Pengakuan iman GBI mencatat: Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya. Tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dengan bahasa roh sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus. Peristiwa turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kis 2) merupakan penggenapan janji Bapa tentang baptisan Roh Kudus (Kis 1:4-5), yang memberikan kuasa kepada orang percaya untuk melayani (Kis 1:8). Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus “beserta� orang tertentu untuk sementara waktu/temporer (I Sam 16:14). Dalam Perjanjian Baru setelah Pentakosta, Roh Kudus “berdiam� dalam hati semua orang percaya selamanya (Yoh 14:16-17). Pendiaman Roh Kudus terjadi saat lahir baru. Tidak seorang pun mengaku “Yesus Tuhan� selain oleh Roh Kudus (I Kor 12:3). Setelah kelahiran baru kita harus mengalami baptisan Roh Kudus agar menerima kuasa menjadi saksi. Baptisan Roh Kudus berbeda dengan baptisan air yang dilakukan Yohanes Pembaptis sebagai tanda pertobatan (Luk 3:16). Ini juga berbeda dengan yang dimaksud Paulus dalam I Kor 12:13, “Sebab di dalam satu Roh kita semua … telah dibaptis menjadi satu tubuh …� Dalam ayat ini Paulus menunjukkan pengalaman pada saat seseorang mengalami kelahiran baru yang menempatkan mereka ke dalam tubuh Kristus (gereja). Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa Yesuslah Pribadi yang membaptis dalam Roh Kudus (Mat 3:11, Mrk 1:8, Luk 3:16, Yoh 1:33, Kis 1:5), sedangkan Paulus menyatakan bahwa Roh Kuduslah yang membaptis kita ke dalam Yesus Kristus, yaitu ke dalam tubuh Kristus (I Kor 12:13, Gal 3:27). Kedua baptisan ini berbeda. Pertama-tama Roh Kudus membaptis kita ke dalam tubuh Kristus (= kelahiran baru), kemudian Yesus membaptis kita dengan Roh Kudus (= baptisan Roh Kudus). Untuk dibaptis dengan Roh, seseorang harus terlebih dahulu dilahirkan oleh Roh. Baptisan Roh terjadi sesudah pengalaman kelahiran baru (keselamatan), walaupun bisa terjadi pada waktu yang hampir bersamaan. Kelahiran baru memberi hati dan kehidupan baru (II Kor 5:17) sehingga kita menjadi anak Allah yang diselamatkan dan memiliki hidup kekal. I Kor 12:3 mencatat, “Tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan�, selain oleh Roh Kudus. Sedangkan baptisan Roh Kudus memberi kuasa Allah untuk hidup sebagai anak Allah yang menjadi saksi- Nya (Kis 1:8). Baptisan dalam Roh Kudus bukanlah terutama untuk pengembangan kesucian dalam diri seseorang (walaupun hal ini mungkin terjadi dan harus ditingkatkan oleh baptisan dalam Roh); baptisan Roh Kudus memberi kuasa untuk melayani! (Luk 24:49, Kis 1:4-5, 8). Janji baptisan Roh Kudus ini diberikan kepada murid-murid yang sudah memiliki persekutuan yang akrab dengan Kristus. Nama mereka telah tertulis di surga (Luk 10:20). Yang ditekankan Kis 1:8 adalah kuasa untuk melayani, bukan kelahiran kembali, dan bukan pengudusan. Jadi seseorang bisa saja telah dilahirkan kembali, namun tidak memiliki baptisan dalam Roh Kudus dan urapan untuk melayani. Perisiwa dalam Alkitab yang menunjukkan perbedaan antara kelahiran baru dan baptisan Roh Kudus, antara lain:
Bagaimana kita dapat menerima baptisan Roh Kudus? Sesungguhnya baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan. Pemberian ini adalah kedaulatan Allah kepada orang-orang percaya yang haus akan baptisan Roh Kudus yang meminta di dalam doa dengan iman (Yoh 7:37-39). GBI meyakini bahwa tanda awal yang menyertai orang yang dibaptis dengan Roh Kudus ialah berkata-kata dalam bahasa roh. Bahasa roh ialah suatu bahasa baru yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang yang menerima baptisan Roh Kudus, suatu bahasa yang tidak pernah mereka pelajari, suatu bahasa yang asing yang tidak dapat dimengeri oleh yang mengucapkannya ataupun yang mendengarkannya, sebab ia mengucapkan hal-hal yang rahasia yang dimengerti oleh Allah saja (I Kor 14:2). Ini nyata dari pengalaman orang Kristen mula-mula yang dicatat oleh Alkitab:
Apakah bahasa roh yang asli masih ada pada masa kini atau sudah berhenti setelah zaman para rasul? I Kor 13:8-10 menunjukkan bahwa bahasa roh, nubuat, dan karunia pengetahuan (marifat) akan lenyap. Kapan? Jika yang sempurna tiba! Apakah yang sempurna itu sudah tiba? Menurut kaum Reformed ya, karena yang dipahami sebagai kesempurnaan itu adalah kanonisasi Alkitab secara lengkap – 66 kitab dihimpun menjadi satu. Sedangkan kaum Pentakosta meyakini bahwa yang sempurna itu adalah kedatangan Kristus kembali, yakni saat kita akan melihat Dia dalam keadaan yang sebenarnya (I Kor 13:11-12 dan I Yoh 3:2). Jadi sampai Yesus datang kembali, bahasa roh masih tetap ada. Kita perlu dibedakan manifestasi bahasa roh sebagai:
Kadang orang bertanya: “Mengapa dalam ibadah gereja Pentakosta/Kharismatik orang berkata- kata dalam bahasa roh bersama-sama, padahal Paulus berkata bahwa dalam pertemuan jemaat maksimal hanya 3 orang yang boleh berbahasa roh, satu demi demi dan harus ada yang menafsirkannya? (I Kor 14:27-28). Disini perlu dibedakan antara:
Apakah bahasa roh adalah satu-satunya tanda baptisan Roh Kudus? Menurut pandangan kelompok Pentakosta klasik, “Ya�. Berarti orang yang tidak berbahasa roh belum dibaptis dengan Roh Kudus. Namun kelompok neo-Pentakosta (Kharismatik) percaya bahwa bahasa roh hanyalah salah satu tanda pemenuhan Roh Kudus. Dr. H.L. Senduk dalam bukunya menulis banyak tanda baptisan Roh Kudus, termasuk bahasa roh. GBI dalam pengakuan imannya menyebutkan bahasa roh sebagai tanda awal. Jadi orang percaya didorong untuk mendapatkannya. Karena semua pemberian yang baik berasal dari Allah (Yak 1:17), dan tentu Tuhan memberikan bahasa roh itu dengan tujuan yang baik untuk membangun kerohanian kita. Jadi pertanyaan, “Haruskah saya berbahasa roh?� sebaiknya diganti dengan, “Maukah Anda berbahasa roh?� Bahasa roh perlu digunakan terus (I Kor 14: 5, 18, 39). Faedah bahasa roh antara lain:
Baptisan Roh Kudus bukanlah merupakan sebuah puncak pengalaman rohani, melainkan pintu masuk ke dalam berjenis-jenis pelayanan dalam Roh yang disebut karunia-karunia roh. I Kor 12:9-10 mencatat 9 karunia manifestasi Roh yang bisa digolongkan menjadi:
Karunia tersebut dalam pelaksanaannya sering bekerja sama dan tak terpisahkan. Karunia- karunia Roh ini bukanlah sesuatu yang “wajar�, dapat dipelajari, karunia alamiah, tetapi merupakan manifestasi illahi secara supranatural. Orang yang mendapat karunia ini adalah orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Karunia Roh untuk melayani ini harus diimbangi dengan buah Roh (Gal 5:22-23). Ketika Roh Kudus memenuhi hidup seseorang maka Ia bekerja “keluar� dengan memberikan karunia- karunia Roh, dan “ke dalam� dengan memunculkan buah Roh. Buah Roh bukan sifat alamiah tetapi karakter orang percaya yang dibarui karena melekat pada Kristus (Yoh 15:5). Itu meliputi:
Karakter Kristus yang indah di dalam kita disertai karunia-karunia Roh menyebabkan pelayanan dan kesaksian kita menjadi semakin efektif. Sehubungan dengan adanya hamba Tuhan tertentu yang mengaku mendapat karunia Roh, bertemu Tuhan langsung, mendapatkan penglihatan dan menerima pesan-pesan khusus atau wahyu ilahi, maka dalam kesempatan ini kita juga perlu membahas perihal prinsip Penafsiran Alkitab yang perlu dipedomani GBI percaya bahwa Roh Kudus melakukan pengilhaman tulisan Alkitab (inspiration) dan penerangan (illumination) untuk memahaminya kini. Allah tidak hanya berbicara pada masa Alkitab lalu berdiam diri, karena Alkitab adalah instrumen Roh dimana Allah terus berbicara kepada umat-Nya. Namun tidak ada pertentangan antara illuminasi masa kini dengan inspirasi masa lalu dalam Alkitab. Menekankan inspirasi saja dan mengabaikan illuminasi mengakibatkan ortodoksi mati. Menekankan illuminasi masa kini dan abaikan inspirasi masa lalu mengakibatkan kesesatan. Tidak ada wahyu baru yang ditambahkan kepada Alkitab tapi ada suatu peningkatan (progress) dalam memahami implikasi iman. Kita setuju dengan pandangan “sola scriptura� namun kita memahami selain logos (Firman yang tertulis) ada rhema (Firman yang hidup, yang berbicara kuat dalam hati orang percaya yang membaca Alkitab). Penafsiran Alkitab bisa meleset karena:
Pahami prinsip hermeneutik sederhana ini:
Dengan dasar itu GBI menolak ajaran:
|