Pembelahan meiosis 2 terhadap oosit sekunder pada oogenesis menghasilkan

Proses Oogenesis dialami oleh wanita. Foto: Unsplash

Manusia mengalami proses pembentukan sel kelamin atau dalam istilah biologi disebut proses gametogenesis. Proses oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium (indung telur) yang terjadi pada tubuh wanita.

Proses gametogenesis terbagi menjadi dua macam, yaitu proses oogenesis yang terjadi pada wanita dan proses spermatogenesis pada pria. Proses oogenesis diawali dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut dengan oogonia. Proses ini akan menghasilkan satu ovum fungsional.

Proses oogenesis sudah dialami wanita sejak dalam kandungan. Namun, proses ini akan berhenti pada masa anak-anak dan kembali berlanjut saat seorang wanita mengalami masa pubertas. Hal ini ditandai dengan munculnya menstruasi.

Proses oogenesis tidak berlangsung lama. Ketika seorang wanita mengalami pubertas, ada sekitar 1 juta sel telur yang dihasilkan. Namun, seiring dengan bertambahnya usia seorang wanita, jumlah dan kualitas sel telur yang dihasilkan akan terus menurun.

Lalu, bagaimana tahapan proses oogenesis? Apa saja hormon yang memengaruhinya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Mengutip jurnal Gametogenesis Oogenesis dan Spermatogenesis yang ditulis oleh Dr. Ir. I Ketut Sukada, M.Si., proses oogenesis dimulai dengan adanya mitosis dan meiosis.

Mitosis adalah proses pembelahan sel yang menghasilkan dua gamet identik. Sedangkan meiosis adalah pembelahan sel yang menghasilkan empat gamet, di mana masing-masing gamet memiliki jumlah kromosom setengah dari sel induknya.

Sel induk telur atau oogonium kemudian akan matang dan bermitosis menjadi oosit primer. Oosit primer akan membelah secara meiosis, tetapi hanya sampai fase profase (tahap pertama mitosis). Pembelahan meiosis berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, proses oogenesis berlanjut ketika masa pubertas. Oosit melanjutkan pembelahan meiosis I yang menghasilkan dua sel haploid, yang disebut oosit sekunder untuk sel yang lebih besar, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer.

Selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer mengalami pembelahan meiosis II. Pada tahap ini, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal yang disebut ootid dan satu sel berukuran lebih kecil yang disebut badan kutub sekunder.

Badan kutub primer yang dihasilkan bergabung dengan dua badan kutub sekunder yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga menghasilkan tiga badan kutub sekunder.

Kemudian, ootid akan mengalami perkembangan lebih lanjut sehingga menjadi ovum yang matang. Sementara ketiga badan kutub sekunder akan mengalami degenerasi (hancur).

Hormon yang Berperan dalam Proses Oogenesis

Ilustrasi hormon pada proses oogenesis. Foto: Pixabay

Proses oogenesis tentunya tidak luput dari peran beberapa hormon. Mengutip Buku Ajar Reproduksi Perkembangan Hewan yang ditulis oleh Rudy Agung Nugroho, hormon yang berperan dalam proses oogenesis di antaranya:

  1. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), yaitu hormon berperan dalam stimulasi hipofisis untuk mensekresikan hormone FSH dan LH. GnRH dihasilkan dengan adanya aktivitas hypothalamus-hipofisis-ovarium yang wanita sedang mengalami siklus menstruasi.

  2. Lutinuezing Hormone (LH), yaitu hormon yang merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormon progesteron dan merangsang terjadinya ovulasi.

  3. Follicle Stimulating Hormone (FSH), berperan merangsang ovulasi dan memicu folikel untuk membentuk estrogen serta memacu perkembangan folikel.

Proses ini nantinya akan mengalami degenerasi atau perubahan. Jika oosit atau ootid bertemu dengan sel sperma dan pembuahan tidak terjadi, siklus oogenesis terulang kembali.

Tidak hanya itu saja, sel telur pun tidak jadi berkembang sehingga Anda akan mengalami menstruasi.

Hormon yang memengaruhi proses oogenesis

Saat proses oogenesis atau pematangan sel telur wanita berhasil, hal ini yang membuat Anda mengalami ovulasi setiap bulannya.

Perlu diketahui pula bahwa saat mengalami ovulasi, hanya akan ada satu sel telur saja yang matang.

Proses oogenesis ini juga bisa terjadi karena adanya bantuan dan dipengaruhi oleh hormon lainnya yaitu hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone).

Dikutip dari Medline Plus, hormon FSH dapat merangsang pertumbuhan folikel di ovarium (indung telur) sebelum pelepasan sel telur pada proses oogenesis.

Sementara hormon LH mempunyai manfaat untuk memicu terjadinya ovulasi atau pelepasan sel telur dari indung telur.