Persediaan barang dagang adalah elemen penting yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan dagang. Show
Seperti namanya, elemen yang termasuk dalam persediaan barang dagang adalah barang-barang yang memang untuk dijual, bukan seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Misalnya Anda pengusaha sepatu, maka barang dagangnya adalah sepatu yang dijual. Sedangkan aset lain seperti laptop, mesin jahit, dan alat-alat lain tidak termasuk barang dagang karena tidak dijual dan merupakan aset operasional. Untuk lebih memahami apa itu persediaan barang, mari simak penjelasan lengkapnya melalui artikel ini. Pengertian Persediaan Barang DagangSecara singkat, Chron mendefinisikan persediaan barang dagang secara singkat yaitu segala bentuk barang dagang yang diperoleh pedagang untuk dijual kembali. Umumnya, persediaan barang dagang dilakukan oleh para pengusaha di bidang ritel, grosir, atau setingkat distributor. Berbeda dengan persediaan barang lain, persediaan barang dagang terbilang lebih sederhana karena aktivitas penyimpanan barang dagang tanpa melalui proses pengolahan yang sifatnya merubah bentuk maupun fungsi. Dalam akuntansi, persediaan barang dagang merupakan aset lancar karena sifatnya yang mudah dikonversikan menjadi uang tunai. Selain itu, persediaan barang dagang berada pada saldo debit normal yang berarti debit akan meningkat dan kredit akan berkurang. Manfaat Mengatur dan Mencatat Persediaan Barang DagangPersediaan barang dagang sejatinya perlu diatur dan dicatat karena seperti yang telah disebutkan tadi, persediaan barang dagang termasuk aktiva lancar yang harus dicatat keluar-masuknya untuk kebutuhan laporan keuangan. Selain itu, persediaan barang dagang juga harus dikelola secara efektif dan efisien agar memiliki nilai manfaat bagi perusahaan. Adapun manfaat yang bisa didapat dari tata kelola persediaan barang dagang adalah sebagai berikut:
Strategi Manajemen Persediaan Barang DagangPersediaan barang dagang sangat erat kaitannya dengan bagaimana perusahaan menerapkan strategi penjualannya. Nah, berikut beberapa strategi umum yang dilakukan perusahaan untuk mengatur dan mengelola persediaan barang dagang: 1. Lot Size Inventory (Bath Stock)Lot size inventory adalah strategi dengan mengadakan persediaan barang dagang yang melebihi perkiraan kebutuhan saat ini. Biasanya strategi ini digunakan ketika perusahaan memanfaatkan potongan harga dan ongkos pengiriman dari supplier. 2. Fluctuation Stock (Stok Fluktuasi)Merupakan strategi persediaan dengan membeli barang dagang untuk menghadapi kemungkinan terjadi fluktuasi permintaan dari pelanggan yang sulit diprediksi. Strategi ini sifatnya berjaga-jaga untuk menghindari perusahaan dari kerugian karena tidak bisa memenuhi permintaan konsumen yang tinggi. 3. Anticipation Stock (Stok Antisipasi)Agak mirip dengan stok fluktuasi, stok antisipasi dilakukan untuk menghadapi lonjakan permintaan yang telah diramalkan berdasarkan pola konsumsi konsumen setiap tahunnya. Misalnya saja ketika menjelang ramadhan, pengusaha baju lebaran cenderung menyediakan barang dagangan lebih banyak dibanding waktu-waktu lain. 4. Persediaan KonsinyasiKonsinyasi atau titipan yaitu barang dagang ditempatkan di tempat lain untuk dijual. Misalnya di tempat agen, cabang, atau mitra usaha. Konsinyasi merupakan strategi penjualan untuk mendapatkan keuntungan lebih dari penempatan produk ke wilayah yang lebih spesifik dan memiliki pasar yang lebih baik. Pencatatan Akuntansi Persediaan Barang DagangSetiap aktivitas atau transaksi keluar masuk persediaan barang dagang perlu dicatat untuk mengetahui faktor yang memengaruhi transaksi persediaan barang. Berikut beberapa transaksi yang bisa memengaruhi persediaan barang dagang suatu perusahaan. 1. Pengadaan atau PembelianSetiap transaksi pengadaan mulai dari pembelian dan pelunasan barang dagang yang dilakukan kepada supplier. Potongan atau diskon yang diperoleh dari pembelian persediaan barang dari supplier. Potongan biasanya hanya diberikan apabila pembeli membeli dalam jumlah besar. 3. Biaya Pengiriman PembelianTransaksi terhadap ongkos kirim yang dibayarkan ketika membeli barang dagang dari supplier ke tempat pembeli atau gudang penyimpanan. Terdapat dua istilah yang perlu diperhatikan oleh pelaku usaha dalam proses pengiriman barang yaitu:
4. Retur PembelianPengembalian semua atau sebagian persediaan barang dagang yang telah dibeli kepada supplier. Adanya retur biasanya terjadi karena ada kerusakan saat pengiriman atau barang yang dipesan tidak sesuai dengan yang diminta. 5. Penjualan Barang DagangTransaksi penjualan barang dagang kepada konsumen baik penjualan kas maupun kredit. 6. Potongan PenjualanSegala potongan yang terjadi selama penjualan barang kepada konsumen misalnya melalui promo atau diskon. 7. Biaya Pengiriman penjualanBiaya yang dikeluarkan untuk mengirim barang dagang yang terjual kepada konsumen atau yang biasa disebut ongkos kirim. Ongkos kirim saat ini terbagi menjadi beberapa model. Ada yang ditanggung penjual, ditanggung pembeli, atau ditanggung oleh pihak ketiga karena kondisi tertentu. 8. Retur PenjualanPengembalian barang dari konsumen yang terjadi karena barang yang dipesan tidak sesuai harapan konsumen. 9. PajakBagi beberapa usaha yang telah terdaftar sebagai pengusaha kena pajak, perusahaan juga harus mencatat utang pajak seperti pajak pertambahan nilai. Dalam hal ini, persediaan barang karena pembelian atau penjualan produk dibebankan atau dikenai tarif pajak. Baca Juga: PPh Pasal 22, Pajak Ekspor Impor yang Wajib Diketahui Metode Penilaian PersediaanMetode penilaian persediaan didasari oleh sifat barang yang beragam. Misalnya barang yang mudah basi, mudah mengalami kerusakan, atau ukuran barang yang besar. Tentu, beda sifat barang maka beda juga perlakuannya. Barang yang punya jangka waktu kadaluarsa akan berbeda dengan barang yang awet. Atas dasar hal tersebut, pengusaha perlu memahami bagaimana menilai barang-barang yang tersedia untuk dijual sehingga bisa memberikan keputusan mana barang yang akan dijual terlebih dahulu dan perlu ditahan. Jika saja pengusaha salah menganalisis atau menilai persediaan yang ada, kemungkinan terburuk pengusaha tersebut akan mengalami kerugian. Lalu apa saja komponen penilaian persediaan barang dagang? 1. First In, First Out (FIFO)Metode dimana persediaan barang yang pertama kali masuk adalah yang pertama kali keluar terlebih dahulu. Metode ini digunakan untuk sifat-sifat barang yang mengalami fluktuasi tinggi seperti bahan-bahan pokok yang dibutuhkan oleh masyarakat. Contohnya: beras, makanan, minuman, obat-obatan. 2. Last in, First Out (LIFO)Metode yang menganggap persediaan barang yang pertama kali dikeluarkan adalah barang yang terakhir masuk. Biasanya terjadi apabila barang tersebut mengalami permintaan tinggi atau adanya peramalan tren pada waktu tertentu. Misalnya begini, seorang pengusaha kaos A akan memprioritaskan menjual kaos yang sedang tren saat ini dibanding stok sebelumnya. 3. Metode Average atau Rata-RataMetode yang membagi antara barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah unit yang tersedia. Dengan kata lain, metode ini merupakan titik tengah antara metode LIFO dan FIFO. Metode Pencatatan Persediaan Barang DagangAda dua metode umum pencatatan persediaan barang dagang yaitu sebagai berikut. 1. Metode PerpetualMetode pencatatan dengan mencatat persediaan barang dagang saat terjadi transaksi penjualan. Singkatnya, apabila ada transaksi penjualan yang menyebabkan perubahan persediaan, pada saat itu juga rekening persediaan juga ikut dicatat. Salah satu keunggulan sistem pencatatan perpetual adalah perusahaan tidak perlu melakukan stock opname dengan alasan telah mengetahui stok sebenarnya di saat adanya transaksi tersebut. Pencatatan metode perpetual biasanya dilakukan untuk barang dagang bernilai jual tinggi seperti mobil, perhiasan, barang elektronik, dan tipe barang berharga lainnya. 2. Metode Periodik atau FisikBerbeda dengan metode perpetual, metode periodik dimana persediaan barang tidak langsung dicatat saat adanya transaksi. Pencatatan persediaan dilakukan di akhir periode penjualan dengan mengecek secara langsung persediaan barang. Oleh karena itu metode ini juga sering disebut dengan metode fisik. Namun yang perlu diingat adalah transaksi dalam penjualan tetap dicatat dan hanya persediaannya saja yang tidak dicatat. Pencatatan dengan metode ini biasanya dilakukan apabila barang yang dijual memiliki volume yang tinggi dengan frekuensi penjualan yang tinggi pula. Contoh: penjualan makanan. Baca Juga: Mengenal Metode Penyusutan dan Jenisnya dalam Akuntansi Contoh Jurnal Persediaan Barang DagangSebagai perbandingan, berikut contoh sederhana dari pencatatan atau jurnal persediaan barang dagang.
Berdasarkan contoh perbedaan antara metode periodik dan perpetual bisa dilihat setiap adanya transaksi, metode perpetual selalu mencatat persediaan barang. Berbeda dengan metode periodik yang hanya mencatat transaksi penjualan atau pembelian tanpa mencatat persediaan barang. |