Nama-nama khalifah yang memimpin daulah umayyah di mongolia

Rep: Nidia Zuraya Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID, Runtuhnya Dinasti Umayyah bukanlah semata-mata disebabkan oleh serangan Bani Abbas. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Khilafah, menyebutkan, terdapat sejumlah faktor yang sangat kompleks yang menyebabkan tumbangnya kekuasaan Dinasti Umayyah. Berikut penyebabnya:

* Pengangakatan lebih dari satu putra mahkota

Sebagian besar khalifah Bani Umayyah mengangkat lebih dari seorang putra mahkota. Biasanya putra tertua diwasiatkan terlebih dahulu untuk menduduki takhta. Setelah itu, wasiat dilanjutkan kepada putra kedua dan ketiga atau salah seorang kerabat khalifah, seperti paman atau saudaranya. Putra mahkota yang lebih dahulu menduduki takhta cenderung mengangkat putranya sendiri. Hal itu menimbulkan perselisihan.

 * Timbulnya fanatisme kesukuan

Sejak pertama kali diturunkan ajaran Islam berhasil melenyapkan fanatisme kesukuan antara bangsa Arab Selatan dan Arab Utara, yang telah ada sebelum Islam. Namun, pada masa Bani Umayyah, fanatisme ini muncul kembali terutama setelah kematian Yazid bin Muawiyah (Yazid I). Bangsa Arab Selatan yang pada masa itu diwakili kabilah Qalb adalah pendukung utama Muawiyah dan putranya, Yaid I. Ibu Yazid I, yang bernama Ma'sum, berasal dari kabilah Qalb. Pengganti Yazid I, Muawiyah II, ditolak oleh bangsa Arab Utara yang diwakili oleh kabilah Qais dan mengakui kekhalifahan Abdullah bin Zubair (Ibnu Zubair). Ketika terjadi bentrokan antara kedua belah pihak, kabilah Qalb dapat mengalahkan kabilah Qais yang mengantarkan Marwan I ke kursi kekhalifahan.

* Kehidupan khalifah yang melampaui batas

Beberapa khalifah Umayyah yang pernah berkuasa diketahui hidup mewah dan berlebih-lebihan. Hal ini menimbulkan rasa antipati rakyat kepada mereka. Kehidupan dalam istana Bizantium agaknya mempengaruhi gaya hidup mereka. Yazid bin Muawiyah (Yazid I), misalnya, dikabarkan suka berhura-hura dengan memukul gendang dan bernyanyi bersama para budak wanita sambil minum minuman keras. Yazid bin Abdul Malik (Yazid II) juga tidak lebih baik dari Yazid I. Ia suka berfoya-foya dengan budak wanita. Putranya, al-Walid II, ternyata tidak berbeda dengan ayahnya.

* Fanatisme kearaban Bani Umayyah

Kekhalifahan Bani Umayyah memiliki watak kearaban yang kuat. Sebagian besar khalifahnya sangat fanatik terhadap kearaban dan bahasa Arab yang mereka gunakan. Mereka memandang rendah kalangan mawali (orang non-Arab). Orang Arab merasa diri mereka sebagai bangsa terbaik dan bahasa Arab sebagai bahasa tertinggi.Fanatisme ini menimbulkan kebencian penduduk non-Muslim kepada Bani Umayyah. Oleh karena itu, mereka ikut ambil bagian setiap kali timbul pemberontakan untuk menumbangkan Dinasti Umayyah. Keberhasilan Bani Abbas dalam menumbangkan Bani Umayyah disebabkan antara lain oleh dukungan dan bantuan mawali, khususnya Persia yang merasa terhina oleh perlakuan pejabat Bani Umayyah.

* Kebencian golongan Syiah

Bani Umayyah dibenci oleh golongan Syiah karena dipandang telah merampas kekhalifahan dari tangan Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Menurut golongan Syiah, khilafah (kepemimpinan atau kekuasaan politik) atau yang mereka sebut imamah adalah hak Ali dan keturunannya, karena diwasiatkan oleh Nabi Muhammad SAW.

  • dinasti islam
  • ambruk
  • abbasiyah
  • umayyah

Red: Muhammad Subarkah

REPUBLIKA.CO.ID,

Berikut ini kami akan muat secara serial khazanah peradaban Islam. Tulisan ini kami cuplik dari buku 'Sejarah Islam' karya Dr. Siti Zubaidah, M.Ag. Beliau adalah Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dan Pasca Sarjana Universitas Islam Sumatra Utara, Medan.

Dalam tulisan ini dikisahkan soal kehancuran peradaban Islam masa Abbasiyah saat dihancurkann bangsa 'nomaden' -bahkan banyak yang menyebut sebagai bangsa barbar' dari stepa Mongolia (kini masuk wilayah China).

Sebagai pusat peradaban dunia kota Baghdad saat itu hancur secara luar biasa. Para penyair kala itu melukiskan jangankan bangunan atau gedung, satu kerikil pun tak tersisa. Begini sebagian kisah itu:

--------------

Ratusan ribu mayat tanpa kepala berserakan dan tumpang tindih memenuhi jalan-jalan, parit-parit dan lapangan-lapangan. Di sekitarnya bangunan-bangunan megah dan indah banyak yang tinggal puing- puing dan rerontokan. Asap masih mengepul dari bangunan-bangunan yang dibakar.

Tentara dari pangkat rendah sampai tinggi sibuk memenggal kepala ribuan manusia dan kemudian memisahkan kepala yang terpisah dari tubuhnya itu menurut kelompok: kepala wanita, anak-anak, orang tua, dipisahkan satu dari yang lain. Sungai Dajlah atau Tigris berubah menjadi hitam disebabkan tinta ribuan manuskrip yang dilempar ke dalamnya. Perpustakaan, rumah sakit, mesjid, madrasah, tempat pemandian dan rumah para bangsawan, toko dan rumah makan –semuanya dihancurkan.

Demikianlah, kota yang selama beberapa abad menjadi pusat terbesar peradaban Islam itupun musnah dalam sekejap mata. Setelah puas, pasukan penakluk itupun bersiap-siap pergi tanpa penyesalan sedikitpun. Mereka kini hanya sibuk mengumpulkan barang-barang jarahan yang berharga: timbunan perhiasan yang tak ternilai harganya, berkilo-kilo batangan emas dan uang dinar, batu permata, intan berlian – semua dimasukkan ke dalam ratusan karung dan kemudian diangkut dalam iringan gerobak dan kereta yang sangat panjang.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut.

Di antara catatan sejarah mengenai kebiadaban orang-orang Mongol ialah catatan sejarawan terkemuka Ibnu ‘Athir (w. 1231 M) dan ahli Geografi Yaqut al-Hamawi (w.1229). Menurut mereka, tokoh-tokoh Muslim terkemuka, Amir, Panglima perang, Tabib, Ulama, budayawan, ilmuan, cendekiawan, ahli ekonomi dan politik, serta saudagar kaya – tewas dalam keadaan mengenaskan. Kepala mereka dipenggal, dipisahkan dari badan, karena khawatir ada yang masih hidup dan berpura-pura mati.

Latar Belakang Penyerbuan ke Wilayah Muslim

Pada tahun 1255, Hulagu dikirim oleh saudaranya Mongke, The Great Khan (1251-1258) untuk menaklukan wilayah yang dikuasai kaum Muslimin di Timur Tengah, dan memerintahkan kepadanya agar tidak menghancurkan setiap daerah yang menyerah tetapi sebaliknya membumihanguskan setiap daerah yang memberikan perlawanan.

Hulagu merencanakan akan menaklukkan wilayah Muslim Lurs (di daerah Iran), kemudian menumpas sekte Hashashin, menaklukkan kekhalifahan Abbasiyyah di Baghdad, menaklukkan kekhalifahan Ayyubi di Syria dan terakhir menundukkan kekhalifahan Mameluk di Mesir.

Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi mengapa Hulagu sangat bernafsu menaklukkan wilayah Muslim dan kejam setiap kali dia berhasil menguasainya, yaitu: Ibu Hulagu, istri dan sahabat dekatnya, Kitbuqa termasuk Kristen fanatik yang memendam kebencian mendalam terhadap orang Islam. Juga para penasehatnya banyak yang berasal dari Persia yang memang berharap dapat membalas dendam atas kekalahan mereka satu abad sebelumnya ketika Persia ditaklukkan oleh pasukan Muslim pada masa Khalifah Umar bin Khattab.

  • Ilam
  • Manuskrip Islam
  • Mongol

Berikut ini adalah daftar khalifah. Seluruh tahun sesuai dengan tahun Masehi.

Khalifah utama merujuk pada para khalifah yang garis kepemimpinannya tersambung dengan khalifah sebelumnya hingga Abu Bakar, khalifah pertama. Pada umumnya, khalifah utama ini diakui oleh hampir semua dunia Islam. Ketersambungan kepemimpinan ini setidaknya terdapat beberapa macam:

  • Penunjukkan. Seorang khalifah menunjuk seseorang untuk menjadi penerusnya. Hal ini seperti yang dilakukan Abu Bakar kepada 'Umar bin Khattab, Mu'awiyah kepada Yazid, dan Sulaiman bin 'Abdul Malik kepada 'Umar bin 'Abdul 'Aziz. Dalam cara ini, seseorang yang telah ditunjuk akan menjadi khalifah setelah khalifah lama mangkat.
  • Pengangkatan. Seorang khalifah baru diangkat oleh dewan musyawarah, majelis negara, atau pihak berwenang lain yang merupakan bagian dari pemerintahan khalifah sebelumnya. Bila tidak, tokoh berpengaruh yang semula berada di luar lingkaran dalam khalifah lama dapat menunjuk seseorang calon dan disetujui para pemuka dari anggota pemerintahan khalifah sebelumnya. Contoh kasusnya adalah pengangkatan 'Ali bin Abi Thalib dan Marwan bin al-Hakam.
  • Pewarisan. Metode ini biasanya dilakukan dalam sistem monarki dinasti yang menunjuk anggota keluarga besar penguasa lama sebagai penerus. Sistem pewarisan ini tidak harus menurunkan jabatan yang bersangkutan dari orang tua kepada anak, tapi bisa juga kepada kerabat lain yang masih dipandang sebagai satu keluarga besar dengan penguasa lama. Di masa Abbasiyah sendiri, tampuk kekhalifahan sering diwariskan dari penguasa lama ke saudaranya, sepupunya, atau keponakannya.
  • Penyerahan. Seorang khalifah lama menyerahkan kedudukannya kepada orang yang dia tunjuk. Berbeda dengan metode penunjukkan, penyerahan berarti khalifah lama masih hidup dan turun takhta sehingga khalifah baru dilantik saat pendahulunya masih hidup dalam keadaan sudah bukan merupakan khalifah lagi. Hal ini pernah dilakukan Hasan bin 'Ali yang menyerahkan kedudukannya kepada Mu'awiyah dan Muhammad al-Mutawakkil III kepada Selim I.
  • Penggulingan. Khalifah baru mendapat kedudukannya setelah menggulingkan khalifah sebelumnya. Hal ini terjadi pada Wangsa Abbasiyah yang menggulingkan Wangsa Umayyah.

Selain lima metode tersebut, ada juga beberapa kasus khusus.

  • Pemilihan 'Utsman menjadi khalifah merupakan gabungan dari metode penunjukkan dan pengangkatan. Di ranjang kematian, 'Umar menunjuk enam orang untuk memilih salah satu di antara mereka menjadi khalifah.
  • Wangsa Abbasiyah mulai abad kesembilan secara praktik menggunakan gabungan pewarisan dan pengangkatan. Khalifah harus merupakan keluarga Abbasiyah, tapi para tokoh militer berpengaruh kerap campur tangan secara terbuka. Pada masa-masa Khalifah Abbasiyah kehilangan sebagian besar pengaruhnya, para pemuka militer ini bahkan memiliki kekuatan untuk menurunkan khalifah yang sudah dipandang tidak layak.

Kekhalifahan dimulai sejak Abu Bakar dilantik menjadi khalifah pada 632 dan pembubaran kekhalifahan pada 3 Maret 1924. Sesuai latar belakang masing-masing khalifah, kekhalifahan dibagi menjadi beberapa masa.

  • Khulafaur Rasyidin
  • Wangsa Umayyah
  • Wangsa Abbasiyah
  • Wangsa Utsmaniyah

Khulafaur Rasyidin (632–661)

# Nama
Berkuasa
Kaligrafi Rentang usia Catatan
1 'Abdullah
Abu Bakar
أبو بكر
8 Juni 632 (11 H) – 22 Agustus 634 (13 H)
(2 tahun, 76 hari)
  573
 –
22 Agustus 634
  • Bergelar Ash-Shiddiq (tepercaya)
  • Berasal dari Bani Taim
  • Ayah: 'Utsman Abu Quhafah
  • Ibu: Salma binti Shakhar
  • Ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad
2 ʿUmar
bin Khattab
عمر بن الخطاب
23 Agustus 634 (13 H) – 3 November 644 (23 H)
(10 tahun, 73 hari)
  584
 –
3 November 644
  • Bergelar Al-Faruq (pembeda (yang baik dan buruk))
  • Berasal dari Bani 'Adi
  • Ayah: Khattab bin Nufayl
  • Ibu: Hantamah binti Hisyam
  • Ayah dari Hafshah, istri Nabi Muhammad
3 'Utsman
bin 'Affan
عثمان بن عفان
11 November 644 (23 H) – 20 Juni 656 (35 H)
(11 tahun, 223 hari)
  579
 –
20 Juni 656
  • Bergelar Dzun Nurrain (dua cahaya) karena menikahi dua putri Nabi Muhammad
  • Anggota Bani Umayyah pertama yang menjadi khalifah. Meski begitu, 'Utsman tidak dimasukkan dalam daftar khalifah dari Dinasti Umayyah lantaran Bani Umayyah bukan sebuah dinasti pada masanya.
  • Ayah: 'Affan bin Abi al-'Ash
  • Ibu: Arwa binti Kuraiz
  • Suami dari putri Nabi Muhammad, Ruqayyah, kemudian Ummu Kultsum
  • Cucu Ummu Hakim binti Abdul Muttalib, bibi Nabi Muhammad
4 'Ali
bin Abi Thalib
علي بن أبي طالب
20 Juni 656 (35 H) – 29 Januari 661 (40 H)
(4 tahun, 224 hari)
  15 September 601
 –
29 Januari 661
  • Dipandang sebagai imam pertama oleh umat Syi'ah
  • Berasal dari Bani Hasyim
  • Ayah: Abu Talib bin 'Abdul Muttalib
  • Ibu: Fatimah binti Asad
  • Sepupu Nabi Muhammad
  • Suami dari putri Nabi Muhammad, Fatimah az-Zahra
  • Suami dari cucu Nabi Muhammad, Umamah binti Zainab

Khalifah Hasan bin 'Ali (661)

# Nama
Berkuasa
Kaligrafi Rentang usia Catatan
5 Ḥasan
bin 'Ali
الحسن بن علي
661
(enam atau tujuh bulan)
  1 Desember 624
 –
1 April 670
  • Beberapa sumber menyebut Hasan sebagai Khulafaur Rasyidin kelima, sedangkan sebagian sumber yang lain tidak memasukkannya dalam daftar khalifah resmi
  • Berasal dari Bani Hasyim
  • Ibu: Fatimah az-Zahra, putri Nabi Muhammad
  • Ayah: (4) 'Ali bin Abi Thalib
  • Menyerahkan kekhalifahan kepada (6) Mu'awiyah setelah 6-7 bulan berkuasa

Wangsa Umayyah (661–750)

Secara silsilah, khalifah dari Wangsa Umayyah dibagi menjadi dua:

  • Kelompok Sufyani, yakni yang merupakan keturunan dari Abu Sufyan bin Harb. Ada tiga orang khalifah yang berasal dari garis Sufyani.
  • Kelompok Marwani, merujuk kepada Marwan bin al-Hakam dan keturunannya. Ada sebelas orang khalifah yang berasal dari garis Marwani.

Abu Sufyan dan Al-Hakam (ayah Marwan) adalah cucu dari Umayyah bin 'Abd asy-Syams dan dari sini nama Bani Umayyah ditetapkan.

# Nama
Berkuasa
Kaligrafi Rentang usia Catatan
6 Mu'awiyah
bin Abu Sufyan
معاوية بن أبي سفيان
661 – 26 April 680 (60 H)
  602
 –
26 April 680
  • Ayah: Abu Sufyan bin Harb
  • Ibu: Hindun binti 'Utbah
  • Saudara tiri Ummu Habibah, istri Nabi Muhammad
  • Secara resmi mengubah bentuk kekhalifahan dari sistem pemilihan menjadi pewarisan
7 Yazid
bin Mu'awiyah
زيد بن معاوية
26 April 680 – 11 November 683
(3 tahun, 200 hari)
  647
 –
11 November 683
  • Ayah: (6) Mu'awiyah bin Abu Sufyan
  • Ibu: Maysun binti Bahdal
8 Mu'awiyah
bin Yazid
معاوية بن يزيد
11 November 683 – 684
sekitar 664
 –
sekitar 684
  • Ayah: (7) Yazid bin Mu'awiyah
  • Ibu: wanita dari Bani Kalb
  • Khalifah Umayyah terakhir dari garis Sufyani
9 Marwan
bin al-Hakam
مروان بن الحكم
Juni 684 – 12 April 685
623 atau 626
 –
April 685
  • Ayah: Hakam bin Abi al-Ash
  • Ibu: Aminah binti 'Alqama
  • Sepupu (3) 'Utsman bin 'Affan
  • Khalifah Umayyah pertama dari garis Marwani
10 'Abdul Malik
bin Marwan
عبد الملك ابن مروان
12 April 685 – 8 Oktober 705
(20 tahun, 180 hari)
  646
 –
8 Oktober 705
  • Ayah: (9) Marwan bin al-Hakam
  • Ibu: 'Aisyah binti Mu'awiyah
11 Al-Walid
bin 'Abdul Malik
الوليد بن عبد الملك
8 Oktober 705 – 23 Februari 715
(9 tahun, 139 hari)
  668
 –
23 Februari 715
  • Ayah: (10) 'Abdul Malik bin Marwan
  • Ibu: Walladah binti Abbas
12 Sulaiman
bin 'Abdul Malik
سليمان بن عبد الملك
23 Februari 715 – 22 September 717
(2 tahun, 212 hari)
  674
 –
22 September 717
  • Ayah: (10) 'Abdul Malik bin Marwan
  • Ibu: Walladah binti Abbas
13 'Umar
bin 'Abdul 'Aziz
عمر بن عبد العزيز
22 September 717 – 5 Februari 720
(2 tahun, 137 hari)
  2 November 682
 –
4 Februari 720
  • Ayah: 'Abdul 'Aziz bin (9) Marwan
  • Ibu: Layla binti 'Ashim bin (2) 'Umar bin Khattab
14 Yazid
bin 'Abdul Malik
يزيد بن عبد الملك‎
5 Februari 720 – 26 Januari 724
(3 tahun, 356 hari)
  687
 –
26 Januari 724
  • Ayah: (10) 'Abdul Malik bin Marwan
  • Ibu: 'Atikah binti (7) Yazid bin Mu'awiyah
15 Hisyam
bin 'Abdul Malik
هشام بن عبد الملك
26 Januari 724 – 6 Februari 743
(19 tahun, 12 hari)
  691
 –
6 Februari 743
  • Ayah: (10) 'Abdul Malik bin Marwan
  • Ibu: Fatimah binti Hisyam dari Bani Makhzum
16 Al-Walid
bin Yazid
الوليد بن يزيد
6 Februari 743 – 17 April 744
(1 tahun, 72 hari)
  709
 –
17 April 744
  • Ayah: (14) Yazid bin 'Abdul Malik
  • Ibu: Ummu al-Hajjaj binti Muhammad
17 Yazid
bin Al-Walid bin 'Abdul Malik
يزيد بن الوليد
17 April 744 – 4 Oktober 744
(171 hari)
701
 –
4 Oktober 744
  • Ayah: (11) Al-Walid bin 'Abdul Malik
  • Ibu: Syah-i Afrid binti Peroz III bin Yazdegerd III, Kaisar Sasaniyah terakhir
18 Ibrahim
bin Al-Walid bin 'Abdul Malik
ابراهيم ابن الوليد
4 Oktober 744 – 4 Desember 744
(62 hari)
mangkat 25 Januari 750
  • Ayah: (11) Al-Walid bin 'Abdul Malik
  • Dihukum mati bersama keluarga besarnya oleh (20) 'Abdullah As-Saffah
19 Marwan
bin Muhammad
مروان بن محمد
4 Desember 744 – 25 Januari 750
(5 tahun, 53 hari)
mangkat 6 Agustus 750
  • Ayah: Muhammad bin (9) Marwan bin al-Hakam

Wangsa Abbasiyah (750-1258, 1261–1517)

Wangsa Abbasiyah adalah keluarga besar yang merupakan keturunan dari 'Abbas bin Abdul-Muththalib, paman Nabi Muhammad. Silsilah dari ayah dari dua khalifah Bani Abbasiyah pertama adalah Muhammad bin 'Ali bin 'Abdullah bin 'Abbas. Masa Kekhalifahan Bani Abbasiyah dibagi ke dalam dua periode. Periode pertama adalah sebelum jatuhnya Baghdad pada 1258 dan periode kedua adalah setelah penaklukan Baghdad.

Periode pertama (750-1258)

Pada masa ini, khalifah tidak lagi memiliki kendali langsung atas semua wilayah negara Islam. Gelar sultan mulai digunakan untuk merujuk pada penguasa Muslim yang menguasai wilayah tertentu di dunia Islam, berbeda dengan khalifah yang merupakan pemimpin seluruh dunia Islam. Namun dalam praktiknya, daerah kekuasaan beberapa sultan lebih luas daripada wilayah yang dipimpin langsung oleh khalifah. Meski sepenuhnya mandiri dari campur tangan khalifah dalam memerintah wilayah kekuasaannya, para sultan ini tetap menyatakan ketundukannya kepada khalifah meski hanya secara simbolis. Terdapat 37 khalifah pada masa ini, terhitung dari 'Abdullah as-Saffah naik takhta sampai terbunuhnya 'Abdullah al-Musta'shim pada 1258 saat Baghdad jatuh ke tangan Mongol.

# Nama
Berkuasa
Gambar Rentang usia Catatan
20 'Abdullah
As-Saffah
عبد الله السفاح
25 Januari 750 – 10 Juni 754
(4 tahun, 137 hari)
  721
 –
10 Juni 754
  • Ayah: Muhammad, cicit 'Abbas bin Abdul-Muththalib, paman Nabi Muhammad
  • Ibu: Raita (Rithah) binti 'Ubaidillah al-Haritsiyah
21 'Abdullah
Al-Manshur
عبد الله المنصور
10 Juni 754 – 6 Oktober 775
(21 tahun, 119 hari)
  714
 –
6 Oktober 775
  • Ayah: Muhammad, cicit 'Abbas bin Abdul-Muththalib, paman Nabi Muhammad
  • Ibu: Sallamah, budak-selir Berber
  • Saudara (20) 'Abdullah As-Saffah
22 Muhammad
Al-Mahdi
محمد المهدي
6 Oktober 775 – 24 Juli 785
(9 tahun, 262 hari)
  744 atau 745
 –
24 Juli 785
  • Ayah: (21) 'Abdullah Al-Manshur
  • Ibu: Arwa binti Manshur al-Himyariyah
23 Musa
Al-Hadi
موسى الهادي
24 Juli 785 – 14 September 786
(1 tahun, 83 hari)
  26 April 764
 –
14 September 786
  • Ayah: (22) Muhammad Al-Mahdi
  • Ibu: Al-Khayzuran binti 'Atta
24 Harun
Ar-Rasyid
هَارُون الرَشِيد‎
14 September 786 – 24 Maret 809
(22 tahun, 192 hari)
  17 Maret 766
 –
24 Maret 809
  • Ayah: (22) Muhammad Al-Mahdi
  • Ibu: Al-Khayzuran binti 'Atta
25 Muhammad
Al-Amin
محمد الأمين‎
24 Maret 809 – 27 September 813
(4 tahun, 188 hari)
  787
 –
27 September 813
  • Ayah: (24) Harun Ar-Rasyid
  • Ibu: Zubaidah, putri Ja'far bin (21) 'Abdullah Al-Manshur dan Salsal, saudari Al-Khayzuran binti 'Atta
  • Satu-satunya Khalifah 'Abbasiyyah yang merupakan anggota Wangsa 'Abbasiyyah dari jalur ayah dan ibu
26 'Abdullah
Al-Ma'mun
عبد الله المأمون‎
27 September 813 – 7 Agustus 833
(19 tahun, 315 hari)
  14 September 786
 –
7 Agustus 833
  • Ayah: (24) Harun Ar-Rasyid
  • Ibu: Marajil, budak-selir
27 Muhammad
Al-Mu'tashim Billah
محمد المعتصم بالله‎
9 Agustus 833 – 5 Januari 842
(8 tahun, 150 hari)
  Oktober 796
 –
5 Januari 842
  • Ayah: (24) Harun Ar-Rasyid
  • Ibu: Marida, budak-selir
28 Harun
Al-Watsiq Billah
هارون الواثق باللہ
5 Januari 842 – 10 Agustus 847
(5 tahun, 218 hari)
  18 April 812
 –
10 Agustus 847
  • Ayah: (27) Muhammad Al-Mu'tashim
  • Ibu: Qarathis, budak-selir
29 Ja'far
Al-Mutawakkil 'Alallah
جعفر المتوكل على الله
10 Agustus 847 – 11 Desember 861
(14 tahun, 124 hari)
  31 Maret 822
 –
11 Desember 861
  • Ayah: (27) Muhammad Al-Mu'tashim
  • Ibu: Syuja', budak-selir dari Khwarezmia
30 Muhammad
Al-Muntashir Billah
محمد المنتصر بالله
11 Desember 861 – 7 Juni 862
(179 hari)
  November 837
 –
7 Juni 862
  • Ayah: (29) Ja'far Al-Mutawakkil
  • Ibu: Hubsyiya, budak-selir dari Yunani
31 Ahmad
Al-Musta'in Billah
أحمد المستعين بالله
8 Juni 862 – Januari 866
(sekitar 3 tahun 7 bulan)
  834/836
 –
866
  • Ayah: Muhammad bin (27) Muhammad Al-Mu'tashim
  • Ibu: Makhariq, budak-selir dari Sisilia
32 Muhammad
Al-Mu'tazz Billah
محمد المعتز بالله
25 Januari 866 – 13 Juli 869
(3 tahun, 170 hari)
  847
 –
Juli/Agustus 869
  • Ayah: (29) Ja'far Al-Mutawakkil
  • Ibu: Qabihah, budak-selir dari Yunani
33 Muhammad
Al-Muhtadi Billah
محمد المهتدي بالله‎
21 Juli 869 – 17 Juni 870
(332 hari)
  833
 –
21 Juni 870
  • Ayah: (28) Harun Al-Watsiq
  • Ibu: Qurb, budak-selir dari Yunani
34 Ahmad
Al-Mu'tamid 'Alallah
أحمد المعتمد على الله‎
19 Juni 870 – 15 Oktober 892
(22 tahun, 119 hari)
  sekitar 842
 –
15 Oktober 892
  • Ayah: (29) Ja'far Al-Mutawakkil
  • Ibu: Fityan, budak-selir dari Kufah
35 Ahmad
Al-Mu'tadhid Billah
أحمد المعتضد بالله‎‎
15 Oktober 892 – 5 April 902
(9 tahun, 173 hari)
  857
 –
5 April 902
  • Ayah: Thalhah bin (29) Ja'far Al-Mutawakkil
  • Ibu: Dhirar, budak-selir
36 'Ali
Al-Muktafi Billah
علي المكتفي بالله‎‎
5 April 902 - 13 Agustus 908
(6 tahun, 131 hari)
  877
 –
13 Agustus 908
  • Ayah: (35) Ahmad Al-Mu'tadhid
  • Ibu: Čiček (Jijak), budak-selir Turki
37 Ja'far
Al-Muqtadir Billah
جعفر المقتدر بالله‎‎
13 Agustus 908 – 31 Oktober 932
(24 tahun, 80 hari)
  13 November 895
 –
31 Oktober 932
  • Ayah: (35) Ahmad Al-Mu'tadhid
  • Ibu: Syaghab, budak-selir dari Rûm
  • Saudara 'Ali Al-Muktafi
38 Muhammad
Al-Qahir Billah
محمد القاهر بالله‎‎
31 Oktober 932 – 19 April 934
(1 tahun, 171 hari)
  899
 –
950
  • Ayah: (35) Ahmad Al-Mu'tadhid
  • Ibu: Qatul, budak-selir Berber
  • Saudara 'Ali Al-Muktafi dan Ja'far Al-Muqtadir
39 Muhammad
Ar-Radhi Billah
محمد الراضي بالله‎‎
24 April 934 – 12 Desember 940
(6 tahun, 233 hari)
  Desember 909
 –
12 Desember 940
  • Ayah: (37) Ja'far Al-Muqtadir
  • Ibu: Zhalum, budak-selir
40 Ibrahim
Al-Muttaqi Lillah
إبراهيم المتقي لله
15 Desember 940 – 26 Agustus 944
(3 tahun, 256 hari)
  908
 –
Juli 968
  • Ayah: (37) Ja'far Al-Muqtadir
  • Ibu: Khalub atau Zahrah, budak-selir
  • Saudara Muhammad Ar-Radhi
41 'Abdullah
Al-Mustakfi Billah
عبد الله المستكفي بالله‎
26 Agustus 944 – 28 Januari 946
(1 tahun, 156 hari)
  905
 –
September/Oktober 949
  • Ayah: (36) 'Ali Al-Muktafi
  • Ibu: Ghusn, budak-selir
42 Fadhl
Al-Muthi' Lillah
فضل المطيع لله‎
28 Januari 946 – 4 Agustus 974
(28 tahun, 189 hari)
  914
 –
September/Oktober 974
  • Ayah: (37) Ja'far Al-Muqtadir
  • Ibu: Syaghla, budak-selir dari Sisilia
43 'Abdul Karim
Ath-Tha'i Lillah
عبد الكريم الطائع لله‎
4 Agustus 974 – 30 Oktober 991
(17 tahun, 88 hari)
932
 –
3 Agustus 1003
  • Ayah: (42) Fadhl Al-Muthi'
  • Ibu: Hazar atau Atab, budak-selir
44 Ahmad
Al-Qadir Billah
أحمد القادر بالله‎
1 November 991 – 29 November 1031
(40 tahun, 31 hari)
  947
 –
29 November 1031
  • Ayah: Ishaq bin (37) Ja'far Al-Muqtadir
  • Ibu: Tumna atau Damnah, budak-selir
45 'Abdullah
Al-Qa'im Bi Amrillah
عبد الله القائم بأمر الله‎
29 November 1031 – 2 April 1075
(43 tahun, 125 hari)
  1001
 –
2 April 1075
  • Ayah: (44) Ahmad Al-Qadir
46 'Abdullah
Al-Muqtadi Bi Amrillah
عبد الله المقتدي بأمر الله‎
2 April 1075 – 3 Februari 1094
(18 tahun, 308 hari)
1056
 –
3 Februari 1094
  • Ayah: Muhammad adz-Dzakirah bin (45) 'Abdullah Al-Qa'im
  • Ibu: Arjuan atau Urjuwan, budak-selir Armenia
47 Ahmad
Al-Mustazh'hir Billah
أحمد المستظهر بالله‎
3 Februari 1094 – 6 Agustus 1118
(24 tahun, 185 hari)
  April/Mei 1078
 –
6 Agustus 1118
  • Ayah: (46) 'Abdullah Al-Muqtadi
  • Ibu: Altın, budak-selir Turki
48 Al-Fadhl
Al-Mustarsyid Billah
الفضل المسترشد بالله‎
6 Agustus 1118 – 29 Agustus 1135
(17 tahun, 24 hari)
April/Mei 1092
 –
29 Agustus 1135
  • Ayah: (47) Ahmad Al-Mustazh'hir
  • Ibu: Lubaba, budak-selir Turki
49 Manshur
Ar-Rasyid Billah
منصور الراشد بالله‎
29 Agustus 1135 – 17 Agustus 1136
(355 hari)
1109
 –
6 Juni 1138
  • Ayah: (48) Al-Fadhl Al-Mustarsyid
  • Ibu: Ummu as-Sada, budak-selir dari Habasyah
50 Muhammad
Al-Muqtafi Li Amrillah
محمد المقتفي لأمر الله
17 Agustus 1136 – 12 Maret 1160
(23 tahun, 209 hari)
9 Maret 1096
 –
12 Maret 1160
  • Ayah: (47) Ahmad Al-Mustazh'hir
  • Ibu: Nasim, budak-selir dari Habasyah
51 Yusuf
Al-Mustanjid Billah
يوسف المستنجد بالله
12 Maret 1160 – 20 Desember 1170
(10 tahun, 284 hari)
1124
 –
20 Desember 1170
  • Ayah: (50) Muhammad Al-Muqtafi
  • Ibu: Thawus, budak-selir dari Romawi
52 Hasan
Al-Mustadhi' Bi Amrillah
حسن المستضيء بأمر الله
20 Desember 1170 – 30 Maret 1180
(9 tahun, 102 hari)
  1124
 –
30 Maret 1180
  • Ayah: (51) Yusuf Al-Mustanjid
  • Ibu: Ghaddah, budak-selir Armenia
53 Ahmad
An-Nashir Li Dinillah
أحمد الناصر لدين الله
30 Maret 1180 – 5 Oktober 1225
(45 tahun, 190 hari)
6 Agustus 1158
 –
5 Oktober 1225
  • Ayah: (52) Hasan Al-Mustadhi'
  • Ibu: Zumurrud, budak-selir Turki
54 Muhammad
Azh-Zhahir Bi Amrillah
محمد الظاهر بأمر الله
5 Oktober 1225 – 10 Juli 1226
(279 hari)
1176
 –
10 Juli 1226
  • Ayah: (53) Ahmad An-Nashir
55 Manshur
Al-Mustanshir Billah
منصور المستنصر بالله
10 Juli 1226 – 5 Desember 1242
(16 tahun, 149 hari)
17 Februari 1192
 –
5 Desember 1242
  • Ayah: (54) Muhammad Azh-Zhahir
  • Ibu: Zahra, budak-selir Turki
56 'Abdullah
Al-Musta'shim Billah
عبد الله المستعصم بالله
5 Desember 1242 – 20 Februari 1258
(15 tahun, 78 hari)
  1213
 –
20 Februari 1258
  • Ayah: (55) Manshur Al-Mustanshir
  • Ibu: Hajir, budak-selir Habasyah
  • Khalifah Abbasiyah periode pertama yang terakhir.
  • Setelah kehancuran Baghdad oleh tentara Mongol pada 1258, sebagian anggota Wangsa 'Abbasiyah berlindung di Mesir dan melanjutkan garis kekhalifahan di sana

Periode kedua (1261–1517)

Setelah Baghdad runtuh, Wangsa Abbasiyah mengungsi ke Mesir yang saat itu dikuasai Kesultanan Mamluk dan melanjutkan tampuk kekhalifahan di sana. Berbeda saat sebelum kejatuhan Baghdad, Khalifah Abbasiyah di Mesir sama sekali tidak memiliki wilayah kekuasaan dan hanya berperan sebagai simbol pemersatu dunia Islam. Kekurangan dalam memiliki kekuatan politik menjadikan khalifah pada masa ini kerap terombang-ambing saat terjadi pergolakan di pemerintahan Mesir, membuat khalifah pada periode ini juga disebut dengan "khalifah bayangan." Sultan Mamluk bahkan mampu menunjuk khalifah yang baru atau menggulingkan khalifah yang sedang berkuasa.

Terdapat 17 khalifah pada periode ini. Di antara mereka, tiga khalifah menjabat sebanyak dua kali dan seorang khalifah menjabat sebanyak tiga kali. Periode kedua Wangsa Abbasiyah berakhir setelah Kesultanan Mamluk ditaklukan oleh Kesultanan Utsmaniyah pada 1517.

# Nama
Berkuasa
Rentang usia Catatan
57 Ahmad
Al-Mustanshir Billah II
أحمد المسنتصر بالله الثاني
13 Juni 1261 – 28 November 1261
(169 hari)
Mangkat 28 November 1261
  • Ayah: (54) Muhammad Azh-Zhahir
  • Saudara (55) Manshur Al-Mustanshir
  • Dinobatkan sebagai khalifah oleh Sultan Mesir
58 Ahmad
Al-Hakim Bi Amrillah
أحمد الحاكم بأمر الله
21 November 1262 – 19 Januari 1302
(39 tahun, 60 hari)
Mangkat 19 Januari 1302
  • Ayah: Hasan bin Abu Bakar bin Hasan bin 'Ali bin (48) Al-Fadhl Al-Mustarsyid
  • Sebagian meragukan klaimnya sebagai anggota Wangsa 'Abbasiyah lantaran jauhnya Al-Hakim dari garis utama keluarga besar tersebut
59 Sulaiman
Al-Mustakfi Billah II
سليمان المستكفي بالله الثاني
20 Januari 1302 – Februari 1340
(sekitar 38 tahun)
Mangkat Februari 1340
  • Ayah: (58) Ahmad Al-Hakim
60 Ibrahim
Al-Watsiq Billah II
إبراهيم الواثق بالله الثاني
Februari 1340 – 16 Juni 1341
Mangkat setelah 1341
  • Ayah: Muhammad bin (58) Ahmad Al-Hakim
61 Ahmad
Al-Hakim Bi Amrillah II
أحمد الحاكم بأمر الله الثاني
16 Juni 1341 – 1352
Mangkat 1352
  • Ayah: (59) Sulaiman Al-Mustakfi II
62 Abu Bakar
Al-Mu'tadhid Billah II
أبو بكر المعتضد بالله الثاني
1352 – 1362
Mangkat 1362
  • Ayah: (59) Sulaiman Al-Mustakfi II
63 Muhammad
Al-Mutawakkil 'Alallah
محمد المتوكل على الله
1362 – 1377
(periode pertama)
Mangkat 9 Januari 1406
  • Ayah: (62) Abu Bakar Al-Mu'tadhid II
  • Masa kekuasaan pertama
64 Zakariyya
Al-Musta'shim Billah II
زكريا المستعصم بالله الثاني
1377
(periode pertama)
Mangkat 1389
  • Ayah: (60) Ibrahim Al-Watsiq II
  • Masa kekuasaan pertama
Muhammad
Al-Mutawakkil 'Alallah
محمد المتوكل على الله
1377 – 1383
(periode kedua)
  • Masa kekuasaan kedua
65 'Umar
Al-Watsiq Billah III
عمر الواثق بالله الثالث
September 1383 – 13 November 1386
Mangkat 13 November 1386
  • Ayah: (60) Ibrahim Al-Watsiq II
Zakariyya
Al-Musta'shim Billah II
زكريا المستعصم بالله الثاني
November 1386 – 1389
(periode kedua)
  • Masa kekuasaan kedua
Muhammad
Al-Mutawakkil 'Alallah
محمد المتوكل على الله
1389 – 9 Januari 1406
(periode ketiga)
  • Masa kekuasaan ketiga
66 Al-'Abbas
Al-Musta'in Billah II
العباس المستعين بالله الثاني
22 Januari 1406 – 9 Maret 1414
(8 tahun, 47 hari)
Mangkat 1430
  • Ayah: (62) Abu Bakar Al-Mutawakkil
  • Ibu: Bay Khatun, budak-selir Turki
  • Juga berkuasa sebagai Sultan Mesir selama enam bulan pada tahun 1412
67 Dawud
Al-Mu'tadhid Billah III
داود المعتضد بالله الثالث
9 Maret 1414 – 23 Juli 1441
(27 tahun, 137 hari)
Mangkat 23 Juli 1441
  • Ayah: (62) Abu Bakar Al-Mutawakkil
  • Ibu: Kazal, budak-selir Turki
68 Sulaiman
Al-Mustakfi Billah III
سليمان المستكفي بالله الثالث
23 Juli 1441 – 29 Januari 1451
(9 tahun, 191 hari)
Mangkat 29 Januari 1451
  • Ayah: (62) Abu Bakar Al-Mutawakkil
  • Ibu: Bay Khatun, budak-selir Turki
69 Hamzah
Al-Qa'im Bi Amrillah
حمزة القائم بأمر الله
1451 – 1455
Mangkat 1458
  • Ayah: (62) Abu Bakar Al-Mutawakkil
  • Ibu: Bay Khatun, budak-selir Turki
70 Yusuf
Al-Mustanjid Billah II
يوسف المستنجد بالله الثاني
1455 – 7 April 1479
Mangkat 7 April 1479
  • Ayah: (62) Abu Bakar Al-Mutawakkil
  • Ibu: Bay Khatun, budak-selir Turki
71 'Abdul 'Aziz
Al-Mutawakkil 'Alallah II
عبد العزيز المتوكل على الله الثاني
8 April 1479 – 27 September 1497
(18 tahun, 173 hari)
Mangkat 27 September 1497
  • Ayah: Ya'qub bin (62) Muhammad Al-Mutawakkil
  • Ibu: Haj al-Malik, putri tentara
72 Ya'qub
Al-Mustamsik Billah
يعقوب المستمسك بالله
27 September 1497 – 1508
(periode pertama)
Mangkat 1521
  • Ayah: (71) 'Abdul 'Aziz Al-Mutawakkil II
  • Masa kekuasaan pertama
73 Muhammad
Al-Mutawakkil 'Alallah III
محمد المتوكل على الله الثالث
1508 – 1516
(periode pertama)
Mangkat 1543
  • Ayah: (72) Ya'qub Al-Mustamsik
  • Masa kekuasaan pertama
Ya'qub
Al-Mustamsik Billah
يعقوب المستمسك بالله
1516 – 1517
(periode kedua)
  • Masa kekuasaan kedua
Muhammad
Al-Mutawakkil 'Alallah III
محمد المتوكل على الله الثالث
1517
(periode kedua)
  • Masa kekuasaan kedua
  • Khalifah terakhir dari Wangsa 'Abbasiyah dan Suku Quraisy
  • Menyerahkan kedudukan khalifah kepada (74) Selim I setelah Kesultanan Utsmaniyah menaklukkan Kesultanan Mamluk

Kekhalifahan Utsmaniyah (1517–1924)

Sebelum penaklukan Mesir, para penguasa Utsmani menyandang beberapa gelar, di antaranya adalah sultan dan padisyah. Penguasa Utsmani menyandang gelar sultan atas kedudukan mereka sebagai kepala negara Muslim. Padisyah merupakan kaisar atau maharaja dalam bahasa Persia dan penguasa Utsmani menyandang gelar ini untuk menegaskan kedudukan mereka di atas para raja. Penguasa Utsmani resmi menyandang gelar khalifah setelah penaklukan Mesir, meski beberapa penguasa Utsmani sebelumnya sudah mulai mengklaim dirinya sebagai khalifah.

Gelar khalifah kehilangan kekuasaannya sebagai kepala negara sejak jatuhnya Baghdad pada 1258 dan hanya berperan menjadi pemimpin simbolis dunia Islam. Hal itu tetap tidak berubah pada masa Utsmani. Para penguasa Utsmani memiliki kekuasaan karena kedudukan mereka sebagai sultan dan padisyah, bukan karena status mereka sebagai khalifah. Pada praktiknya, para penguasa Utsmani terbilang sangat jarang menggunakan gelar khalifah mereka dalam perpolitikan dalam dan luar negeri. Gelar khalifah mulai digunakan penguasa Utsmani pada saat Perjanjian Küçük Kaynarca, untuk menegaskan kedudukannya sebagai pelindung umat Islam di Rusia. Sultan Abdül Hamid II merupakan penguasa Utsmani yang paling sering menggunakan gelar khalifah dalam upayanya menggalang persatuan di dunia Islam untuk menghadapi imperialisme Barat.

Pada November 1922, Majelis Agung Nasional Turki membubarkan Kesultanan Utsmani dan sultan terakhirnya, Mehmed VI, diasingkan ke Malta. Meski begitu, Mustafa Kemal (Atatürk) belum berani membubarkan kekhalifahan demi menjaga dukungan masyarakat, juga karena kekhalifahan adalah lambang pemersatu umat Islam Sunni seluruh dunia, berbeda dengan Kesultanan Utsmani yang merupakan sebatas negara. Majelis Agung Nasional Turki kemudian mengangkat sepupu Mehmed VI sebagai Khalifah Abdül Mejid II pada 19 November 1922. Abdül Mejid II merupakan satu-satunya khalifah dari Wangsa Utsmani yang tidak merangkap sebagai sultan. Namun karena khawatir Abdül Mejid II akan menggunakan statusnya sebagai khalifah untuk campur tangan dalam urusan dalam dan luar negeri Turki sebagaimana yang dilakukan para Sultan Utsmani terdahulu, Majelis Agung Nasional Turki akhirnya membubarkan kekhalifahan pada 3 Maret 1924, menjadikan Abdül Mejid II sebagai khalifah terakhir. Negara-negara Muslim mempertanyakan keabsahan pembubaran kekhalifahan oleh pihak Turki dan terdapat beberapa pertemuan para tokoh Muslim terkait keberlangsungan kekhalifahan, tetapi tidak ada kesepakatan bersama yang dapat dicapai.

# Nama
Berkuasa
Gambar Tughra Rentang usia Catatan
74 Selim I
سليم اول
1517 – 22 September 1520
    1470/1
 –
22 September 1520
  • Ayah: Bayezid II
  • Ibu: Ayşe Gülbahar Hatun, budak-selir Yunani atau putri Kadipaten Dulkadir
  • Juga berkuasa sebagai Sultan Utsmani sejak 1512
  • Menjadi khalifah setelah menaklukkan Kesultanan Mamluk Mesir
75 Süleyman I
سليمان اول
30 September 1520 – 6 September 1566
(45 tahun, 342 hari)
    6 November 1494
 –
6 September 1566(1566-09-06) (umur 71)
  • Ayah: (74) Selim I
  • Ibu: Hafsa Valide Sultan, budak-selir atau putri Khan Krimea
76 Selim II
سليم ثانى
7 September 1566 – 15 Desember 1574
(8 tahun, 100 hari)
    28 Mei 1524
 –
15 Desember 1574(1574-12-15) (umur 50)
  • Ayah: (75) Süleyman I
  • Ibu: Hürrem Haseki Sultan, putri pendeta Ortodoks dari Polandia
77 Murad III
مراد ثالث
15 Desember 1574 – 16 Januari 1595
(20 tahun, 33 hari)
    4 Juli 1546
 –
16 Januari 1595(1595-01-16) (umur 48)
  • Ayah: (76) Selim II
  • Ibu: Nurbanu Valide Sultan, keturunan bangsawan Venesia, Yahudi Spanyol, atau Yunani
78 Mehmed III
محمد ثالث
16 Januari 1595 – 22 Desember 1603
(8 tahun, 341 hari)
    26 Mei 1566
 –
22 Desember 1603(1603-12-22) (umur 37)
  • Ayah: (77) Murad III
  • Ibu: Safiye Valide Sultan, budak-selir Albania
79 Ahmed I
احمد اول
22 Desember 1603 – 22 November 1617
(13 tahun, 336 hari)
    April 1590
 –
22 November 1617(1617-11-22) (umur 27)
  • Ayah: (78) Mehmed III
  • Ibu: Handan Valide Sultan, budak-selir Bosnia
80 Mustafa I
مصطفى اول
22 November 1617 – 26 Februari 1618
(97 hari)
(periode pertama)
    24 Juni 1591
 –
20 Januari 1639(1639-01-20) (umur 47)
  • Ayah: (78) Mehmed III
  • Ibu: Halime Valide Sultan, budak-selir Abkhaz
  • Saudara dari (79) Ahmed I
  • Masa kekuasaan pertama
81 Osman II
عثمان ثانى
26 Februari 1618 – 20 Mei 1622
(4 tahun, 84 hari)
    3 November 1604
 –
20 Mei 1622(1622-05-20) (umur 17)
  • Ayah: (79) Ahmed I
  • Ibu: Mahfiruz Hatice Hatun, budak-selir
  • Keponakan dari (80) Mustafa I
Mustafa I
مصطفى اول
20 Mei 1622 – 10 September 1623
(356 hari)
(periode kedua)
   
  • Masa kekuasaan kedua
82 Murad IV
مراد رابع
10 September 1623 - 8 Februari 1640
(16 tahun, 152 hari)
    27 Juli 1612
 –
8 Februari 1640(1640-02-08) (umur 27)
  • Ayah: (79) Ahmed I
  • Ibu: Mahpeyker Kösem Valide Sultan, putri pendeta dari Yunani
83 Ibrahim
ابراهيم
9 Februari 1640 – 8 Agustus 1648
(8 tahun, 182 hari)
    5 November 1615
 –
18 Agustus 1648(1648-08-18) (umur 32)
  • Ayah: (79) Ahmed I
  • Ibu: Mahpeyker Kösem Valide Sultan, putri pendeta dari Yunani
84 Mehmed IV
محمد رابع
8 Agustus 1648 – 8 November 1687
(39 tahun, 93 hari)
    2 Januari 1642
 –
6 Januari 1693(1693-01-06) (umur 51)
  • Ayah: (83) Ibrahim
  • Ibu: Turhan Hatice Valide Sultan, budak-selir
85 Süleyman II
سليمان ثانى
8 November 1687 – 22 Juni 1691
(3 tahun, 227 hari)
    15 April 1642
 –
22 Juni 1691(1691-06-22) (umur 49)
  • Ayah: (83) Ibrahim
  • Ibu: Saliha Dil-aşub Valide Sultan, budak-selir
  • Saudara dari (84) Mehmed IV
86 Ahmed II
احمد ثانى
22 Juni 1691 – 6 Februari 1695
(3 tahun, 230 hari)
    25 Februari 1643
 –
6 Februari 1695(1695-02-06) (umur 51)
  • Ayah: (83) Ibrahim
  • Ibu: Hatice Muazzez Haseki Sultan, budak-selir
  • Saudara dari (84) Mehmed IV dan (85) Süleyman II
87 Mustafa II
مصطفى ثانى
6 Februari 1695 – 22 Agustus 1703
(8 tahun, 198 hari)
    6 Februari 1664
 –
30 Desember 1703(1703-12-30) (umur 39)
  • Ayah: (84) Mehmed IV
  • Ibu: Gülnuş Valide Sultan, putri pendeta Ortodoks di Yunani
  • Keponakan dari (86) Ahmed II
88 Ahmed III
احمد ثالث
22 Agustus 1703 – 1 Oktober 1730
(27 tahun, 41 hari)
    30/31 Desember 1673
 –
1 Juli 1736(1736-07-01) (umur 62)
  • Ayah: (84) Mehmed IV
  • Ibu: Gülnuş Valide Sultan, putri pendeta Ortodoks di Yunani
  • Saudara dari (87) Mustafa II
89 Mahmud I
محمود اول
1 Oktober 1730 – 13 Desember 1754
(24 tahun, 74 hari)
    2 Agustus 1696
 –
13 Desember 1754(1754-12-13) (umur 58)
  • Ayah: (87) Mustafa II
  • Ibu: Saliha Sabkati Valide Sultan, budak-selir Yunani
  • Keponakan dari (88) Ahmed III
90 Osman III
عثمان ثالث
13 Desember 1754 – 30 Oktober 1757
(2 tahun, 322 hari)
    2/3 Januari 1699
 –
30 Oktober 1757(1757-10-30) (umur 58)
  • Ayah: (87) Mustafa II
  • Ibu: Şehsuvar Valide Sultan, budak-selir Serbia
  • Saudara dari (89) Mahmud I
91 Mustafa III
مصطفى ثالث
30 Oktober 1757 – 24 Desember 1773
(16 tahun, 56 hari)
    28 Januari 1717
 –
24 Desember 1773(1773-12-24) (umur 56)
  • Ayah: (88) Ahmed III
  • Ibu: Mihrişah Kadın
  • Sepupu dari (90) Osman III
92 'Abdül Hamid I
عبد الحميد الاول
24 Desember 1773 – 7 April 1789
(15 tahun, 105 hari)
    20 Maret 1725
 –
7 April 1789(1789-04-07) (umur 64)
  • Ayah: (88) Ahmed III
  • Ibu: Şermi Kadın
  • Saudara dari (91) Mustafa III
93 Selim III
سليم ثالث
7 April 1789 – 29 Mei 1807
(18 tahun, 53 hari)
    24 Desember 1761
 –
28 Juli 1808(1808-07-28) (umur 46)
  • Ayah: (91) Mustafa III
  • Ibu: Mihrişah Valide Sultan, putri pendeta Ortodoks Georgia
  • Keponakan dari (92) 'Abdül Hamid I
94 Mustafa IV
مصطفى رابع
29 Mei 1807 – 28 Juli 1808
(1 tahun, 61 hari)
    8 September 1779
 –
17 November 1808(1808-11-17) (umur 29)
  • Ayah: (92) 'Abdül Hamid I
  • Ibu: Sineperver Valide Sultan
  • Sepupu dari (93) Selim III
95 Mahmud II
محمود ثانى
28 Juli 1808 – 1 Juli 1839
(30 tahun, 339 hari)
    20 Juli 1784
 –
1 Juli 1839(1839-07-01) (umur 54)
  • Ayah: (92) 'Abdul Hamid I
  • Ibu: Nakşidil Valide Sultan
  • Saudara dari (94) Mustafa IV
96 'Abdül Mejid I
عبد المجيد اول
2 Juli 1839 – 25 Juni 1861
(21 tahun, 360 hari)
    25 April 1823
 –
25 Juni 1861(1861-06-25) (umur 38)
  • Ayah: (95) Mahmud II
  • Ibu: Bezmiâlem Valide Sultan dari Georgia
97 'Abdül 'Aziz
عبد العزيز
25 Juni 1861 – 30 Mei 1876
(14 tahun, 341 hari)
    8 Februari 1830
 –
4 Juni 1876(1876-06-04) (umur 46)
  • Ayah: (95) Mahmud II
  • Ibu: Pertevniyal Valide Sultan
  • Saudara dari (96) 'Abdül Mejid I
98 Murad V
مراد خامس
30 Mei 1876 – 31 Agustus 1876
(94 hari)
    21 September 1840
 –
29 Agustus 1904(1904-08-29) (umur 63)
  • Ayah: (96) 'Abdül Mejid I
  • Ibu: Şevkefza Valide Sultan
  • Keponakan dari (97) 'Abdül 'Aziz
99 'Abdül Hamid II
عبد الحميد ثانی
31 Agustus 1876 – 27 April 1909
(32 tahun, 240 hari)
    21 September 1842
 –
10 Februari 1918(1918-02-10) (umur 75)
  • Ayah: (96) 'Abdül Mejid I
  • Ibu: Tirimüjgan Kadın dari Kaukasus Utara
  • Saudara dari (98) Murad V
  • Ibu tiri dan angkatnya, Rahime Perestu, menjadi valide sultan pada masa kekuasaannya
100 Mehmed V
محمد خامس
27 April 1909 – 3 Juli 1918
(9 tahun, 68 hari)
    2 November 1844
 –
3 Juli 1918(1918-07-03) (umur 73)
  • Ayah: (96) 'Abdül Mejid I
  • Ibu: Gülcemal Kadın dari Bosnia
  • Saudara dari (98) Murad V dan (99) 'Abdül Hamid II
101 Mehmed VI
محمد السادس
4 Juli 1918 – 1 November 1922
(4 tahun, 121 hari)
    (1861-01-14)14 Januari 1861
 –
16 Mei 1926(1926-05-16) (umur 65)
  • Ayah: (96) 'Abdül Mejid I
  • Ibu: Gülüstü Hanım dari keluarga bangsawan Abkhaz, Syervasyidze (Chachba)
  • Saudara dari (98) Murad V, (99) 'Abdül Hamid II, dan (100) Mehmed V
  • Kesultanan Utsmaniyah dibubarkan pada 1 November 1922 oleh Majelis Agung Nasional Turki, menjadikan Mehmed VI sebagai Sultan Utsmaniyah terakhir
102 'Abdül Mejid II
عبد المجید الثانی
19 November 1922 – 3 Maret 1924
(1 tahun, 106 hari)
  29/30 Mei 1868
 –
23 Agustus 1944(1944-08-23) (umur 76)
  • Ayah: (97) 'Abdül 'Aziz
  • Ibu: Hayranidil Kadın dari Kaukasus
  • Sepupu dari (101) Mehmed VI
  • Satu-satunya khalifah dari Wangsa Utsmani yang tidak merangkap sebagai sultan, karena Kesultanan Utsmaniyah sudah dibubarkan pada tahun 1922
  • Khalifah terakhir

Idealnya, kedudukan khalifah hanya diisi satu orang setiap satu masa. Namun pada keberjalanannya, beberapa pihak menyatakan diri sebagai khalifah saat masih ada khalifah yang sedang berkuasa. Sebagai catatan, saat pihak-pihak tersebut menyatakan dirinya sebagai khalifah, itu tidak berarti bahwa dia menyejajarkan dirinya dengan khalifah utama. Khalifah adalah gelar bagi pemimpin dunia Islam dan normalnya, hanya ada satu khalifah setiap masa, sehingga pernyataan diri sebagai khalifah bermakna bahwa pihak tersebut secara prinsip mengklaim sebagai pemimpin tunggal seluruh dunia Islam (terlepas wilayah kekuasaan yang sebenarnya) dan menganggap khalifah lainnya sebagai khalifah yang tidak sah.[1]

Bagian ini memuat daftar pihak-pihak yang melakukan pernyataan diri sebagai khalifah, tanpa ketersambungan kepemimpinan dengan khalifah sebelumnya.

'Abdullah bin Zubair

'Abdullah bin Zubair menolak upaya Mu'awiyah bin Abu Sufyan menetapkan putranya sendiri, Yazid, sebagai khalifah sepeninggalnya. Saat Yazid kemudian mangkat pada 683, 'Abdullah bin Zubair menyatakan diri sebagai khalifah. Wilayah kekuasaannya berada di kawasan Hijaz.

Wangsa Fatimiyah (909–1171)

 

Kekhalifahan Fatimiyah (hijau) pada puncaknya, tahun 969.

Fatimiyah berasal dari Ismaili yang merupakan cabang dari Syi'ah, oleh karena itu kekhalifahan ini tidak diakui oleh sebagian besar Sunni, baik dalam wilayah kekuasaan mereka maupun negara tetangga.[2][3] Para penguasa Fatimiyah mengklaim sebagai keturunan dari nama putri Nabi Muhammad, Fatimah, yang mana menjadi dasar bagi penamaan Fatimiyah.

Nama Pribadi Nama Takhta Berkuasa
'Abdullah Al-Mahdi Billah
المهدي بالله
November 909 – 3 April 934
Muhammad Al-Qa'im Bi Amrillah
القائم بأمر الله
3 April 934 – 17 Mei 946
Isma'il Al-Manshur Billah
المنصور بالله
17 Mei 946 – 19 Maret 953
Ma'ad Al-Mu'izz Li Dinillah
المعز لدين الله
19 Maret 953– 21 Desember 975
Nizar Al-'Aziz Billah
العزيز بالله
21 Desember 975 – 13 Oktober 996
Manshur Al-Hakim Bi Amrillah
الحاكم بأمر الله
14 Oktober 996 – 13 Februari 1021
'Ali Azh-Zhahir
الظاهر لإعزاز دين الله
13 Februari 1021 – 13 Juni 1036
Ma'ad Al-Mustanshir Billah
المستنصر بالله
13 Juni 1036 – 10 Januari 1094
Ahmad Al-Musta'li Billah
المستعلي بالله
10 Januari 1094 – 12 Desember 1101
Manshur Al-Amir Bi Ahkami'l-Lah
الآمر بأحكام الله
12 Desember 1101 – 7 Oktober 1130
'Abdul Majid Al-Hafizh Li Dinillah
الحافظ لدين الله
7 Oktober 1130 – 8 Oktober 1149
Isma'il Azh-Zhafir Bi Amrillah
الظافر بأمر الله
8 Oktober 1149 – April 1154
'Isa Al-Fa'iz Bi Nasrillah
الفائز بيناصر الله
April 1154 – 1160
'Abdullah Al-Adhid Li Dinillah
العاضد لدين الله
1160 – 1171

Khalifah di Kordoba (929–1031)

Setelah Wangsa Umayyah yang berkuasa di Damaskus digulingkan oleh Wangsa Abbasiyah pada tahun 750, keturunan mereka yang tersisa meninggalkan tempat kekuasaan lama mereka dan berkuasa di semenanjung Iberia (kawasan Spanyol dan Portugal modern). Meski 'Abdurrahman III sebagai khalifah pertama di Kordoba merupakan keturunan para Khalifah Umayyah yang berkuasa di Syam, para khalifah Kordoba tidak dimasukkan dalam daftar khalifah utama. Hal ini karena dari berakhirnya kekuasaan Umayyah di Damaskus sampai tahun 929, anggota Wangsa Umayyah pada umumnya mengakui Wangsa Abbasiyah sebagai pemimpin dunia Islam yang sah.[4] Mereka sendiri awalnya menggunakan gelar 'amir' atau 'sultan' saat berkuasa di Andalusia. Namun pada tahun 929 (hampir dua abad setelah kekuasaan Umayyah di Damaskus runtuh), 'Abdurrahman III baru menyatakan dirinya sebagai khalifah, sehingga klaimnya tidak tersambung dengan para khalifah leluhurnya. Sebagaimana khalifah lain, Khalifah di Kordoba juga mengklaim kepemimpinan atas seluruh dunia Islam, meski secara de facto kekuasaannya hanya berkisar di Andalusia dan Maghrib.

Khalifah di Kordoba hanya bertahan selama satu abad. Selama rentang waktu tersebut, tampuk kekhalifahan dipegang oleh Wangsa Umayyah dan Wangsa Hammud.

Nama Masa kekuasaan Dinasti
'Abdurrahman III
عبد الرحمن الثالث
16 Januari 929 – 15 Oktober 961 Umayyah
Al-Hakam II
الْحُكْمِ
15 Oktober 961 – 16 Oktober 976 Umayyah
Hisyam II
ھشام
(periode pertama)
16 Oktober 976–1009 Umayyah
Muhammad II
محمد الثاني
1009 Umayyah
Sulaiman II
سلیمان الثاني
(periode pertama)
1009–1010 Umayyah
Hisyam II
ھشام
(periode kedua)
1010 – 19 April 1013 Umayyah
Sulaiman II
سلیمان الثاني
(periode kedua)
1013–1016 Umayyah
'Ali bin Hammud an-Nasir
علي بن حمودالناصر
1016 — 22 Maret 1018 Hammud
'Abdurrahman IV
عبد الرحمن
1018 Ummayah
Al-Qasim al-Ma'mun
القاسم المعمون
(periode pertama)
1018–1021 Hammud
Yahya bin 'Ali
يحي بن علي
(periode pertama)
1021–1023 Hammud
Al-Qasim al-Ma'mun
القاسم المعمون
(periode kedua)
1023 Hammud
'Abdurrahman V
عبدالرحمٰن الخامس
1023–1024 Umayyah
Muhammad III
محمد الثالث
1024–1025 Umayyah
Yahya bin 'Ali
يحي بن علي
(periode kedua)
1025–1026 Hammud
Hisyam III
هشام الثالث
1026–1031 Umayyah

Wangsa Muwahhidun (1145–1269)

 

Dinasti Muwahhidun (hijau) pada tahun 1200

(Tidak diterima secara luas, kekuasaan yang sebenarnya adalah bagian dari Afrika Utara dan Semenanjung Iberia)[5][6]

  • Abd al-Mu'min – 1145–1163
  • Abu Yaqub Yusuf – 1163–1184
  • Yaqub al-Mansur – 1184–1199
  • Muhammad an-Nasir – 1199–1213
  • Yusuf II – 1213–1224
  • Abdul-Wahid I – 1224
  • Abdullah al-Adil 1224–1227
  • Yahya – 1227–1235
  • Idris I – 1227–1232
  • Abdul-Wahid II – 1232–1242
  • Ali – 1242–1248
  • Umar – 1248–1266
  • Idris II – 1266–1269

 

Peta dengan wilayah kekhalifahan berwarna hijau dan wilayah hijaz saat ini berwarna merah.

Upaya terakhir untuk mengembalikan kekhalifahan dengan pengakuan ekumenis dilakukan oleh Syarif Husain, RajaHijaz dan Syarif Makkah, yang memimpin pada 11 Maret 1924 sampai 3 Oktober 1924, ketika ia meninggal dan tahta tersebut turun kepada anaknya Ali bin Husain, tetapi anaknya tidak ingin menerapkan kekhalifahan.[7]

  • Khalifah
  • Kekhalifahan
  • Amir
  • Sejarah Islam
  • Khilafah
  • Hazrat Muhammad
  • Shah
  • Syaikh al-Islam
  • Syi'ah
  • Suksesi Muhammad
  • Sultan
  • Sunni

  1. ^ Wasserstein, David (1993). The Caliphate in the West: An Islamic Political Institution in the Iberian Peninsula (snippet view). Oxford: Clarendon Press. hlm. 11. ISBN 978-0-19-820301-8. Diakses tanggal 5 September 2010. 
  2. ^ Lane-Poole 2004, p. 71
  3. ^ Bosworth 2004, p. 63
  4. ^ O'Callaghan, J. F. (1983). A History of Medieval Spain. Ithaca: Cornell University Press. hlm. 119. 
  5. ^ Lane-Poole 2004, p. 47
  6. ^ Bosworth 2004, p. 39
  7. ^ Bosworth 2004, p. 118

  • Bosworth, Clifford Edmund (2004) [First published 1996]. The New Islamic Dynasties: A Chronological and Genealogical Manual. New Edinburgh Islamic Surveys (edisi ke-2nd). Edinburgh University Press. ISBN 978-0-7486-2137-8. OCLC 56639413. 
  • Houtsma, M. Th.; Wensinck, A. J. (1993). E.J. Brill's First Encyclopaedia of Islam 1913–1936 (Reprint)Parameter |format= membutuhkan |url= (bantuan). Volume IX. Leiden: BRILL. ISBN 978-90-04-09796-4. 
  • Lane-Poole, Stanley (1894). The Mohammedan Dynasties: Chronological and Genealogical Tables with Historical Introductions. Westminster: Archibald Constable and Company. OCLC 1199708. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_khalifah&oldid=21111833"