Perilaku syajaah yang dicontohkan oleh para sahabat ditunjukan pada nomor

Ali bin Abi adalah sosok teladan yang dicintai Rasulullah SAW

Mgrol120

Ali bin Abi adalah sosok teladan yang dicintai Rasulullah SAW. Ali bin Abi Thalib

Rep: Rossi Handayani Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu dianggap sebagai sahabat Rasulullah yang paling senior dan paling dekat dengan beliau. Ali telah masuk islam semenjak dirinya masih kecil.

Dikutip dari laman Mawdoo3 pada Ahad (6/6), Ali radhiyallahu anhu memiliki sejumlah keutamaan pada dirinya, sampai-sampai disebutkan bahwa  tidak ada sahabat yang memiliki keutamaan seperi dirinya. Dan berikut lima karakterisitik dari Ali bin Abi Thalib:

1. Keberanian

Ali terkenal akan sifatnya yang pemberani. Hal ini banyak disebut dalam buku-biografi dan al-Maghazi. Ini juga termasuk konfrontasinya dengan musuh. Saat Perang Khaibar, Ali menantang Murhib Yahudi dan membunuhnya. Pada Parang Khandaq, dia berduel dengan Amr bin Abdu Wudd yang terkenal prima dan berani dari Suku Quraisy, Ali berhasil membuatnya tersungkur dan tewas.     

2. Pengorbanan diri

Ali radhiyallahu anhu menjadi contoh dengan pengorbanan dirinya pada agama dan untuk tujuan yang mulia. Dia pernah tidur di ranjang Rasulullah, saat orang-orang kafir ingin membunuhnya.

3. Zuhud terhadap dunia

Ali merupakan hamba yang saleh, dan dia tidak mengharapkan kemewahan  dan perhiasan dunia yang fana. Ali tidak tertipu oleh semua itu. Kantor pusat pemerintahannya di Kufah sangat sederhana, berbeda dengan para khalifah yang datang setelah masanya.

4. Ketakwaan

Dia memiliki ketakwaan yang baik kepada Allah Ta'ala. Ali menggantungkan semua urusannya kepada-Nya. Meskipun banyak bahaya yang menimpa oleh musuh-musuh Islam, dia tidak memiliki penjaga. Ali terbunuh saat dia pergi sholat subuh oleh Abdurrahman bin Muljam tanpa penjagaan.

5. Kedermawanan

Dia suka memberi dan menghabiskan hartanya di jalan Allah SWT.

Sumber: mawdoo3 

Perilaku syajaah yang dicontohkan oleh para sahabat ditunjukan pada nomor

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Jakarta -

Keberanian dalam Islam disebut syaja'ah yang wajib dimiliki para muslim. Al Quran dan hadits sudah mengatur bentuk keberanian yang harus ada dalam jiwa tiap umat Nabi Muhammad SAW.

"Berani yang dituntut agama (Islam) adalah berani yang berkonotasi positif, yakni berani membela kebenaran," tulis dosen Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum (PKnH) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) Marzuki.

Dalam tulisan berjudul Seri Pendidikan Karakter Islami: Berani Membela Kebenaran tersebut, Rasulullah SAW juga telah mengingatkan bentuk keberanian bagi muslim. Berikut haditsnya,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ (رواه البخاري ومسلم)

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW berkata, "Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, sungguh orang yang kuat adalah yang mampu menguasai dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim).

Keberanian dalam Islam disebut syaja'ah berperan penting saat seorang muslim menghadapi bahaya, kesulitan, atau kondisi buruk lain. Sifat berani mendorong muslim tetap bersikap benar, bijaksana, dan mampu mengendalikan emosi.

Marzuki menjelaskan, ukuran berani bagi muslim dapat dilihat dari segi olah jiwa. Para muslim bisa mencontoh sikap syaja'ah Rasulullah SAW dalam tiap kisahnya. Nabi SAW menjadi bukti pengolahan jiwa yang baik merupakan modal sikap berani.

"Nabi SAW adalah pemberani sejati yang selalu menegakkan kebenaran meski dihina, dicela, bahkan disakiti kafir Quraisy. Beliau tetap berpegang pada kebenaran dan berani mempertahankannya tanpa takut risiko," tulis Marzuki.

Menyimpulkan dari penjelasan sebelumnya, bentuk keberanian bagi muslim ada tiga jenis. Berikut penjelasannya,

Bentuk keberanian dalam Islam yang disebut syaja'ah

a. Keberanian menghadapi musuh saat perang

Allah SWT dalam Al Quran memperingatkan hambaNya yang memilih kabur saat perang. Ancaman ini dapat dilihat dalam surat Al Anfal ayat 15-16,

15. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا لَقِيتُمُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوهُمُ ٱلْأَدْبَارَ

16. وَمَن يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُۥٓ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِّقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَىٰ فِئَةٍ فَقَدْ بَآءَ بِغَضَبٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَمَأْوَىٰهُ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ

Arab latin:

15. Yā ayyuhallażīna āmanū iżā laqītumullażīna kafarụ zaḥfan fa lā tuwallụhumul-adbār

16. Wa may yuwallihim yauma`iżin duburahū illā mutaḥarrifal liqitālin au mutaḥayyizan ilā fi`atin fa qad bā`a bigaḍabim minallāhi wa ma`wāhu jahannam, wa bi`sal-maṣīr

Artinya:

15. "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur)."

16. "Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya."

b. Keberanian menegakkan kebenaran

Bentuk keberanian ini memang bukan hal yang mudah. Namun Nabi SAW telah menjelaskan, bentuk keberanian ini menghadapi penguasan zalim adalah jihad paling utama. Berikut haditsnya,

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Artinya: "Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zalim." (HR Abu Daud).

c. Keberanian mengendalikan hawa nafsu

Patut jadi catatan, hawa nafsu tidak mungkin dihilangkan karena menjadi bagian dari manusia. Seorang muslim hanya bisa mengendalikan sehingga bisa mengantarnya pada ridho Allah SWT, bukan hal negatif.

Pentingnya pengendalian hawa nafsu untuk menjadi jiwa yang tenang telah diingatkan Allah SWT dalam QS al Fajr ayat 27-30,

27. يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ

Arab latin: yā ayyatuhan-nafsul-muṭma`innah

Artinya: "Hai jiwa yang tenang."

28. ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

Arab latin: irji'ī ilā rabbiki rāḍiyatam marḍiyyah

Artinya: "Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya."

29. فَٱدْخُلِى فِى عِبَٰدِى

Arab latin: fadkhulī fī 'ibādī

Artinya: "Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,"

30. وَٱدْخُلِى جَنَّتِى

Arab latin: wadkhulī jannatī

Artinya: "masuklah ke dalam surga-Ku."

Semoga Allah SWT memberi kesempatan, nyali, dan ridho untuk mempraktikkan bentuk keberanian dalam Islam yang disebut syaja'ah ini ya detikers.

(row/erd)

Perilaku syajaah yang dicontohkan oleh para sahabat ditunjukan pada nomor

Perbesar

Ilustrasi orang percaya diri. (Photo by ThisisEngineering RAEng on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Pengertia syajaah adalah benar atau gagah. Secara istilah, pengertian syajaah adalah keteguhan hati kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara bijaksana dan terpuji. Maka dari itu, pengertian syajaah adalah keberanian yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan.

Sisi positif dari sikap berani yaitu mendorong seorang muslim untuk melakukan pekerjaan berat dan mengandung resiko dalam rangka membela kehormatannya. Tetapi sikap ini bila tidak digunakan sebagaimana mestinya menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.

Pengertian syajaah dalam kamus bahasa Arab artinya keberanian atau keperwiraan, yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu. Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani. Selain itu Syajaah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.

Untuk lebih rinci, berikut ini penjelasan mengenai pengertian syajaah dalam Islam beserta jenis dan manfaat penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Jum’at (27/8/2021).

Sebelum mengenal secara lebih mendalam, mari kita pahami sifat syajaah ini dari pengertiannya terlebih dahulu, baik itu menurut bahasa maupun istilah.

Syajaah Menurut Bahasa

Menurut bahasa, pengertian syajaah dalam bahasa Arab memiliki arti berani atau teguh. Pengertian Syajaah adalah sifat pertengahan antara Al–Jubn (Pengecut) dan Tahawwur (Berani tanpa Perhitungan).

Syajaah Menurut Istilah

Adapun menurut istilah, pengertian syajaah ialah keteguhan hati dan kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan hal yang benar secara bijaksana dan terpuji. Sikap syajaah menjadi salah satu ciri yang perlu dimiliki oleh orang yang istiqomah di jalan Allah. Mereka akan berani menyampaikan kebenaran walaupun itu pahit. Hal ini karena mereka yakin dengan pertolongan Allah.

Imam Syahid Hasan Al-Banna mendefinisikan pengertian syajaah sebagai ‘Azhimul Ihtimal yang artinya besarnya daya pikul dan daya tahan. Ia akan bersabar ketika diberi ujian, dan ia akan bersyukur ketika ia diberi kenikmatan.

Perilaku syajaah yang dicontohkan oleh para sahabat ditunjukan pada nomor

Perbesar

Ilustrasi percaya diri. (via: istimewa)

Syajaah terbagi kedalam 2 macam, antara lain:

1. Syajaah Harbiyyah

Pengertian Syajaah Harbiyyah adalah bentuk keberanian yang tampak secara langsung. Misalnya keberanian kaum muslimin zaman dahulu untuk berjihad (perang) demi membela agama.

2. Syajaah Nafsiyyah

Pengertian Syajaah Nafsiyyah adalah keberanian secara mental seseorang. Ia akan berani dalam menghadapi bahaya dan penderitaan jika hal tersebut demi menegakkan keadilan.

Perilaku syajaah yang dicontohkan oleh para sahabat ditunjukan pada nomor

Perbesar

Ilustrasi percaya diri. (Picture: kidshaircut.com)

Setelah mengetahui pengertian syajaah dan jenisnya, ada baiknya juga memahami manfaat penerapan sikap syajaah dalam kehidupan. Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar tidak menjadi penakut dan pengecut. Karena rasa takut dan pengecut akan membawa kegagalan dan kekalahan.

Keberanian adalah tuntutan keimanan. Iman pada Allah Swt. mengajarkan kita menjadi orang-orang yang berani menghadapi beragam tantangan dalam hidup ini. Tantangan utama yang kita hadapi adalah memperjuangkan kebenaran, meskipun harus menghadapi berbagai rintangan.

Islam tidak menyukai orang yang lemah atau penakut. Orang yang lemah atau penakut biasanya tidak berani untuk mempertahankan hidup sehingga gampang putus asa. Ketakutan itu diantaranya karena takut dikucilkan dari lingkungannya. Takut karena berlainan sikap dengan banyak orang atau takut untuk membela sebuah kebenaran dan keadilan.

Keberanian dalam ajaran Islam disebut Syajaah. Syajaah menurut bahasa artinya berani. Sedangkan menurut istilah pengertian syajaah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji. Jadi syajaah dapat diartikan keberanian yang berlandaskan ke benaran, dilakukan dengan penuh pertimbangan dan perhitungan untuk mengharapkan keridaan Allah Swt.

Keberanian (syajaah) merupakan jalan untuk mewujudkan sebuah kemenangan dalam keimanan. Tidak boleh ada kata gentar dan takut bagi muslim saat mengemban tugas bila ingin meraih kegemilangan. Semangat keimanan akan selalu menuntun mereka untuk tidak takut dan gentar sedikit pun. 

Perilaku syajaah yang dicontohkan oleh para sahabat ditunjukan pada nomor

Perbesar

Ilustrasi Berani. Credit: pexels.com/Dennies

Dari kedua macam sifat syajaah diatas, syajaah dapat terimplementasikan menjadi beberapa bentuk. Berikut diantaranya:

1. Quwwatul Ihtimal (Daya Tahan Yang Besar)

Seseorang terbukti memiliki sifat syajaah ketika ia mampu bersabar dan siap untuk menghadapi kesulitan, penderitaan, bahaya, ataupun yang lainnya ketika berjuang di jalan Allah SWT. Banyak kisah-kisah perjuangan para sahabat yang menceritakan tentang gambaran hal ini. Misalnya saja Bilal bin Amr bin Yasir yang mengalami penyiksaan agar mengingkari keimanannya. Namun, beliau tetap teguh pada keimanannya.

2. Ash-Sharahah Fil Haq (Terus Terang Dalam Kebenaran)

Berani untuk berterus terang dalam kebenaran menjadi salah satu implementasi lainnya dari sifat syajaah (berani).

3. Kitmanu As-Sirri (Memegang Rahasia)

Dalam memegang rahasia, tentunya butuh keberanian pada diri kita. Apalagi informasi yang kita pegang tersebut terindikasi berbahaya jika ada kebocoran. Dengan menjaga rahasia, seseorang juga menjaga amanah yang telah diberikan oleh orang lain. Di kalangan sahabat Rasulullah saw pun tidak banyak yang dipercaya sebagai pemegang rahasia. Salah satu sahabat yang mampu menjaga rahasia adalah Hudzaifah Ibnul Yaman ra. yang sangat dikenal akan dengan sebutan Shahibus Sirri (pemegang rahasia). Hudzaifah adalah sahabat yang Rasulullah beritahukan mengenai semua orang-orang munafik yang ada. Selama hidupnya, Hudzaifah ini menjaga informasi mengenai hal ini bahkan kepada khalifah yang sedang menjabat saat itu (Khalifah Umar).

4. Al-I’tirafu Bil Khatha’i (Mengakui Kesalahan)

Orang yang siap dan mau mengakui kesalahannya menjadi salah satu ciri orang yang memiliki sifat syajaah (berani). Mengakui kesalahan memang tidak mudah. Kita harus siap untuk dicaci, dimaki, dikucilkan ataupun hal lain yang diakibatkan karena kesalahan yang pernah kita perbuat. Dibutuhkan keberanian yang besar untuk mengakui kesalahan dan siap untuk menerima konsekuensi atas kesalahan yang kita lakukan tersebut.

5. Al-Inshafu Min Adz-Dzati (Bersikap Objektif Pada Diri Sendiri)

Ada sebagian orang yang menganggap dirinya lebih dari orang lain (over confidence). Ada juga sebagian orang yang menganggap dirinya lebih bodoh dibandingkan orang lain (under confidence). Jika hal tersebut muncul dalam diri seseorang, tentunya tidak proporsional dan tidak objektif terhadap diri sendiri. Orang yang bersifat syajaah akan menilai dirinya secara objektif dan meyakini bahwa dirinya memiliki kekurangan dan kelebihan.

6. Milku An-Nafsi ‘Inda Al-Ghadhabi (Menguasai Diri Saat Marah)

Salah satu ciri orang yang memiliki sifat syajaah adalah ketangguhan ia dalam melawan hawa nafsu dan amarah. Meskipun dalam kondisi yang emosional, ia masih dapat berpikir jernih.

Ada beberapa faktor yang menyebab seseorang tersebut memiliki sifat keberanian dalam dirinya, yaitu:

  1. Rasa takut kepada Allah SWT.Selama seseorang yakin bahwa yang dilakukannya dalam rangka menjalankan perintah Allah, maka orang tersebut tidak takut kepada siapapun kecuali Allah SWT.
  2. Lebih mencintai akhirat daripada dunia. Perlu dipahami bahwa dunia bukanlah tujuan akhir, namun hanya sebagai jembatan menuju akhirat. Seorang muslim tidak akan ragu meninggalkan dunia asalakan dia mendapat kebahagiaan di akhirat.
  3. Tidak takut mati apabila ajal sudah datang, tidak ada yang dapat mencegah atau lari darinya. Kematian adalah sebuah kepastian dan setiap orang pasti akan mati.
  4. Tidak ragu-ragu apabila seseorang ragu dengan kebenaran yang dia lakukan tentu dia akan menghadapi resiko.
  5. Tidak menomorsatukan kekuatan materi . kekuatan materi diperlukan dalam perjuangan, tetapi materi bukanlah segala-galanya. Allah yang menentukan segala sesuatu.
  6. Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah. Orang yang berjuang untuk kebenaran tidak pernah takut, karena setelah berusaha dengan keras maka dia akan bertawakal dan memohon pertolongan kepada Allah SWT.
  7. Hasil Pendidikan sikap berani lahir melalui pendidikan yang diterapkan dirumah, sekolah, masjid, maupun lingkungan. Sebagai contoh, anak yang dididik dan diasuh oleh orang tua pemberani juga akan tumbuh dan berkembang menjadi pemberani.

Lanjutkan Membaca ↓

Perilaku syajaah yang dicontohkan oleh para sahabat ditunjukan pada nomor