tanah hak milik mereka di Senayan."

Restu juga menyebut bahwa pembangunan kompleks olahraga yang nantinya disebut sebagai Gelora Bung Karno itu dibantu pembiayaannya oleh Uni Soviet. Sukarno berhasil melobi Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Khrushchev untuk mendapatkan pinjaman lunak sebesar 12,5 juta dolar AS. Pembangunan Gelora Bung Karno resmi dimulai pada 8 Februari 1960.

Menurut Amin Rahayu, pembangunan-pembangunan besar semasa Demokrasi Terpimpin diamankan dengan TAP MPRS No. II/MPRS/1960 tentang Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961-1969. Pembangunan infrastruktur terkait Asian Games 1962 yang masuk dalam beleid ini di Jakarta adalah Gelora Bung Karno, Pembangunan Monumen Nasional, Pembangunan TVRI, Wisma Warta, dan Tugu Selamat Datang.

Baca juga:

  • Sejarah Monas dan Ironi Cita-Cita Bung Karno
  • Kemesraan Jakarta-Moskow dalam Kunjungan Khrushchev ke Indonesia

Restu juga mencatat beberapa proyek lain yang tak kalah besar selama persiapan Asian Games: Sebuah jalan raya baru yang menghubungkan Slipi dan Cawang; serta pelebaran ruas Jalan Sudirman hingga Thamrin.

“Untuk menghubungkan jalan baru, dibangun jalan memotong Jalan Sudirman yang dibuat setengah lingkaran sehingga menyerupai daun semanggi (cloverleaf, klaverblad)," tulis Direktur Seni dan Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan itu.

Itulah yang kini kita kenal sebagai Jembatan Semanggi.

Sukarno juga membangun Jakarta bypass sepanjang 27 kilometer Pelabuhan Tanjung Priok ke pusat kota Jakarta. Menurut Restu proyek-proyek jalan inilah yang memicu pertumbuhan permukiman di Cempaka Putih dan Pulo Gadung (hlm. 78-79).

Seturut penelusuran Amin Rahayu, selain mengandalkan pinjaman luar negeri, pemerintahan Sukarno juga mengalokasikan anggaran khusus untuk proyek-proyek kolosal itu. Total, negara menganggarkan dana senilai Rp 3,637 miliar. Dana itu dianggarkan untuk tahun 1961 sebesar Rp 1,537 miliar dan 1962 sebesar Rp 2,100 miliar.

Untuk mengejar tenggat waktu pelaksanaan Asian Games ke-4, yang sedianya dilangsungkan pada Agustus 1962, seluruh proyek itu dikerjakan secara serentak. Tak hanya melibatkan pekerja bangunan biasa, kesatuan Zeni TNI AD juga ikut diterjunkan.

“Pada saat puncak penyelesaiannya, lebih dari 40 sarjana teknik dari Indonesia, siang-malam harus turun tangan memimpin sekitaran 12.000 tenaga kerja sipil dan militer, yang datang secara bergiliran dalam tiga shift. Selama pelaksanaan tugasnya, para teknisi Indonesia tersebut didampingi oleh tenaga ahli bantuan teknis dari Uni Soviet," tulis Amin Rahayu (hlm. 89).

Proyek-proyek itu hampir semuanya selesai tepat pada waktunya. Indonesia pun cukup sukses sebagai tuan rumah Asian Games ke-4 tahun 1962 itu.

Baca juga:

  • Mencari Tenang di Kemang

Hingga kini proyek-proyek monumental itu masih dapat kita saksikan dan berfungsi. Namun, selain kebanggaan, monumen-monumen itu juga mewariskan dampak negatif.

Sejarawan Restu Gunawan menyebut pemindahan warga Senayan ke Tebet dan beberapa daerah lain sebenarnya menyalahi rencana pembangunan Jakarta. Tebet dan Kemang, misalnya, sejak zaman Belanda sudah ditetapkan sebagai daerah penggenangan banjir. Kepadatan penduduk yang terjadi setelahnya justru membikin runyam warganya kini.

“Dampaknya sejak tahun 1960-an, daerah Lembah Setiabudi (Karet), Lembah Tebet, dan Kemang selalu kebanjiran," tulis Restu. "Lembah Setiabudi terkena limpahan air dari kanal banjir dan daerah-daerah sekitarnya yang sudah terbangun sehingga air tidak bisa mengalir secara gravitasi ke kanal banjir. Sementara itu, daerah Kemang terkena banjir dari Sungai Krukut yang meluap. Warga Tebet terkena banjir dari Sungai Ciliwung."

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 1962 atau tulisan menarik lainnya Fadrik Aziz Firdausi
(tirto.id - fdr/fhr)


Penulis: Fadrik Aziz Firdausi
Editor: Fahri Salam

Subscribe for updates Unsubscribe from updates