Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Bakteri nitrogen atau dikenal juga sebagai bakteri pengikat nitrogen merupakan golongan bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas sama sekali di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[1][2] Golongan bakteri ini pada umumnya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen bebas sama sekali di udara yang pada umumnya tidak dapat dipergunakan secara langsung oleh biasanya organisme.[2][3] Secara umum, golongan bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[3] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[3]

Rhizobium jumlah dipergunakan sebagai pupuk hijau pada beberapa tanaman, seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera.[3] Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melintasi kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar.[3] Bila bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), daya tangkap dan efisiensi penyerapan nitrogen oleh tanaman akan susut cukup signifikan.[3] Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.[3]

Referensi


edunitas.com


Page 2

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Bakteri nitrogen atau dikenal juga sebagai bakteri pengikat nitrogen merupakan golongan bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas sama sekali di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[1][2] Golongan bakteri ini pada umumnya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen bebas sama sekali di udara yang pada umumnya tidak dapat dipergunakan secara langsung oleh biasanya organisme.[2][3] Secara umum, golongan bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[3] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[3]

Rhizobium jumlah dipergunakan sebagai pupuk hijau pada beberapa tanaman, seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera.[3] Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melintasi kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar.[3] Bila bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), daya tangkap dan efisiensi penyerapan nitrogen oleh tanaman akan susut cukup signifikan.[3] Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.[3]

Referensi


edunitas.com


Page 3

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Bakteri nitrogen atau dikenal juga sebagai bakteri pengikat nitrogen merupakan golongan bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas sama sekali di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[1][2] Golongan bakteri ini pada umumnya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen bebas sama sekali di udara yang pada umumnya tidak dapat dipergunakan secara langsung oleh biasanya organisme.[2][3] Secara umum, golongan bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[3] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[3]

Rhizobium jumlah dipergunakan sebagai pupuk hijau pada beberapa tanaman, seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera.[3] Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melintasi kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar.[3] Bila bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), daya tangkap dan efisiensi penyerapan nitrogen oleh tanaman akan susut cukup signifikan.[3] Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.[3]

Referensi


edunitas.com


Page 4

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Bakteri nitrogen atau dikenal juga sebagai bakteri pengikat nitrogen merupakan golongan bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas sama sekali di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[1][2] Golongan bakteri ini pada umumnya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen bebas sama sekali di udara yang pada umumnya tidak dapat dipergunakan secara langsung oleh biasanya organisme.[2][3] Secara umum, golongan bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[3] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[3]

Rhizobium jumlah dipergunakan sebagai pupuk hijau pada beberapa tanaman, seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera.[3] Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melintasi kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar.[3] Bila bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), daya tangkap dan efisiensi penyerapan nitrogen oleh tanaman akan susut cukup signifikan.[3] Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.[3]

Referensi


edunitas.com


Page 5

Tags (tagged): bakteri nitrifikasi, bakteri, nitrifikasi, unkris, berlangsung, secara aerob dalam, tanah kelompok, benda ada sekelilingnya, 3 bakteri, nitratasi oksidasi senyawa, nitrit menjadi, nitrat, oleh, a b, c d, e, madigan mt martinko, jm dunlap, pv, clark dp 20, center of, studies, pada 25 juli, 2011 belser, lw, 1979 population ecology, of bakteri


Page 6

Tags (tagged): bakteri nitrifikasi, bakteri, nitrifikasi, unkris, berlangsung, secara aerob dalam, tanah kelompok, benda ada sekelilingnya, 3 bakteri, nitratasi oksidasi senyawa, nitrit menjadi, nitrat, oleh, a b, c d, e, madigan mt martinko, jm dunlap, pv, clark dp 20, center of, studies, pada 25 juli, 2011 belser, lw, 1979 population ecology, of bakteri


Page 7

Tags (tagged): bakteri nitrifikasi, bakteri, nitrifikasi, unkris, berlangsung, secara aerob dalam, tanah kelompok, benda ada sekelilingnya, 3 bakteri, nitratasi oksidasi senyawa, nitrit menjadi, nitrat, oleh, a b, c d, e, madigan mt martinko, jm dunlap, pv, clark dp 20, pusat ilmu, pengetahuan, pada 25 juli, 2011 belser, lw, 1979 population ecology, of bakteri


Page 8

Tags (tagged): bakteri nitrifikasi, bakteri, nitrifikasi, unkris, berlangsung, secara aerob dalam, tanah kelompok, benda ada sekelilingnya, 3 bakteri, nitratasi oksidasi senyawa, nitrit menjadi, nitrat, oleh, a b, c d, e, madigan mt martinko, jm dunlap, pv, clark dp 20, pusat ilmu, pengetahuan, pada 25 juli, 2011 belser, lw, 1979 population ecology, of bakteri


Page 9

Bakteri
Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Escherichia coli, salah satu bakteri berpotongan batang

Klasifikasi ilmiah
Fila/Divisio[1]

ActinobacteriaFirmicutae

Tenericutae (tanpa dinding)

AquificaeBacteroidetae/ChlorobiaChlamydiae/VerrucomicrobiaDeinococcus-ThermusFusobacteriaGemmatimonadetaeNitrospiraeProteobacteriaSpirochaetaeSynergistaeAcidobacteriaChloroflexiaeChrysiogenetae

Cyanobacteria

DeferribacteraeDictyoglomiFibrobacteriaPlanctomycotaThermodesulfobacteria

Thermotogae

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah golongan organisme yang tidak memiliki membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran luhur dalam kehidupan di bumi.[2] Sebagian golongan bakteri diketahui bagi kaki tangan penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan golongan lainnya bisa memberikan arti dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan selang sel prokariot dengan sel eukariot yang bertambah kompleks.[5]

Bakteri bisa ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, cairan, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun bagi kaki tangan parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi berada bakteri tertentu yang bisa berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan).[11] Sebagian jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini dikarenakan oleh flagel.[12]

Sejarah

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.

Bakteri merupakan organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit bagi dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah masa seratus tahun ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai menjadi bertambah sempurna.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu ilmu, bermacam hal tentang bakteri telah sukses ditelusuri.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan bermacam tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium diperkenalkan di belakang hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki guna "batang-batang kecil".[13] Ilmu tentang bakteri menjadi bertambah sempurna setelah serangkaian percobaan yang dilaksanakan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang berbakat matematika dan sejarahwan warga negara Inggris, menulis suatu buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang mempunyai kontennya hasil pengamatan yang dilaksanakan dengan menggunakan mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke sedang belum bisa menumukan struktur bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya tentang tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop sedang sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, beliau membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat aci bagi mengamati makhluk mikroskopik ini pada bermacam media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek sukses menemukan bakteri bagi pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang belakang dipasarkan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya.[13] Sejak saat itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai menjadi bertambah sempurna.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis warga negara Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada golongan bakteri ini mengarahkannya pada penemuan golongan bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, beliau juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan sebagian metode bagi mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas bagi penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Metode ini belakang digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]

Robert Koch (1843-1910), seorang berbakat fisika warga negara Jerman, banyak melaksanakan penelitian tentang penyakit yang dikarenakan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak.[14] Penyakit ini dikarenakan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga merupakan orang pertama yang sukses mendapatkan isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Berdasarkan dua penelitian tentang penyakit ini, Robert Koch sukses membuat Postulat Koch, suatu teori tentang mikroorganisme spesifik bagi penyakit yang spesfik.[13] Dia juga sukses menemukan metode bagi mendapatkan isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan lainnya adalah penggunaan media kultur padat bagi menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awalnya beliau menggunakan potongan kentang dan belakang dikembangkan dengan menggunakan nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin sedang memiliki banyak kekurangan yang pada akhir-akhirnya penggunaanya dialihkan dengan supaya (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga bertugas bersama Robert Koch.[13]

Struktur sel

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Struktur sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu struktur bakteri yang penting adalah dinding sel.[17] Bakteri bisa diklasifikasikan dalam dua golongan luhur berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.[16] Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang bertambah tipis dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Metode yang digunakan bagi membedakan kedua jenis golongan bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang digunakan bagi berkampanye, melekat dan konjugasi.[17] Sebagian bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[16] Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan sebagian spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16] Sebagian bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada anggota yang terkait ekstrim.[18] Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]

Morfologi bakteri

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Bermacam wujud tubuh bakteri

Berdasarkan wujudnya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan luhur, yaitu:

  • Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berpotongan bulat seperti bola dan mempunyai sebagian variasi bagi berikut:[19][20]
    • Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
    • Diplococcus, jka berganda dua-dua
    • Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
    • Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
    • Staphylococcus, jika bergerombol
    • Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
  • Basil (Bacillus) adalah golongan bakteri yang berpotongan batang atau silinder, dan mempunyai variasi bagi berikut:[19][20]
    • Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
    • Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
  • Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berpotongan lengkung dan mempunyai variasi bagi berikut:[19][20]
    • Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
    • Spiral, jika lengkung bertambah dari setengah lingkaran
    • Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel.[20]

Wujud tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh kondisi anggota yang terkait, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang bisa hidup dapat berdiri sendiri bahkan saat terpisah dari koloninya.[20]

Alat gerak

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Gambar alat gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang berkampanye menggunakan flagel.[21] Bakteri yang tidak memiliki alat gerak pada umumnya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau anggota yang terkait tempat bakteri tersebut berada.[21] Sama seperti struktur kapsul, flagel juga bisa menjadi kaki tangan penyebab penyakit pada sebagian spesies bakteri.[21] Berdasarkan tempat dan banyak flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:[22][21]

  • Atrik, tidak mempunyai flagel.[22][21]
  • Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
  • Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

Habitat

Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah dan banyak ditemukan di hampir semua tempat.[2] Habitatnya sangat beragam; anggota yang terkait perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan bisa ditemukan di dalam organisme hidup.[2] Diperkirakan total banyak sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini adalah 5x1030.[2] Bakteri bisa ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaan yang banyak selnya 10 kali lipat bertambah banyak dari banyak total sel tubuh manusia. [23] Oleh sebab itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.[24]

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.

Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama pada usus luhur, diantaranya adalah bakteri asam laktat dan golongan enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula golongan bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan sebab bisa menunjang kesehatan dan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus luhur.[26] Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga bisa ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat golongan bakteri yang diketahui dengan nama metilotrof, yaitu golongan bakteri yang mampu menggunakan senyawa karbon tunggal bagi menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini menggunakan senyawa dimetil sulfida yang berperan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Sebagian golongan mikroorganisme ini mampu hidup di anggota yang terkait yang tidak memungkinkan organisme lain bagi hidup.[32] Kondisi anggota yang terkait yang ekstrim ini menuntut beradanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Bagi contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber cairan panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tidak hanya di anggota yang terkait bersuhu tinggi, bakteri juga bisa ditemukan pada anggota yang terkait dengan suhu yang sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga bisa hidup pada bermacam anggota yang terkait lain yang hampir tidak memungkinkan beradanya kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. adalah contoh dari bakteri yang bisa hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula sebagian jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar cairan rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[2]

Sebagian komunitas bakteri bisa bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian hingga 10 km. Suatu tim peneliti menggunakan pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi bagi laboratorium terbang sukses menggambil sampel sejumlah bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.[38]

Pengaruh anggota yang terkait terhadap bakteri

Kondisi anggota yang terkait yang mendukung bisa memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.[39] Faktor-faktor anggota yang terkait yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat sebagian alat yang bisa digunakan bagi melaksanakan pengamatan sel bakteri terhadap bermacam parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).[39]

Suhu

Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi semua makhluk hidup.[2] Khususnya bagi bakteri, suhu anggota yang terkait yang berada bertambah tinggi dari suhu yang bisa ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu anggota yang terkaitnya berada di bawah ketentuan yang tidak boleh dilampaui toleransi, membran sitoplasma tidak akan berpotongan cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan anggota kehidupan sel akan terhenti.[2] Berdasarkan kisaran suhu caranya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:

  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu selang 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu selang 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang bisa hidup di daerah suhu tinggi selang 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
  • Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]

Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, lebih kurang 85%.[2] Kelembaban relatif bisa dirumuskan bagi kandungan cairan yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar cairan dari protoplasma menyebabkan cara metabolisme terhenti, misalnya pada anggota pembekuan dan pengeringan.[2] Bagi contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya saat RH anggota yang terkait kurang dari 84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang bertambah tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bilayer.[40]

Cahaya

Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.[41] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya bisa hidup dengan aci pada paparan cahaya normal.[41] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi bisa berakibat fatal bagi pertumbuhan bakteri.[41] Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma bagi mensterilkan suatu anggota yang terkait dari bakteri dan mikroorganisme lainnya diketahui dengan teknik iradiasi yang mulai menjadi bertambah sempurna sejak awal masa seratus tahun ke-20.[41][5]. Metode ini telah diaplikasikan secara luas bagi bermacam kepentingan, terutama pada sterilisasi makanan bagi meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[5] Sebagian contoh bakteri patogen yang mampu dihambat ataupun dibubarkan selang lain Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

Radiasi

Radiasi pada daya tertentu bisa menyebabkan penyimpangan dan bahkan bisa bersifat letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri.[42] Bagi contoh pada manusia, radiasi bisa menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[42] Akan tetapi, terdapat golongan bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali bertambah luhur dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu golongan Deinococcaceae. [43] Bagi perbandingan, manusia pada umumnya tidak bisa bertahan pada paparan radiasi bertambah dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam golongan ini bisa bertahan hingga 5.000 Gy.[43][44]

Pada umumnya, paparan energi radiasi bisa menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA.[45] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri bisa mengalami kematian.[45] Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan bagi bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melalui sistem adaptasi dan beradanya anggota perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.[45]

Peranan

Aspek anggota yang terkait

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang luhur bagi anggota yang terkait.[5] Bagi contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang bertambah sederhana.[5] Contoh bakteri saprofit selang lain Proteus dan Clostridium.[5] Tidak hanya berperan bagi pengurai senyawa organik, sebagian golongan bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.[5]

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Golongan bakteri lainnya berperan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[2] Bakteri nitrifikasi adalah golongan bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah.[46] Golongan bakteri ini bersifat kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)).[46] Dalam aspek pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan sebab memproduksi senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi habis, akan terjadi anggota dinitrifikasi yang dilaksanakan oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi nitrogen bebas sama sekali (N2) yang bertambah gampang diresap dan dimetabolisme oleh bermacam makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang mampu melaksanakan metabolisme ini adalah Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga memproduksi nitrogen dalam wujud lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tidak hanya bisa berperan penting bagi hidup bermacam organisme, tetapi juga bisa berperan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan berikutnya bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam wujud hujan asam (HNO2).[2]

Di aspek pertanian diketahui beradanya suatu golongan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup bebas sama sekali di tanah bagi membantu penyuburan tanah.[5] Golongan bakteri ini diketahui dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen adalah golongan bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas sama sekali di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[48][49] Golongan bakteri ini pada umumnya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong bagi membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar bagi mengikat nitrogen bebas sama sekali di udara yang pada umumnya tidak bisa digunakan secara langsung oleh kebanyakan organisme.[49][2] Secara umum, golongan bakteri ini diketahui dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[2]

Aspek pangan

Terdapat sebagian golongan bakteri yang mampu melaksanakan anggota fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenis makanan.[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang bertambah lama, juga bisa meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut.[5] Sebagian makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:

Sebagian spesies bakteri pengurai dan patogen bisa tumbuh di dalam makanan.[50] Golongan bakteri ini mampu memetabolisme bermacam komponen di dalam makanan dan belakang memproduksi metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, memproduksi racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan kini senyawa tersebut dipakai bagi bahan dasar botox.[50] Sebagian contoh bakteri perusak makanan:

Aspek kesehatan

Tidak hanya di aspek anggota yang terkait dan pangan, bakteri juga bisa memberikan arti dibidang kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap cara mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Sebagian bakteri yang memproduksi antibiotik adalah:

  • Streptomyces griseus, memproduksi antibiotik streptomycin[2]
  • Streptomyces aureofaciens, memproduksi antibiotik tetracycline[2]
  • Streptomyces venezuelae, memproduksi antibiotik chloramphenicol[2]
  • Penicillium, memproduksi antibiotik penisilin[5]
  • Bacillus polymyxa, memproduksi antibiotik polymixin.[5]

Terlepas dari peranannya dalam memproduksi antibiotik, banyak jenis bakteri yang justru bersifat patogen.[53] Pada manusia, sebagian jenis bakteri yang sering kali menjadi kaki tangan penyebab penyakit adalah Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[54][55] Bakteri patogen juga bisa menyerang hewan ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.[56] Bagi infeksi pada tanaman yang umum diketahui adalah Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.[57]

Dekomposisi

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Anggota degradasi jasad makhluk hidup dilaksanakan oleh banyak organisme, salah satunya adalah bakteri. Sebagian jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof, mampu mendegradasi senyawa organik dan menggunakannya bagi menunjang pertumbuhannya.[58] Anggota dekomposisi ini dibantu oleh sebagian jenis enzim bagi memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, bagi dipecah menjadi senyawa yang bertambah sederhana. Bagi contoh, enzim protease digunakan bagi memecah protein menjadi senyawa bertambah sederhana, seperti asam amino.[58] Anggota dekomposisi ini juga berperan dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke dunia bagi masuk ke dalam siklus lagi.[59]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[59] Anggota ini dipercepat saat tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini adalah hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[59] Selanjutnya, asam amino akan diubah menjadi asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH anggota yang terkait akan turun menjadi 4-5.[59] Reaksi ini dilaksanakan oleh bakteri acetogen. Pada tahap penghabisan, semua senyawa tersebut diubah menjadi gas metana oleh metanogen.[59]

Referensi

  1. ^ "Bacteria (eubacteria)". Taxonomy Browser. NCBI. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Undef&id=2&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock. Diakses pada 2008-09-10.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html [diakses pada 21 Juni 2011].
  6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol Microbiol 55:1429-33.
  8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient 44:47-56.
  9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV, Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 2762–69.
  10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1. 
  11. ^ Koch A (2003). "Bacterial wall as target for attack: past, present, and future research". Clin Microbiol Rev 16 (4): 673–87. doi:10.1128/CMR.16.4.673-687.2003. PMC 207114. PMID 14557293. 
  12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304. doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the early stages of infection by anthrax spores. Microbiol 147(6):1677-85.
  15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544. doi:10.1038/31159
  16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  17. ^ a b Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
  19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial Morphology. http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell: Bacteria. http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology - A Brief Introduction. Diakses pada 22 Juni 2011.
  22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses pada 22 Juni 2011.
  23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
  24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human Cells: How Do Microbial Communities Affect Human Health?. http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
  26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
  27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-471.
  28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes. Stuttgart: Blackwell Science.
  29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
  30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
  32. ^ Wassenaar TM. 2009. Extremophiles. http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261. doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
  34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-729. DOI: 10.1007/s002530051456
  35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
  36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-395.
  37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
  38. ^ "Bakteri Hidup Tinggi di Awan Badai". http://jurnal.kesimpulan.com/2013/01/bakteri-hidup-tinggi-di-awan-badai.html. Diakses pada 29 Januari 2013.
  39. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
  40. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition. ISBN 978-0-12-370519-8. 
  41. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
  42. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
  43. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans: Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
  44. ^ Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 480–481. 
  45. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans — the consummate survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
  46. ^ a b c d e Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 403–404. 
  47. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 45(4):1247–1253.
  48. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  49. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  50. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum (Botulism). http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses pada 24 Juni 2011.
  51. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-2952(60)90028-9.
  52. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
  53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  54. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  55. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
  56. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
  57. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein, regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
  58. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
  59. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

Pranala luar

  • Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9. 
  • Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4. 
  • Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1. 
  • Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7. 
  • Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74. PMID 9733676. 
  • Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3. 
  • Bacterial Nomenclature Up-To-Date from DSMZ
  • The largest bacteria
  • Tree of Life: Eubacteria
  • Videos of bacteria swimming and tumbling, use of optical tweezers and other videos.
  • Planet of the Bacteria by Stephen Jay Gould
  • On-line text book on bacteriology
  • Animated guide to bacterial cell structure.

edunitas.com


Page 10

Bakteri
Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Escherichia coli, salah satu bakteri berpotongan batang

Klasifikasi ilmiah
Fila/Divisio[1]

ActinobacteriaFirmicutae

Tenericutae (tanpa dinding)

AquificaeBacteroidetae/ChlorobiaChlamydiae/VerrucomicrobiaDeinococcus-ThermusFusobacteriaGemmatimonadetaeNitrospiraeProteobacteriaSpirochaetaeSynergistaeAcidobacteriaChloroflexiaeChrysiogenetae

Cyanobacteria

DeferribacteraeDictyoglomiFibrobacteriaPlanctomycotaThermodesulfobacteria

Thermotogae

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah golongan organisme yang tidak mempunyai membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memerankan luhur dalam kehidupan di bumi.[2] Sebagian golongan bakteri diketahui bagi kaki tangan penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan golongan lainnya bisa memberikan arti dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan selang sel prokariot dengan sel eukariot yang bertambah kompleks.[5]

Bakteri bisa ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, cairan, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun bagi kaki tangan parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi berada bakteri tertentu yang bisa berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya mempunyai dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan).[11] Sebagian jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini dikarenakan oleh flagel.[12]

Sejarah

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Model mikroskop awal yang didesain oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.

Bakteri merupakan organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit bagi dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah masa seratus tahun ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai menjadi bertambah sempurna.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu ilmu, bermacam hal tentang bakteri telah sukses ditelusuri.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan bermacam tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium dikenalkan di belakang hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang mempunyai guna "batang-batang kecil".[13] Ilmu tentang bakteri menjadi bertambah sempurna setelah serangkaian percobaan yang dilaksanakan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang berbakat matematika dan sejarahwan warga negara Inggris, menulis suatu buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang mempunyai kontennya hasil pengamatan yang dilaksanakan dengan menggunakan mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke sedang belum bisa menumukan struktur bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya tentang tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop sedang sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, beliau membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat aci bagi mengamati makhluk mikroskopik ini pada bermacam media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek sukses menemukan bakteri bagi pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang belakang dipasarkan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya.[13] Sejak masa itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai menjadi bertambah sempurna.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis warga negara Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada golongan bakteri ini mengarahkannya pada penemuan golongan bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, beliau juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan sebagian metode bagi mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas bagi penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Metode ini belakang digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]

Robert Koch (1843-1910), seorang berbakat fisika warga negara Jerman, banyak melaksanakan penelitian tentang penyakit yang dikarenakan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak.[14] Penyakit ini dikarenakan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga merupakan orang pertama yang sukses mendapatkan isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Berdasarkan dua penelitian tentang penyakit ini, Robert Koch sukses membuat Postulat Koch, suatu teori tentang mikroorganisme spesifik bagi penyakit yang spesfik.[13] Dia juga sukses menemukan metode bagi mendapatkan isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan lainnya adalah penggunaan media kultur padat bagi menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awalnya beliau menggunakan potongan kentang dan belakang dikembangkan dengan menggunakan nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin sedang mempunyai banyak kekurangan yang pada akhir-akhirnya penggunaanya dialihkan dengan supaya (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga bertugas bersama Robert Koch.[13]

Struktur sel

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Struktur sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tidak mempunyai membran inti) pada umumnya, semua bakteri mempunyai struktur sel yang relatif sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu struktur bakteri yang penting adalah dinding sel.[17] Bakteri bisa diklasifikasikan dalam dua golongan luhur berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.[16] Bakteri gram positif mempunyai dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang bertambah tipis dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Metode yang digunakan bagi membedakan kedua jenis golongan bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri mempunyai struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang digunakan bagi berkampanye, melekat dan konjugasi.[17] Sebagian bakteri juga mempunyai kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[16] Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri juga mempunyai kromosom, ribosom, dan sebagian spesies lainnya mempunyai granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16] Sebagian bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada anggota yang terkait ekstrim.[18] Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]

Morfologi bakteri

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Bermacam wujud tubuh bakteri

Berdasarkan wujudnya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan luhur, yaitu:

  • Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berpotongan bulat seperti bola dan mempunyai sebagian variasi bagi berikut:[19][20]
    • Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
    • Diplococcus, jka berganda dua-dua
    • Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
    • Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
    • Staphylococcus, jika bergerombol
    • Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
  • Basil (Bacillus) adalah golongan bakteri yang berpotongan batang atau silinder, dan mempunyai variasi bagi berikut:[19][20]
    • Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
    • Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
  • Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berpotongan lengkung dan mempunyai variasi bagi berikut:[19][20]
    • Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
    • Spiral, jika lengkung bertambah dari setengah lingkaran
    • Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel.[20]

Wujud tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh kondisi anggota yang terkait, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang bisa hidup dapat berdiri sendiri bahkan masa terpisah dari koloninya.[20]

Alat gerak

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Gambar alat gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang berkampanye menggunakan flagel.[21] Bakteri yang tidak mempunyai alat gerak pada umumnya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau anggota yang terkait tempat bakteri tersebut berada.[21] Sama seperti struktur kapsul, flagel juga bisa menjadi kaki tangan penyebab penyakit pada sebagian spesies bakteri.[21] Berdasarkan tempat dan banyak flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:[22][21]

  • Atrik, tidak mempunyai flagel.[22][21]
  • Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
  • Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

Habitat

Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah dan banyak ditemukan di hampir semua tempat.[2] Habitatnya sangat beragam; anggota yang terkait perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan bisa ditemukan di dalam organisme hidup.[2] Diperkirakan total banyak sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini adalah 5x1030.[2] Bakteri bisa ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaan yang banyak selnya 10 kali lipat bertambah banyak dari banyak total sel tubuh manusia. [23] Oleh sebab itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.[24]

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.

Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama pada usus luhur, diantaranya adalah bakteri asam laktat dan golongan enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula golongan bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan sebab bisa menunjang kesehatan dan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus luhur.[26] Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga bisa ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat golongan bakteri yang diketahui dengan nama metilotrof, yaitu golongan bakteri yang mampu menggunakan senyawa karbon tunggal bagi menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini menggunakan senyawa dimetil sulfida yang berperan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Sebagian golongan mikroorganisme ini mampu hidup di anggota yang terkait yang tidak memungkinkan organisme lain bagi hidup.[32] Kondisi anggota yang terkait yang ekstrim ini menuntut beradanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Bagi contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber cairan panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tidak hanya di anggota yang terkait bersuhu tinggi, bakteri juga bisa ditemukan pada anggota yang terkait dengan suhu yang sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga bisa hidup pada bermacam anggota yang terkait lain yang hampir tidak memungkinkan beradanya kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. adalah contoh dari bakteri yang bisa hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula sebagian jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar cairan rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[2]

Sebagian komunitas bakteri bisa bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian hingga 10 km. Suatu tim peneliti menggunakan pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi bagi laboratorium terbang sukses menggambil sampel sejumlah bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.[38]

Pengaruh anggota yang terkait terhadap bakteri

Kondisi anggota yang terkait yang mendukung bisa memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.[39] Faktor-faktor anggota yang terkait yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat sebagian alat yang bisa digunakan bagi melaksanakan pengamatan sel bakteri terhadap bermacam parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).[39]

Suhu

Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi semua makhluk hidup.[2] Khususnya bagi bakteri, suhu anggota yang terkait yang berada bertambah tinggi dari suhu yang bisa ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu anggota yang terkaitnya berada di bawah ketentuan yang tidak boleh dilampaui toleransi, membran sitoplasma tidak akan berpotongan cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan anggota kehidupan sel akan terhenti.[2] Berdasarkan kisaran suhu caranya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:

  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu selang 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu selang 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang bisa hidup di daerah suhu tinggi selang 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
  • Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]

Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, lebih kurang 85%.[2] Kelembaban relatif bisa dirumuskan bagi kandungan cairan yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar cairan dari protoplasma menyebabkan cara metabolisme terhenti, misalnya pada anggota pembekuan dan pengeringan.[2] Bagi contoh, bakteri Escherichia coli akan merasakan penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya masa RH anggota yang terkait kurang dari 84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang bertambah tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bilayer.[40]

Cahaya

Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.[41] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya bisa hidup dengan aci pada paparan cahaya normal.[41] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi bisa berakibat fatal bagi pertumbuhan bakteri.[41] Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma bagi mensterilkan suatu anggota yang terkait dari bakteri dan mikroorganisme lainnya diketahui dengan teknik iradiasi yang mulai menjadi bertambah sempurna sejak awal masa seratus tahun ke-20.[41][5]. Metode ini telah diaplikasikan secara luas bagi bermacam kepentingan, terutama pada sterilisasi makanan bagi meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[5] Sebagian contoh bakteri patogen yang mampu dihambat ataupun dibubarkan selang lain Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

Radiasi

Radiasi pada daya tertentu bisa menyebabkan penyimpangan dan bahkan bisa bersifat letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri.[42] Bagi contoh pada manusia, radiasi bisa menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[42] Akan tetapi, terdapat golongan bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali bertambah luhur dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu golongan Deinococcaceae. [43] Bagi perbandingan, manusia pada umumnya tidak bisa bertahan pada paparan radiasi bertambah dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam golongan ini bisa bertahan hingga 5.000 Gy.[43][44]

Pada umumnya, paparan energi radiasi bisa menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA.[45] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri bisa merasakan kematian.[45] Deinococcus radiodurans mempunyai kemampuan bagi bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melalui sistem adaptasi dan beradanya anggota perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.[45]

Peranan

Aspek anggota yang terkait

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri mempunyai peranan yang luhur bagi anggota yang terkait.[5] Bagi contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang bertambah sederhana.[5] Contoh bakteri saprofit selang lain Proteus dan Clostridium.[5] Tidak hanya berperan bagi pengurai senyawa organik, sebagian golongan bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.[5]

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Golongan bakteri lainnya berperan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[2] Bakteri nitrifikasi adalah golongan bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah.[46] Golongan bakteri ini bersifat kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)).[46] Dalam aspek pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan sebab memproduksi senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi habis, akan terjadi anggota dinitrifikasi yang dilaksanakan oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi nitrogen bebas sama sekali (N2) yang bertambah gampang diresap dan dimetabolisme oleh bermacam makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang mampu melaksanakan metabolisme ini adalah Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga memproduksi nitrogen dalam wujud lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tidak hanya bisa berperan penting bagi hidup bermacam organisme, tetapi juga bisa berperan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan berikutnya bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam wujud hujan asam (HNO2).[2]

Di aspek pertanian diketahui beradanya suatu golongan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup bebas sama sekali di tanah bagi membantu penyuburan tanah.[5] Golongan bakteri ini diketahui dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen adalah golongan bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas sama sekali di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[48][49] Golongan bakteri ini pada umumnya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong bagi membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar bagi mengikat nitrogen bebas sama sekali di udara yang pada umumnya tidak bisa digunakan secara langsung oleh kebanyakan organisme.[49][2] Secara umum, golongan bakteri ini diketahui dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[2]

Aspek pangan

Terdapat sebagian golongan bakteri yang mampu melaksanakan anggota fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenis makanan.[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan mempunyai masa simpan yang bertambah lama, juga bisa meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut.[5] Sebagian makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:

No.Nama produk atau makananBahan bakuBakteri yang berperan
1.YoghurtsusuLactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
2.MentegasusuStreptococcus lactis
3.TerasiikanLactobacillus sp.
4.Asinan buah-buahanbuah-buahanLactobacillus sp.
5.SosisdagingPediococcus cerevisiae
6.KefirsusuLactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis

Sebagian spesies bakteri pengurai dan patogen bisa tumbuh di dalam makanan.[50] Golongan bakteri ini mampu memetabolisme bermacam komponen di dalam makanan dan belakang memproduksi metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, memproduksi racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan kini senyawa tersebut dipakai bagi bahan dasar botox.[50] Sebagian contoh bakteri perusak makanan:

Aspek kesehatan

Tidak hanya di aspek anggota yang terkait dan pangan, bakteri juga bisa memberikan arti dibidang kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap cara mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Sebagian bakteri yang memproduksi antibiotik adalah:

  • Streptomyces griseus, memproduksi antibiotik streptomycin[2]
  • Streptomyces aureofaciens, memproduksi antibiotik tetracycline[2]
  • Streptomyces venezuelae, memproduksi antibiotik chloramphenicol[2]
  • Penicillium, memproduksi antibiotik penisilin[5]
  • Bacillus polymyxa, memproduksi antibiotik polymixin.[5]

Terlepas dari peranannya dalam memproduksi antibiotik, banyak jenis bakteri yang justru bersifat patogen.[53] Pada manusia, sebagian jenis bakteri yang sering kali menjadi kaki tangan penyebab penyakit adalah Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[54][55] Bakteri patogen juga bisa menyerang hewan ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.[56] Bagi infeksi pada tanaman yang umum diketahui adalah Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.[57]

Dekomposisi

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Anggota degradasi jasad makhluk hidup dilaksanakan oleh banyak organisme, salah satunya adalah bakteri. Sebagian jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof, mampu mendegradasi senyawa organik dan menggunakannya bagi menunjang pertumbuhannya.[58] Anggota dekomposisi ini dibantu oleh sebagian jenis enzim bagi memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, bagi dipecah menjadi senyawa yang bertambah sederhana. Bagi contoh, enzim protease digunakan bagi memecah protein menjadi senyawa bertambah sederhana, seperti asam amino.[58] Anggota dekomposisi ini juga berperan dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke dunia bagi masuk ke dalam siklus lagi.[59]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[59] Anggota ini dipercepat masa tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini adalah hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[59] Selanjutnya, asam amino akan diubah menjadi asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH anggota yang terkait akan turun menjadi 4-5.[59] Reaksi ini dilaksanakan oleh bakteri acetogen. Pada tahap penghabisan, semua senyawa tersebut diubah menjadi gas metana oleh metanogen.[59]

Pustaka

  1. ^ "Bacteria (eubacteria)". Taxonomy Browser. NCBI. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Undef&id=2&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock. Diakses pada 2008-09-10.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html [diakses pada 21 Juni 2011].
  6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol Microbiol 55:1429-33.
  8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient 44:47-56.
  9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV, Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 2762–69.
  10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1. 
  11. ^ Koch A (2003). "Bacterial wall as target for attack: past, present, and future research". Clin Microbiol Rev 16 (4): 673–87. doi:10.1128/CMR.16.4.673-687.2003. PMC 207114. PMID 14557293. 
  12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304. doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the early stages of infection by anthrax spores. Microbiol 147(6):1677-85.
  15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544. doi:10.1038/31159
  16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  17. ^ a b Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
  19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial Morphology. http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell: Bacteria. http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology - A Brief Introduction. Diakses pada 22 Juni 2011.
  22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses pada 22 Juni 2011.
  23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
  24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human Cells: How Do Microbial Communities Affect Human Health?. http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
  26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
  27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-471.
  28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes. Stuttgart: Blackwell Science.
  29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
  30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
  32. ^ Wassenaar TM. 2009. Extremophiles. http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261. doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
  34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-729. DOI: 10.1007/s002530051456
  35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
  36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-395.
  37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
  38. ^ "Bakteri Hidup Tinggi di Awan Badai". http://jurnal.kesimpulan.com/2013/01/bakteri-hidup-tinggi-di-awan-badai.html. Diakses pada 29 Januari 2013.
  39. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
  40. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition. ISBN 978-0-12-370519-8. 
  41. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
  42. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
  43. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans: Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
  44. ^ Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 480–481. 
  45. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans — the consummate survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
  46. ^ a b c d e Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 403–404. 
  47. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 45(4):1247–1253.
  48. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  49. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  50. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum (Botulism). http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses pada 24 Juni 2011.
  51. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-2952(60)90028-9.
  52. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
  53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  54. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  55. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
  56. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
  57. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein, regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
  58. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
  59. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

Pranala luar

  • Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9. 
  • Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4. 
  • Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1. 
  • Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7. 
  • Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74. PMID 9733676. 
  • Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3. 
  • Bacterial Nomenclature Up-To-Date from DSMZ
  • The largest bacteria
  • Tree of Life: Eubacteria
  • Videos of bacteria swimming and tumbling, use of optical tweezers and other videos.
  • Planet of the Bacteria by Stephen Jay Gould
  • On-line text book on bacteriology
  • Animated guide to bacterial cell structure.

edunitas.com


Page 11

Bakteri
Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Escherichia coli, salah satu bakteri berpotongan batang

Klasifikasi ilmiah
Fila/Divisio[1]

ActinobacteriaFirmicutae

Tenericutae (tanpa dinding)

AquificaeBacteroidetae/ChlorobiaChlamydiae/VerrucomicrobiaDeinococcus-ThermusFusobacteriaGemmatimonadetaeNitrospiraeProteobacteriaSpirochaetaeSynergistaeAcidobacteriaChloroflexiaeChrysiogenetae

Cyanobacteria

DeferribacteraeDictyoglomiFibrobacteriaPlanctomycotaThermodesulfobacteria

Thermotogae

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah golongan organisme yang tidak mempunyai membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memerankan luhur dalam kehidupan di bumi.[2] Sebagian golongan bakteri diketahui bagi kaki tangan penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan golongan lainnya bisa memberikan arti dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan selang sel prokariot dengan sel eukariot yang bertambah kompleks.[5]

Bakteri bisa ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, cairan, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun bagi kaki tangan parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi berada bakteri tertentu yang bisa berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya mempunyai dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan).[11] Sebagian jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini dikarenakan oleh flagel.[12]

Sejarah

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Model mikroskop awal yang didesain oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.

Bakteri merupakan organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit bagi dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah masa seratus tahun ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai menjadi bertambah sempurna.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu ilmu, bermacam hal tentang bakteri telah sukses ditelusuri.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan bermacam tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium dikenalkan di belakang hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang mempunyai guna "batang-batang kecil".[13] Ilmu tentang bakteri menjadi bertambah sempurna setelah serangkaian percobaan yang dilaksanakan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang berbakat matematika dan sejarahwan warga negara Inggris, menulis suatu buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang mempunyai kontennya hasil pengamatan yang dilaksanakan dengan menggunakan mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke sedang belum bisa menumukan struktur bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya tentang tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop sedang sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, beliau membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat aci bagi mengamati makhluk mikroskopik ini pada bermacam media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek sukses menemukan bakteri bagi pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang belakang dipasarkan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya.[13] Sejak masa itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai menjadi bertambah sempurna.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis warga negara Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada golongan bakteri ini mengarahkannya pada penemuan golongan bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, beliau juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan sebagian metode bagi mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas bagi penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Metode ini belakang digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]

Robert Koch (1843-1910), seorang berbakat fisika warga negara Jerman, banyak melaksanakan penelitian tentang penyakit yang dikarenakan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak.[14] Penyakit ini dikarenakan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga merupakan orang pertama yang sukses mendapatkan isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Berdasarkan dua penelitian tentang penyakit ini, Robert Koch sukses membuat Postulat Koch, suatu teori tentang mikroorganisme spesifik bagi penyakit yang spesfik.[13] Dia juga sukses menemukan metode bagi mendapatkan isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan lainnya adalah penggunaan media kultur padat bagi menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awalnya beliau menggunakan potongan kentang dan belakang dikembangkan dengan menggunakan nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin sedang mempunyai banyak kekurangan yang pada akhir-akhirnya penggunaanya dialihkan dengan supaya (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga bertugas bersama Robert Koch.[13]

Struktur sel

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Struktur sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tidak mempunyai membran inti) pada umumnya, semua bakteri mempunyai struktur sel yang relatif sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu struktur bakteri yang penting adalah dinding sel.[17] Bakteri bisa diklasifikasikan dalam dua golongan luhur berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.[16] Bakteri gram positif mempunyai dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang bertambah tipis dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Metode yang digunakan bagi membedakan kedua jenis golongan bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri mempunyai struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang digunakan bagi berkampanye, melekat dan konjugasi.[17] Sebagian bakteri juga mempunyai kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[16] Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri juga mempunyai kromosom, ribosom, dan sebagian spesies lainnya mempunyai granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16] Sebagian bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada anggota yang terkait ekstrim.[18] Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]

Morfologi bakteri

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Bermacam wujud tubuh bakteri

Berdasarkan wujudnya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan luhur, yaitu:

  • Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berpotongan bulat seperti bola dan mempunyai sebagian variasi bagi berikut:[19][20]
    • Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
    • Diplococcus, jka berganda dua-dua
    • Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
    • Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
    • Staphylococcus, jika bergerombol
    • Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
  • Basil (Bacillus) adalah golongan bakteri yang berpotongan batang atau silinder, dan mempunyai variasi bagi berikut:[19][20]
    • Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
    • Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
  • Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berpotongan lengkung dan mempunyai variasi bagi berikut:[19][20]
    • Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
    • Spiral, jika lengkung bertambah dari setengah lingkaran
    • Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel.[20]

Wujud tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh kondisi anggota yang terkait, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang bisa hidup dapat berdiri sendiri bahkan masa terpisah dari koloninya.[20]

Alat gerak

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Gambar alat gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang berkampanye menggunakan flagel.[21] Bakteri yang tidak mempunyai alat gerak pada umumnya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau anggota yang terkait tempat bakteri tersebut berada.[21] Sama seperti struktur kapsul, flagel juga bisa menjadi kaki tangan penyebab penyakit pada sebagian spesies bakteri.[21] Berdasarkan tempat dan banyak flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:[22][21]

  • Atrik, tidak mempunyai flagel.[22][21]
  • Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
  • Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

Habitat

Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah dan banyak ditemukan di hampir semua tempat.[2] Habitatnya sangat beragam; anggota yang terkait perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan bisa ditemukan di dalam organisme hidup.[2] Diperkirakan total banyak sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini adalah 5x1030.[2] Bakteri bisa ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaan yang banyak selnya 10 kali lipat bertambah banyak dari banyak total sel tubuh manusia. [23] Oleh sebab itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.[24]

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.

Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama pada usus luhur, diantaranya adalah bakteri asam laktat dan golongan enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula golongan bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan sebab bisa menunjang kesehatan dan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus luhur.[26] Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga bisa ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat golongan bakteri yang diketahui dengan nama metilotrof, yaitu golongan bakteri yang mampu menggunakan senyawa karbon tunggal bagi menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini menggunakan senyawa dimetil sulfida yang berperan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Sebagian golongan mikroorganisme ini mampu hidup di anggota yang terkait yang tidak memungkinkan organisme lain bagi hidup.[32] Kondisi anggota yang terkait yang ekstrim ini menuntut beradanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Bagi contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber cairan panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tidak hanya di anggota yang terkait bersuhu tinggi, bakteri juga bisa ditemukan pada anggota yang terkait dengan suhu yang sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga bisa hidup pada bermacam anggota yang terkait lain yang hampir tidak memungkinkan beradanya kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. adalah contoh dari bakteri yang bisa hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula sebagian jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar cairan rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[2]

Sebagian komunitas bakteri bisa bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian hingga 10 km. Suatu tim peneliti menggunakan pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi bagi laboratorium terbang sukses menggambil sampel sejumlah bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.[38]

Pengaruh anggota yang terkait terhadap bakteri

Kondisi anggota yang terkait yang mendukung bisa memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.[39] Faktor-faktor anggota yang terkait yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat sebagian alat yang bisa digunakan bagi melaksanakan pengamatan sel bakteri terhadap bermacam parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).[39]

Suhu

Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi semua makhluk hidup.[2] Khususnya bagi bakteri, suhu anggota yang terkait yang berada bertambah tinggi dari suhu yang bisa ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu anggota yang terkaitnya berada di bawah ketentuan yang tidak boleh dilampaui toleransi, membran sitoplasma tidak akan berpotongan cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan anggota kehidupan sel akan terhenti.[2] Berdasarkan kisaran suhu caranya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:

  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu selang 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu selang 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang bisa hidup di daerah suhu tinggi selang 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
  • Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]

Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, lebih kurang 85%.[2] Kelembaban relatif bisa dirumuskan bagi kandungan cairan yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar cairan dari protoplasma menyebabkan cara metabolisme terhenti, misalnya pada anggota pembekuan dan pengeringan.[2] Bagi contoh, bakteri Escherichia coli akan merasakan penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya masa RH anggota yang terkait kurang dari 84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang bertambah tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bilayer.[40]

Cahaya

Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.[41] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya bisa hidup dengan aci pada paparan cahaya normal.[41] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi bisa berakibat fatal bagi pertumbuhan bakteri.[41] Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma bagi mensterilkan suatu anggota yang terkait dari bakteri dan mikroorganisme lainnya diketahui dengan teknik iradiasi yang mulai menjadi bertambah sempurna sejak awal masa seratus tahun ke-20.[41][5]. Metode ini telah diaplikasikan secara luas bagi bermacam kepentingan, terutama pada sterilisasi makanan bagi meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[5] Sebagian contoh bakteri patogen yang mampu dihambat ataupun dibubarkan selang lain Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

Radiasi

Radiasi pada daya tertentu bisa menyebabkan penyimpangan dan bahkan bisa bersifat letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri.[42] Bagi contoh pada manusia, radiasi bisa menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[42] Akan tetapi, terdapat golongan bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali bertambah luhur dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu golongan Deinococcaceae. [43] Bagi perbandingan, manusia pada umumnya tidak bisa bertahan pada paparan radiasi bertambah dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam golongan ini bisa bertahan hingga 5.000 Gy.[43][44]

Pada umumnya, paparan energi radiasi bisa menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA.[45] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri bisa merasakan kematian.[45] Deinococcus radiodurans mempunyai kemampuan bagi bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melalui sistem adaptasi dan beradanya anggota perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.[45]

Peranan

Aspek anggota yang terkait

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri mempunyai peranan yang luhur bagi anggota yang terkait.[5] Bagi contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang bertambah sederhana.[5] Contoh bakteri saprofit selang lain Proteus dan Clostridium.[5] Tidak hanya berperan bagi pengurai senyawa organik, sebagian golongan bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.[5]

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Golongan bakteri lainnya berperan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[2] Bakteri nitrifikasi adalah golongan bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah.[46] Golongan bakteri ini bersifat kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)).[46] Dalam aspek pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan sebab memproduksi senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi habis, akan terjadi anggota dinitrifikasi yang dilaksanakan oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi nitrogen bebas sama sekali (N2) yang bertambah gampang diresap dan dimetabolisme oleh bermacam makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang mampu melaksanakan metabolisme ini adalah Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga memproduksi nitrogen dalam wujud lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tidak hanya bisa berperan penting bagi hidup bermacam organisme, tetapi juga bisa berperan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan berikutnya bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam wujud hujan asam (HNO2).[2]

Di aspek pertanian diketahui beradanya suatu golongan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup bebas sama sekali di tanah bagi membantu penyuburan tanah.[5] Golongan bakteri ini diketahui dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen adalah golongan bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas sama sekali di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[48][49] Golongan bakteri ini pada umumnya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong bagi membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar bagi mengikat nitrogen bebas sama sekali di udara yang pada umumnya tidak bisa digunakan secara langsung oleh kebanyakan organisme.[49][2] Secara umum, golongan bakteri ini diketahui dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[2]

Aspek pangan

Terdapat sebagian golongan bakteri yang mampu melaksanakan anggota fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenis makanan.[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan mempunyai masa simpan yang bertambah lama, juga bisa meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut.[5] Sebagian makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:

No.Nama produk atau makananBahan bakuBakteri yang berperan
1.YoghurtsusuLactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
2.MentegasusuStreptococcus lactis
3.TerasiikanLactobacillus sp.
4.Asinan buah-buahanbuah-buahanLactobacillus sp.
5.SosisdagingPediococcus cerevisiae
6.KefirsusuLactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis

Sebagian spesies bakteri pengurai dan patogen bisa tumbuh di dalam makanan.[50] Golongan bakteri ini mampu memetabolisme bermacam komponen di dalam makanan dan belakang memproduksi metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, memproduksi racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan kini senyawa tersebut dipakai bagi bahan dasar botox.[50] Sebagian contoh bakteri perusak makanan:

Aspek kesehatan

Tidak hanya di aspek anggota yang terkait dan pangan, bakteri juga bisa memberikan arti dibidang kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap cara mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Sebagian bakteri yang memproduksi antibiotik adalah:

  • Streptomyces griseus, memproduksi antibiotik streptomycin[2]
  • Streptomyces aureofaciens, memproduksi antibiotik tetracycline[2]
  • Streptomyces venezuelae, memproduksi antibiotik chloramphenicol[2]
  • Penicillium, memproduksi antibiotik penisilin[5]
  • Bacillus polymyxa, memproduksi antibiotik polymixin.[5]

Terlepas dari peranannya dalam memproduksi antibiotik, banyak jenis bakteri yang justru bersifat patogen.[53] Pada manusia, sebagian jenis bakteri yang sering kali menjadi kaki tangan penyebab penyakit adalah Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[54][55] Bakteri patogen juga bisa menyerang hewan ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.[56] Bagi infeksi pada tanaman yang umum diketahui adalah Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.[57]

Dekomposisi

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Anggota degradasi jasad makhluk hidup dilaksanakan oleh banyak organisme, salah satunya adalah bakteri. Sebagian jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof, mampu mendegradasi senyawa organik dan menggunakannya bagi menunjang pertumbuhannya.[58] Anggota dekomposisi ini dibantu oleh sebagian jenis enzim bagi memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, bagi dipecah menjadi senyawa yang bertambah sederhana. Bagi contoh, enzim protease digunakan bagi memecah protein menjadi senyawa bertambah sederhana, seperti asam amino.[58] Anggota dekomposisi ini juga berperan dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke dunia bagi masuk ke dalam siklus lagi.[59]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[59] Anggota ini dipercepat masa tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini adalah hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[59] Selanjutnya, asam amino akan diubah menjadi asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH anggota yang terkait akan turun menjadi 4-5.[59] Reaksi ini dilaksanakan oleh bakteri acetogen. Pada tahap penghabisan, semua senyawa tersebut diubah menjadi gas metana oleh metanogen.[59]

Pustaka

  1. ^ "Bacteria (eubacteria)". Taxonomy Browser. NCBI. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Undef&id=2&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock. Diakses pada 2008-09-10.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html [diakses pada 21 Juni 2011].
  6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol Microbiol 55:1429-33.
  8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient 44:47-56.
  9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV, Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 2762–69.
  10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1. 
  11. ^ Koch A (2003). "Bacterial wall as target for attack: past, present, and future research". Clin Microbiol Rev 16 (4): 673–87. doi:10.1128/CMR.16.4.673-687.2003. PMC 207114. PMID 14557293. 
  12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304. doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the early stages of infection by anthrax spores. Microbiol 147(6):1677-85.
  15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544. doi:10.1038/31159
  16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  17. ^ a b Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
  19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial Morphology. http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell: Bacteria. http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology - A Brief Introduction. Diakses pada 22 Juni 2011.
  22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses pada 22 Juni 2011.
  23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
  24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human Cells: How Do Microbial Communities Affect Human Health?. http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
  26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
  27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-471.
  28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes. Stuttgart: Blackwell Science.
  29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
  30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
  32. ^ Wassenaar TM. 2009. Extremophiles. http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261. doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
  34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-729. DOI: 10.1007/s002530051456
  35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
  36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-395.
  37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
  38. ^ "Bakteri Hidup Tinggi di Awan Badai". http://jurnal.kesimpulan.com/2013/01/bakteri-hidup-tinggi-di-awan-badai.html. Diakses pada 29 Januari 2013.
  39. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
  40. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition. ISBN 978-0-12-370519-8. 
  41. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
  42. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
  43. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans: Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
  44. ^ Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 480–481. 
  45. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans — the consummate survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
  46. ^ a b c d e Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 403–404. 
  47. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 45(4):1247–1253.
  48. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  49. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  50. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum (Botulism). http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses pada 24 Juni 2011.
  51. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-2952(60)90028-9.
  52. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
  53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  54. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  55. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
  56. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
  57. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein, regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
  58. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
  59. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

Pranala luar

  • Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9. 
  • Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4. 
  • Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1. 
  • Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7. 
  • Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74. PMID 9733676. 
  • Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3. 
  • Bacterial Nomenclature Up-To-Date from DSMZ
  • The largest bacteria
  • Tree of Life: Eubacteria
  • Videos of bacteria swimming and tumbling, use of optical tweezers and other videos.
  • Planet of the Bacteria by Stephen Jay Gould
  • On-line text book on bacteriology
  • Animated guide to bacterial cell structure.

edunitas.com


Page 12

Bakteri
Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Escherichia coli, salah satu bakteri berpotongan batang

Klasifikasi ilmiah
Fila/Divisio[1]

ActinobacteriaFirmicutae

Tenericutae (tanpa dinding)

AquificaeBacteroidetae/ChlorobiaChlamydiae/VerrucomicrobiaDeinococcus-ThermusFusobacteriaGemmatimonadetaeNitrospiraeProteobacteriaSpirochaetaeSynergistaeAcidobacteriaChloroflexiaeChrysiogenetae

Cyanobacteria

DeferribacteraeDictyoglomiFibrobacteriaPlanctomycotaThermodesulfobacteria

Thermotogae

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah golongan organisme yang tidak memiliki membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran luhur dalam kehidupan di bumi.[2] Sebagian golongan bakteri diketahui bagi kaki tangan penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan golongan lainnya bisa memberikan arti dibidang pangan, pengobatan, dan industri.[3] Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan selang sel prokariot dengan sel eukariot yang bertambah kompleks.[5]

Bakteri bisa ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, cairan, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun bagi kaki tangan parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi berada bakteri tertentu yang bisa berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan).[11] Sebagian jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini dikarenakan oleh flagel.[12]

Sejarah

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalam Micrographia.

Bakteri merupakan organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit bagi dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13] Barulah setelah masa seratus tahun ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai menjadi bertambah sempurna.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu ilmu, bermacam hal tentang bakteri telah sukses ditelusuri.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan bermacam tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.[13] Istilah bacterium diperkenalkan di belakang hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki guna "batang-batang kecil".[13] Ilmu tentang bakteri menjadi bertambah sempurna setelah serangkaian percobaan yang dilaksanakan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang berbakat matematika dan sejarahwan warga negara Inggris, menulis suatu buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang mempunyai kontennya hasil pengamatan yang dilaksanakan dengan menggunakan mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke sedang belum bisa menumukan struktur bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya tentang tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop sedang sangat sederhana.[13] Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, beliau membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat aci bagi mengamati makhluk mikroskopik ini pada bermacam media alami pada tahun 1684.[13] Antoni van Leeuwenhoek sukses menemukan bakteri bagi pertama kalinya di dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang belakang dipasarkan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya.[13] Sejak saat itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai menjadi bertambah sempurna.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis warga negara Breslau (sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada golongan bakteri ini mengarahkannya pada penemuan golongan bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga sukses menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.[13] Selanjutnya, beliau juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan sebagian metode bagi mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan kapas bagi penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Metode ini belakang digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.[13]

Robert Koch (1843-1910), seorang berbakat fisika warga negara Jerman, banyak melaksanakan penelitian tentang penyakit yang dikarenakan oleh infeksi bakteri.[13] Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak.[14] Penyakit ini dikarenakan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora.[14] Robert Koch juga merupakan orang pertama yang sukses mendapatkan isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13][15] Berdasarkan dua penelitian tentang penyakit ini, Robert Koch sukses membuat Postulat Koch, suatu teori tentang mikroorganisme spesifik bagi penyakit yang spesfik.[13] Dia juga sukses menemukan metode bagi mendapatkan isolat murni dari bakteri.[13] Penemuan lainnya adalah penggunaan media kultur padat bagi menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awalnya beliau menggunakan potongan kentang dan belakang dikembangkan dengan menggunakan nutrien gelatin.[13] Penggunaan nutrien gelatin sedang memiliki banyak kekurangan yang pada akhir-akhirnya penggunaanya dialihkan dengan supaya (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga bertugas bersama Robert Koch.[13]

Struktur sel

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Struktur sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu struktur bakteri yang penting adalah dinding sel.[17] Bakteri bisa diklasifikasikan dalam dua golongan luhur berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.[16] Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang bertambah tipis dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Metode yang digunakan bagi membedakan kedua jenis golongan bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang digunakan bagi berkampanye, melekat dan konjugasi.[17] Sebagian bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.[16] Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan sebagian spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16] Sebagian bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada anggota yang terkait ekstrim.[18] Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]

Morfologi bakteri

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Bermacam wujud tubuh bakteri

Berdasarkan wujudnya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan luhur, yaitu:

  • Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berpotongan bulat seperti bola dan mempunyai sebagian variasi bagi berikut:[19][20]
    • Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
    • Diplococcus, jka berganda dua-dua
    • Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
    • Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
    • Staphylococcus, jika bergerombol
    • Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
  • Basil (Bacillus) adalah golongan bakteri yang berpotongan batang atau silinder, dan mempunyai variasi bagi berikut:[19][20]
    • Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
    • Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
  • Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berpotongan lengkung dan mempunyai variasi bagi berikut:[19][20]
    • Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
    • Spiral, jika lengkung bertambah dari setengah lingkaran
    • Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel.[20]

Wujud tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh kondisi anggota yang terkait, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang bisa hidup dapat berdiri sendiri bahkan saat terpisah dari koloninya.[20]

Alat gerak

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Gambar alat gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang berkampanye menggunakan flagel.[21] Bakteri yang tidak memiliki alat gerak pada umumnya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau anggota yang terkait tempat bakteri tersebut berada.[21] Sama seperti struktur kapsul, flagel juga bisa menjadi kaki tangan penyebab penyakit pada sebagian spesies bakteri.[21] Berdasarkan tempat dan banyak flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:[22][21]

  • Atrik, tidak mempunyai flagel.[22][21]
  • Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
  • Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
  • Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

Habitat

Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah dan banyak ditemukan di hampir semua tempat.[2] Habitatnya sangat beragam; anggota yang terkait perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan bisa ditemukan di dalam organisme hidup.[2] Diperkirakan total banyak sel mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini adalah 5x1030.[2] Bakteri bisa ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaan yang banyak selnya 10 kali lipat bertambah banyak dari banyak total sel tubuh manusia. [23] Oleh sebab itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.[24]

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalam bioteknologi.

Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama pada usus luhur, diantaranya adalah bakteri asam laktat dan golongan enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula golongan bakteri lain, yaitu probiotik, yang bersifat menguntungkan sebab bisa menunjang kesehatan dan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus luhur.[26] Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga bisa ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut dan kaki manusia terdapat golongan bakteri yang diketahui dengan nama metilotrof, yaitu golongan bakteri yang mampu menggunakan senyawa karbon tunggal bagi menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini menggunakan senyawa dimetil sulfida yang berperan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Sebagian golongan mikroorganisme ini mampu hidup di anggota yang terkait yang tidak memungkinkan organisme lain bagi hidup.[32] Kondisi anggota yang terkait yang ekstrim ini menuntut beradanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Bagi contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber cairan panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tidak hanya di anggota yang terkait bersuhu tinggi, bakteri juga bisa ditemukan pada anggota yang terkait dengan suhu yang sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga bisa hidup pada bermacam anggota yang terkait lain yang hampir tidak memungkinkan beradanya kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. adalah contoh dari bakteri yang bisa hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula sebagian jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar cairan rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[2]

Sebagian komunitas bakteri bisa bertahan hidup di dalam awan dengan ketingian hingga 10 km. Suatu tim peneliti menggunakan pesawat tua DC-8 yang dimodifikasi bagi laboratorium terbang sukses menggambil sampel sejumlah bakteri di awan dalam kondisi badai. Bakteri yang hidup dalam nukleasi es terbawa badai dan bertahan dalam ionisasi awan.[38]

Pengaruh anggota yang terkait terhadap bakteri

Kondisi anggota yang terkait yang mendukung bisa memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.[39] Faktor-faktor anggota yang terkait yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya.[39] Secara umum, terdapat sebagian alat yang bisa digunakan bagi melaksanakan pengamatan sel bakteri terhadap bermacam parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).[39]

Suhu

Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi semua makhluk hidup.[2] Khususnya bagi bakteri, suhu anggota yang terkait yang berada bertambah tinggi dari suhu yang bisa ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu anggota yang terkaitnya berada di bawah ketentuan yang tidak boleh dilampaui toleransi, membran sitoplasma tidak akan berpotongan cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan anggota kehidupan sel akan terhenti.[2] Berdasarkan kisaran suhu caranya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:

  • Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu selang 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
  • Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu selang 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
  • Bakteri termofil, yaitu bakteri yang bisa hidup di daerah suhu tinggi selang 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
  • Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.[2]

Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, lebih kurang 85%.[2] Kelembaban relatif bisa dirumuskan bagi kandungan cairan yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar cairan dari protoplasma menyebabkan cara metabolisme terhenti, misalnya pada anggota pembekuan dan pengeringan.[2] Bagi contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya saat RH anggota yang terkait kurang dari 84%.[39] Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang bertambah tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bilayer.[40]

Cahaya

Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.[41] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya bisa hidup dengan aci pada paparan cahaya normal.[41] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi bisa berakibat fatal bagi pertumbuhan bakteri.[41] Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma bagi mensterilkan suatu anggota yang terkait dari bakteri dan mikroorganisme lainnya diketahui dengan teknik iradiasi yang mulai menjadi bertambah sempurna sejak awal masa seratus tahun ke-20.[41][5]. Metode ini telah diaplikasikan secara luas bagi bermacam kepentingan, terutama pada sterilisasi makanan bagi meningkatkan masa simpan dan daya tahan.[5] Sebagian contoh bakteri patogen yang mampu dihambat ataupun dibubarkan selang lain Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

Radiasi

Radiasi pada daya tertentu bisa menyebabkan penyimpangan dan bahkan bisa bersifat letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri.[42] Bagi contoh pada manusia, radiasi bisa menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[42] Akan tetapi, terdapat golongan bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali bertambah luhur dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu golongan Deinococcaceae. [43] Bagi perbandingan, manusia pada umumnya tidak bisa bertahan pada paparan radiasi bertambah dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam golongan ini bisa bertahan hingga 5.000 Gy.[43][44]

Pada umumnya, paparan energi radiasi bisa menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA.[45] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri bisa mengalami kematian.[45] Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan bagi bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melalui sistem adaptasi dan beradanya anggota perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.[45]

Peranan

Aspek anggota yang terkait

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang luhur bagi anggota yang terkait.[5] Bagi contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang bertambah sederhana.[5] Contoh bakteri saprofit selang lain Proteus dan Clostridium.[5] Tidak hanya berperan bagi pengurai senyawa organik, sebagian golongan bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.[5]

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

Golongan bakteri lainnya berperan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.[2] Bakteri nitrifikasi adalah golongan bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah.[46] Golongan bakteri ini bersifat kemolitotrof.[46] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)).[46] Dalam aspek pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan sebab memproduksi senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat.[46] Setelah reaksi nitrifikasi habis, akan terjadi anggota dinitrifikasi yang dilaksanakan oleh bakteri denitrifikasi.[46] Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi nitrogen bebas sama sekali (N2) yang bertambah gampang diresap dan dimetabolisme oleh bermacam makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang mampu melaksanakan metabolisme ini adalah Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[47] Di samping itu, reaksi ini juga memproduksi nitrogen dalam wujud lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tidak hanya bisa berperan penting bagi hidup bermacam organisme, tetapi juga bisa berperan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan berikutnya bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam wujud hujan asam (HNO2).[2]

Di aspek pertanian diketahui beradanya suatu golongan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup bebas sama sekali di tanah bagi membantu penyuburan tanah.[5] Golongan bakteri ini diketahui dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen adalah golongan bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas sama sekali di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[48][49] Golongan bakteri ini pada umumnya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan polong bagi membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar bagi mengikat nitrogen bebas sama sekali di udara yang pada umumnya tidak bisa digunakan secara langsung oleh kebanyakan organisme.[49][2] Secara umum, golongan bakteri ini diketahui dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2] Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.[2]

Aspek pangan

Terdapat sebagian golongan bakteri yang mampu melaksanakan anggota fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenis makanan.[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang bertambah lama, juga bisa meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut.[5] Sebagian makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:

Sebagian spesies bakteri pengurai dan patogen bisa tumbuh di dalam makanan.[50] Golongan bakteri ini mampu memetabolisme bermacam komponen di dalam makanan dan belakang memproduksi metabolit sampingan yang bersifat racun.[50] Clostridium botulinum, memproduksi racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan dan kini senyawa tersebut dipakai bagi bahan dasar botox.[50] Sebagian contoh bakteri perusak makanan:

Aspek kesehatan

Tidak hanya di aspek anggota yang terkait dan pangan, bakteri juga bisa memberikan arti dibidang kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap cara mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Sebagian bakteri yang memproduksi antibiotik adalah:

  • Streptomyces griseus, memproduksi antibiotik streptomycin[2]
  • Streptomyces aureofaciens, memproduksi antibiotik tetracycline[2]
  • Streptomyces venezuelae, memproduksi antibiotik chloramphenicol[2]
  • Penicillium, memproduksi antibiotik penisilin[5]
  • Bacillus polymyxa, memproduksi antibiotik polymixin.[5]

Terlepas dari peranannya dalam memproduksi antibiotik, banyak jenis bakteri yang justru bersifat patogen.[53] Pada manusia, sebagian jenis bakteri yang sering kali menjadi kaki tangan penyebab penyakit adalah Salmonella enterica subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[54][55] Bakteri patogen juga bisa menyerang hewan ternak, seperti Brucella abortus yang menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.[56] Bagi infeksi pada tanaman yang umum diketahui adalah Xanthomonas oryzae yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.[57]

Dekomposisi

Organisme di dalam tanah yang bersimbiosis dengan kacang kacangan adalah

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Anggota degradasi jasad makhluk hidup dilaksanakan oleh banyak organisme, salah satunya adalah bakteri. Sebagian jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof, mampu mendegradasi senyawa organik dan menggunakannya bagi menunjang pertumbuhannya.[58] Anggota dekomposisi ini dibantu oleh sebagian jenis enzim bagi memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, bagi dipecah menjadi senyawa yang bertambah sederhana. Bagi contoh, enzim protease digunakan bagi memecah protein menjadi senyawa bertambah sederhana, seperti asam amino.[58] Anggota dekomposisi ini juga berperan dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke dunia bagi masuk ke dalam siklus lagi.[59]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[59] Anggota ini dipercepat saat tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini adalah hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[59] Selanjutnya, asam amino akan diubah menjadi asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH anggota yang terkait akan turun menjadi 4-5.[59] Reaksi ini dilaksanakan oleh bakteri acetogen. Pada tahap penghabisan, semua senyawa tersebut diubah menjadi gas metana oleh metanogen.[59]

Referensi

  1. ^ "Bacteria (eubacteria)". Taxonomy Browser. NCBI. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Undef&id=2&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock. Diakses pada 2008-09-10.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (5th ed.). WH Freeman. ISBN 0-7167-4955-6. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html [diakses pada 21 Juni 2011].
  6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol Microbiol 55:1429-33.
  8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient 44:47-56.
  9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV, Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 2762–69.
  10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1. 
  11. ^ Koch A (2003). "Bacterial wall as target for attack: past, present, and future research". Clin Microbiol Rev 16 (4): 673–87. doi:10.1128/CMR.16.4.673-687.2003. PMC 207114. PMID 14557293. 
  12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). "Prokaryotic motility structures". Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295–304. doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. 
  14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the early stages of infection by anthrax spores. Microbiol 147(6):1677-85.
  15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544. doi:10.1038/31159
  16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  17. ^ a b Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
  19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial Morphology. http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell: Bacteria. http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology - A Brief Introduction. Diakses pada 22 Juni 2011.
  22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses pada 22 Juni 2011.
  23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
  24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human Cells: How Do Microbial Communities Affect Human Health?. http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm. Diakses pada 22 Juni 2011.
  25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
  26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
  27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-471.
  28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes. Stuttgart: Blackwell Science.
  29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
  30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005. Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
  31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
  32. ^ Wassenaar TM. 2009. Extremophiles. http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html. Diakses pada 22 Juni 2011.
  33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261. doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
  34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-729. DOI: 10.1007/s002530051456
  35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
  36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-395.
  37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
  38. ^ "Bakteri Hidup Tinggi di Awan Badai". http://jurnal.kesimpulan.com/2013/01/bakteri-hidup-tinggi-di-awan-badai.html. Diakses pada 29 Januari 2013.
  39. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
  40. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd Edition. ISBN 978-0-12-370519-8. 
  41. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
  42. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
  43. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans: Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
  44. ^ Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 480–481. 
  45. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans — the consummate survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
  46. ^ a b c d e Madigan MT; Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. pp. 403–404. 
  47. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 45(4):1247–1253.
  48. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
  49. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
  50. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum (Botulism). http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses pada 24 Juni 2011.
  51. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-2952(60)90028-9.
  52. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
  53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  54. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med 347:1770–1782.
  55. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
  56. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
  57. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein, regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
  58. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
  59. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

Pranala luar

  • Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9. 
  • Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4. 
  • Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (11th ed. ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1. 
  • Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology (9th ed. ed.). Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7. 
  • Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74. PMID 9733676. 
  • Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (8th ed, ed.). San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3. 
  • Bacterial Nomenclature Up-To-Date from DSMZ
  • The largest bacteria
  • Tree of Life: Eubacteria
  • Videos of bacteria swimming and tumbling, use of optical tweezers and other videos.
  • Planet of the Bacteria by Stephen Jay Gould
  • On-line text book on bacteriology
  • Animated guide to bacterial cell structure.

edunitas.com


Page 13

Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, geography, portal, africa, south, america, north, kalimantan, nusa, tenggara, islands, bali, west, sri, lanka, syria, taiwan, tajikistan, thailand, timor, leste, burundi, djibouti, eritrea, ethiopia, kenya, comoros, center, studies, formula, 1, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian


Page 14

Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, geography, portal, africa, south, america, north, kalimantan, nusa, tenggara, islands, bali, west, sri, lanka, syria, taiwan, tajikistan, thailand, timor, leste, burundi, djibouti, eritrea, ethiopia, kenya, comoros, center, studies, formula, 1, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian


Page 15

Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, sumatra, jabodetabek, borneo, kalimantan, puppet, wayang, java, west, papua, countries, in, europe, albanian, andorra, armenia, peru, suriname, uruguay, venezuela, state, and, territory, regional, dependency, melilla, reunion, western, sahara, saint, center, studies, portal, japan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian


Page 16

Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, sumatra, jabodetabek, borneo, kalimantan, puppet, wayang, java, west, papua, countries, in, europe, albanian, andorra, armenia, peru, suriname, uruguay, venezuela, state, and, territory, regional, dependency, melilla, reunion, western, sahara, saint, center, studies, portal, japan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian


Page 17

Tags (tagged): daftar, isi, pusat, ilmu, pengetahuan, unkris, portal, utama, agama, astronomi, bahasa, biografi, biologi, budaya, bengkulu, jambi, kepulauan, bangka, belitung, riau, kong, india, indonesia, iran, iraq, israel, jepang, kamboja, tunisia, afrika, barat, benin, burkina, faso, gambia, ghana, asia, ateisme, atheis, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, ensiklopedia


Page 18

Tags (tagged): daftar, isi, pusat, ilmu, pengetahuan, unkris, portal, indonesia, sumatera, jabodetabek, kalimantan, wayang, maluku, utara, papua, barat, negara, peru, suriname, uruguay, venezuela, wilayah, lesotho, namibia, swaziland, territorial, islam, jawa, jepang, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, ensiklopedia


Page 19

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM


Page 20

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM


Page 21

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan


Page 22

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan


Page 23

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus


Page 24

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus


Page 25

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero


Page 26

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero