Paman Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang menentang seruan beliau adalah

Jakarta -

Dalam sejarah, ada sejumlah orang non muslim teman Nabi Muhammad SAW yang terlibat dan berjasa dalam penyebaran Islam. Tiga dari mereka antara lain Abu Thalib, Abdullah bin Uraiqit, dan Addas. Seperti apa kisahnya?

Tim Hikmah detikcom akan menuliskan profil ketiga orang tersebut dalam tiga tulisan berseri. Tulisan pertama tentang Abu Thalib, seorang paman yang paling membela Nabi Muhammad dari kekejaman kaum Quraisy.

Abu Thalib memiliki nama asli Abdul Manaf. Dia merawat Nabi Muhammad saat berusia 8 tahun. Sebelumnya, Muhammad kecil dirawat oleh sang kakek, Abdul Muthalib ayah Abu Thalib.

Meski bukan anak kandung, Abu Thalib dan istrinya, Fatimah binti Asad sangat menyayangi Muhammad. Bahkan sejak kecil, Muhammad selalu tidur di samping Abu Thalib. Ke mana pun Abu Thalib pergi, Muhammad selalu ikut dan diajak.

Pada suatu malam, saat bulan purnama mengambang di langit Makkah, Abu Thalib dan Fatimah terlibat sebuah perbincangan. Mereka membahas soal akhlak terpuji Muhammad.

"Sewaktu Muhammad masih kecil, setiap malam dia tidur di sebelahku. Ke mana saja aku pergi, dia pasti ikut denganku. Meski sekarang ia sudah remaja, kasih sayangku kepadanya tetap seperti dulu, tidak berubah," kata Abu Thalib kepada sang istri seperti dikutip dari buku, 'The Khalifah: Biografi 4 Khalifah karya Abdul Latip Talib.

Fatimah mengiyakan perkataan sang suami. Dia mengakui Nabi Muhammad lelaki berakhlak mulia. Muhammad tidak pernah berbohong, tidak berjudi, tidak minum arak dan tidak pernah menyembah berhala.

"Wahai Tuhan, karuniakanlah kepada kami seorang anak lelaki yang tampan wajahnya serta baik sikapnya seperti Muhammad," doa Fatimah di depan Abu Thalib.

Doa mereka pun terwujud dengan lahirnya Ali bin Abi Thalib yang sewaktu kecil bernama Haidarah. Kelak Ali bin Abi Thalib menjadi menantu Rasulullah SAW dan diangkat sebagai Khalifah menggantikan Ustman bin Affan.

Sahdan, meski sudah memiliki anak laki-laki bernama Ali, kasih sayang Abu Thalib dan Fatimah kepada Muhammad tidak luntur. Abu Thalib selalu membela Nabi Muhammad dari kekejaman perilaku kaum kafir Quraisy. Nama Abu Thalib memang disegani di kalangan petinggi Quraisy di Makkah.

Pada suatu hari, para petinggi kaum Quraisy berkumpul untuk membicarakan suatu cara agar Nabi Muhammad berhenti menyebarkan Islam. Teror pun dilakukan kepada Muhammad, mulai dari makian, serangan hingga membujuk orang-orang terdekatnya untuk meninggalkan Islam. Namun berbagai cara itu tak mempan.

Cara terakhir pun ditempuh yakni memengaruhi Abu Thalib yang selama ini melindungi Nabi Muhammad. Para petinggi Quraisy seperti Abu Lahab dan Abu Jahal mendatangi Abu Thalib agar membujuk Muhammad berhenti menyebarkan Islam. Jika tidak maka kaum Quraisy akan membunuh Muhammad.

"Wahai Abu Thalib, banyak orang tidak senang dengan ucapan Muhammad yang mengaku menjadi nabi dan memusuhi tuhan kita. Jika hal ini terus dibiarkan, aku khawatir Muhammad akan dibunuh karena sikapnya yang menyakiti orang banyak," kata Abu Jahal sambil meluapkan marah kepada Muhammad.

Kepada Abu Jahal dan Abu Lahab serta rombongan petinggi Quraisy, Abu Thalib menegaskan bahwa dia akan terus membela serta melindungi Muhammad dari kejahatan orang lain. "Tentang pengakuan Muhammad yang menjadi nabi itu tidak perlu dipermasalahkan karena dia tidak pernah memaksa kita untuk mempercayainya. Ia (Muhammad) juga tidak marah kalau kita tidak menjadi pengikutnya. Contohnya aku sendiri masih tetap memeluk agama nenek moyang kita. Muhammad tidak pernah memaksaku untuk memeluk Islam," kata Abu Thalib.

Nabi Muhammad, tegas Abu Thalib juga tak pernah menghina tuhan orang-orang Quraisy yakni Latta, Uzza, dan berhala lain yang ada di sekeliling Kakbah. "Muhammad hanya menyembah Tuhannya. Apakah itu suatu kesalahan," tambahnya.

Para petinggi kaum Quraisy itu pun balik badan. Lagi-lagi upaya mereka menjegal dakwah Nabi Muhammad SAW gagal. Abu Thalib, paman yang selalu membela Nabi Muhammad, meski tak sempat memeluk Islam hingga wafatnya.

Nabi Muhammad SAW sangat kehilangan saat Abu Thalib wafat.

Setiap sore Tim Hikmah detikcom akan menurunkan kisah-kisah inspiratif dari Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Kumpulan berita harian Hikmah terbaru dan terlengkap seputar Islam dan kisah inspiratif bisa dibaca di sini.

(erd/nwy)

Siapakah nama paman Nabi Muhammad SAW yang menentang dakwah beliau ketika beliau berdakwah terang-terangan di bukit shafa?

  1. Abu Lahab
  2. Abu Thalib
  3. Abu Jahal
  4. Abu Ka’ab
  5. Semua jawaban benar

Jawaban: A. Abu Lahab

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, siapakah nama paman nabi muhammad saw yang menentang dakwah beliau ketika beliau berdakwah terang-terangan di bukit shafa abu lahab.

Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Tokoh organisasi Islam Al-Ikhwan Al Muslim Orang Palestina yang pertama kali mengakui kedaulatan Indonesia di Mesir ialah? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap.

Abu Lahab bin 'Abdul Muttalib (Bahasa Arab: أبو لهب‎) (meninggal 624) adalah paman Nabi Muhammad yang terkenal akan kebenciannya terhadap ajaran Islam. Namanya disebut dalam Al-Qur'an Surah Al-Lahab yang merupakan pengutukkan atasnya sebagai salah satu musuh Islam.

Abu Lahab
أبو لهبPemimpin suku QuraisyPendahuluAbu ThalibPenerusAbu Sufyan

LahirAbdul Uzza bin Abdul Muttalib
ca. 549
Mekkah, Arabia
(sekarang Saudi Arabia)Wafatca. 624 (umur 74-75)
Mekkah, Arabia
(sekarang Saudi Arabia)AyahAbdul Muttalib
IbuLubna binti HajarPasanganUmmu Jamil binti HarbAnakUtaybah bin Abu Lahab
Utbah bin Abu Lahab
Mutaib bin Abu Lahab
Durrah binti Abu Lahab
Uzzā binti Abu Lahab
Khālida binti Abu Lahab

Nama lengkapnya adalah Abdul Uzza bin 'Abdul Muttalib dan panggilannya Abu Lahab (bapak dari api yang berkobar), karena pipinya selalu merah atau seperti terbakar. Istrinya adalah Ummu Jamil, yang telah melahirkan dua anak Utbah bin Abu Lahab dan Utaibah bin Abu Lahab.

Abu Lahab adalah kakak Abdullah (Abdullah adalah ayah Nabi Muhammad).[1] Nama kecilnya adalah Abdul 'Uzza bin Abdul Mutthalib. 'Uzza merupakan nama sebuah berhala yang dipuja orang Quraisy. Dia dipanggil dengan sebutan "Abu Lahab" yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia seperti "Pak Menyala", karena mukanya itu bagus, terang bersinar dan tampan.[1] Istrinya adalah Arwa, saudara perempuan Abu Sufyan Sakhar bin Harb, khalah (bibi dari ibu) dari Muawiyah. Arwa bergelar "Ummu Jamil", yang berarti "Ibu dari kecantikan".[2]

Sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul, hubungan Muhammad dengan Abu Lahab sangat baik. Dalam suatu riwayat, Abu Lahab sangat senang ketika menyambut kelahiran Muhammad. Ia memandangnya sebagai ganti adiknya yang meninggal di waktu muda, Abdullah (ayah Muhammad). Abu Lahab sampai mengirimkan seorang budak perempuannya yang muda, Tsuaibah, untuk menyusukan Muhammad, sebelum datang Halimatus Sa'diyah dari desa Bani Sa'ad.[1] Anak Nabi Muhammad, Ruqaiyah, menikah dengan anak Abu Lahab, Utaibah.[2]

Setelah Nabi Muhammad memulai dakwahnya menjadi Utusan Allah, mulailah Abu Lahab menentang dengan keras.

Seruan di Bukit Shafa

Ketika turun ayat 214 surat Asy-Syuara : "Dan beri peringatanlah kepada kaum kerabatmu yang terdekat", Nabi Muhammad keluar dari rumahnya menuju bukit Shafa. Dia berdiri dan menyeru, orang-orang pun berkumpul. Beliau mengucapkan, "Kalau aku katakan kepada kamu bahwa musuh dengan kuda perangnya ada di balik bukit ini, adakah diantara kamu yang percaya?". Semua mempercayainya, karena Nabi Muhammad dikenal jujur dan tidak pernah berdusta. Beliau teruskan perkataannya, "Sekarang aku beri peringatan kepadamu semuanya, bahwa di hadapan saya ini azab Tuhan yang besar sedang mengancam kamu." Seluruh orang terdiam, namun tiba-tiba bersoraklah Abu Lahab, "Apa kamu mengumpulkan kami hanya untuk mengatakan itu? Celakalah engkau!".[1] Beberapa saat kemudian, turunlah Surat Surah Al-Lahab.[1]

Seruan di Dzil Majaz

Nabi Muhammad sedang berdakwah di Pasar Dzil Majaz, beliau berkata : "Hai sekalian manusia! Katakanlah La Ilaha Illallah (Tidak ada Tuhan melainkan Allah), niscaya kamu sekalian akan mendapat kemenangan." Banyak orang berkumpul mendengarkan Nabi Muhammad. Kemudian, datanglah Abu Lahab dengan berkata : "Jangan kalian dengarkan dia. Dia telah khianat dengan agama nenek-moyangnya, dia adalah seorang pendusta!".[2]

Utusan Kabilah Arab

Utusan kabilah-kabilah Arab hendak menemui Nabi Muhammad di Makkah untuk meminta keterangan mengenai Islam. Merekapun ditemui oleh Abu Lahab. Kalau orang itu bertanya tentang keponakannya itu, ia berkata "Penipu, tukang sihir".[2]

Perceraian Utaibah - Ruqaiyah

Abu Lahab menyuruh anaknya, Utaibah, untuk menceraikan istrinya, Ruqaiyah binti Muhammad. Akhirnya, mereka bercerai. Nabi Muhammad menikahkan Ruqaiyah dengan Usman bin Affan.[2]

Abu Lahab tidak ikut serta dalam Perang Badar, ia hanya memberi ongkos orang lain untuk menggantikannya berperang.[2] Setelah Perang Badar selesai, Abu Lahab mendapat berita bahwa pasukan Makkah telah kalah dalam Perang Badar, 70 orang tewas dan 70 orang tertawan. Ia meninggal setelah peristiwa tersebut.[2]

  • Abu Jahal

  1. ^ a b c d e Prof. Dr. Hamka. 1982. Tafsir Al Azhar Juz XXX. Jakarta : Penerbit Pustaka Panjimas. hal 296
  2. ^ a b c d e f g Prof. Dr. Hamka. 1982. Tafsir Al Azhar Juz XXX. Jakarta : Penerbit Pustaka Panjimas. hal 298

 

Artikel bertopik Al-Qur'an ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abu_Lahab&oldid=19539321"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA